Beberapa waktu berselang, setelah kembali dari kantornya, mereka berdua tiba dirumahnya, dan memang kebetulan, Joel ibu angkat Lukas telah menyiapkan sebuah hidangan untuk makan malam.
Selesai makan malam, Caroline, Joel, dan Lukas menghabiskan waktu diruang keluarganya dengan menonton acara TV.
PRANG....
Tiba-tiba gelas yang tengah dipegang Caroline terlepas dari tangannya. Ia menatap televisi dengan mengerutkan dahinya, ia terfokus dengan sebuah acara yang tengah dilihatnya.
"Momi, apa kamu baik-baik saja.?" Ucap Lukas seraya memegang tangan Mominya. Ia khawatir dengan ekspresi yang ditunjukan oleh Mominya.
"Momi sepertinya sangat terkejut, apa yang salah dari acara ini.?" Ucap Lukas dalam hatinya dan memandang acara televisi tersebut dengan bingung.
Caroline seketika tersadar kalau gelas yang dipegangnya telah terlepas dari tangannya dan pecah jatuh kelantai. "Tidak sayang, Momi tidak apa-apa...." Sahut Caroline dengan tersenyum canggung kepada Lukas.
"Aku tahu, ada yang tidak benar dengan Momi, aku harus mencari tahu sendiri...." Ucapnya dalam hati seraya menatap wajah Mominya.
"Lukas sayang, anak Momi yang pintar, sekarang sudah malam, waktunya Lukas tidur ya...!" Ucap Caroline dengan lembut.
"Hem, baiklah Momi."
Lukas yang enggan, karna ia merasa juga belum mengantuk, akan tetapi, ia tidak pernah membantah ucapan Mominya. "Selamat malam Momi." Tambahnya seraya mencium pipi Mominya.
Caroline langsung berjongkok dan mencium kening putranya.
"Selamat malam juga sayang." Ucapnya dengan lembut. Lukas dengan patuh segera melangkah pergi meninggalkan ruangan keluarga tersebut, dan ia pergi kekamarnya untuk tidur seperti yang diserukan Mominya kepadanya.
Joel yang melihat Caroline masih terhanyut dalam lamunannya, ia menepuk punggungnya dengan lembut. Ia tahu kalau Caroline tengah mengingat cerita dari masa lalunya sendiri. "Renata, apa yang tengah kau pikirkan.?" Ucap Joel yang membuat Caroline Renata kembali sadar dari lamunannya.
"Joel, aku akan kembali ke negara asalku.!" Sahut Caroline menjawab dengan tegas.
Joel sontak terperangah dengan jawaban dari Caroline, ia kaget dengan apa yang ia dengar. "Apa kau serius.?" Tanya Joel seraya mengerutkan dahinya.
"Ya, aku serius." Tegas Caroline menjawab. "Aku ingin mengambil kembali hak dan semua milikku.!" Sambung Caroline melanjutkan ucapannya.
Joel hanya bisa menghela napas panjang. "Apa kau akan membawa Lukas.?" Ucap Joel bertanya kepadanya.
"Tentu saja.!" Sahut Caroline dengan sangat yakin. "Bagaimanpun dia harus melihat pemakaman Neneknya." Tambah Caroline berucap.
"Apa kau yakin Renata.?" Joel sedikit ragu dengan tindakan Caroline. "Bagaimana kalau dia bertemu dengan---" Perkataan Joel seketika terhenti diujung lidahnya, ia menatap wajah Caroline dengan dalam.
Selama ini ia tahu, Caroline selalu takut kalau Lukas akan bertemu dengan pria yang selama ini tidak ingin ia ingat sama sekali.
"Aku sudah siap dengan resikonya, lagian, orang itu pasti tidak akan mengingat hal yang sudah lama terjadi, begitupun aku juga, tidak mengingat seperti apa dirinya...." Tegas Caroline yang masih memasang wajah seriusnya.
Bagaimana mungkin dia mengingat seorang gadis lemah yang telah ia tiduri, yang hanya terikat sebagai perjanjian semata. Berapa banyak wanita yang telah jatuh dalam perangkapnya, berapa banyak anak yang telah ia miliki.
Mungkin saja, bahkan saat ia melihat Lukas, ia tidak akan pernah mengakui keberadaannya, karna itu hanya sebuah kesalahan baginya.
"Kalaupun dia mengingatnya, aku bisa membalikan kenyataan dengan mudah..." Tegas Caroline melanjutkan ucapannya.
"Baiklah, kalau begitu biarkan aku ikut bersamamu.!" Sahut Joel dengan tegas.
"Tidak Joel, kau harus mengurus perusahaanku disini." Jawab Caroline dengan sangat yakin. "Siapa yang dapat aku percaya disini joel.?" Tambah Caroline berucap.
Joel akhirnya hanya bisa menghela napas panjang mendengar ucapan dari Caroline, memang benar kalau ia ikut Caroline, siapa yang akan mengurus perusahaannya dengan benar. Sebuah perusahaan yang telah Caroline bangun dengan susah payah, dari nol sehingga menjadi salah satu perusahaan ternama diluar negri.
"Baiklah, tapi kau harus berhati-hati disana, jangan pernah berpikiran naif dan lembek.!" Tegas Joel mengingatkan Caroline yang masih sedikit khawatir.
Caroline seketika tersenyum mendengar ucapan yang Joel lontarkan. "Tentu saja sayang, bukankah aku sudah berubah banyak, aku ini bukan Caroline yang dulu, tapi aku adalah Renata yang kau didik dengan sangat keras...." Sahutnya seraya menenangkan rasa khawatir Joel kepadanya.
"Kau benar, kau bukan lagi gadis lugu, tapi kau sekarang telah menjadi seorang ibu...." Tegas Joel seraya memasang senyuman lembut. "Jadi, kapan kau berencana pergi.?" Sambung Joel dengan bertanya kepada Caroline.
"Secepatnya akan lebih baik, aku ingin melihat wajah orang-orang yang telah menyiksa aku dengan kejam dahulu...." Caroline dengan senyum semiriknya dan dengan ekspresi liriknya tergambar jelas dengan yakin.
"Ah Renata, kau membuatku takut dengan ekspresi seperti itu...." Ucap Joel seraya bergidik, ia melihat aura kelicikan terpancar dalam diri Caroline.
"Ha ha ha... apa kau meledek aku Joel.?" Ucapnya seraya memicingkan ujung bibirnya. "Aku ini wanita lugu yang polos dan baik hati...." Tambahnya berucap membanggakan dirinya sendiri.
"Huh... kau membuatku sangat ingin muntah." Tegas Joel dengan memegangi dadanya sendiri.
"Sudahlah, sana pergi istrahat.!" Tegas Caroline seraya mendorong badan Joel.
"Eh tunggu, tunggu, katakan dengan jelas, kau kapan berangkatnya, biar aku siapkan segala keperluan kamu dan Lukas...." Sahut Joel Setengah berteriak.
"Aku rasa lusa adalah waktu yang tepat.!"
"Apa kau perlu aku buatkan surat, untuk pembukaan cabang perusahaan kamu disana.?" Tegas Joel yang sudah bisa menebak jalan pikiran Caroline sahabatnya itu.
"Tentu saja, kau sangat paham sekali kemana arah pikiran aku ini...." Ucap Caroline dengan tersenyum sinis.
"Aku ini yang mengajarkan kamu, bagaimana aku tidak paham dengan isi otak kecil kamu itu.!" Sahut Joel seraya menyombongkan dirinya.
"Haih... baiklah kakak, baik, kau memang hebat...." Ucap Caroline dengan memberi Joel sebuah jempol.
"Kalau begitu kau juga istirahat.!" Tegas Joel seraya meninggalkan Caroline dan berjalan menyusuri anak tangga yang mengarah kelantai atas.
"Hah... aku harus mengumpulkan enegiku mulai sekarang, keputusanku, akan menguras otak dan tenagaku...." Ucapnya bergumam sendiri seraya ia juga menuju kamar tidurnya.
******
******
BANDARA INTERNASIONAL PUKUL 01.30.
Caroline dan Lukas telah sampai di Negara asalnya, mereka turun dari pesawat seraya mendorong koper masing-masing, ia menggandeng tangan Lukas dan juga berjalan dengan elegan dan sangat cantik. bagaimanapun juga penampilan Caroline yang sekarang, benar-benar telah berubah 90 derajat.
Sebuah rambut panjang berwarna merah yang terurai, beserta sebuah long dres berwarna hitam, dengan belahan panjang disampingnya sampai kepaha, memperlihatkan sedikit kulitnya yang putih seperti susu, yang dipadukan dengan sebuah kacamata, beserta syal yang melingkar dilehernya.
BRUK.
Tanpa sadar Lukas terjatuh karna menabrak seseorang dihadapannya. "Aw---" Ujar Lukas seketika terduduk bersimbuh kelantai.
Melihat putranya terjatuh ia seketika membangunkan tubuh kecil putranya, dan memeriksa seluruh bagian tubuh putranya, takut-takut bahwa ia terluka.
"Putraku sayang, Momi sudah bilang, kalau jalan perhatikan arahmu sendiri.!" Ucap Caroline seraya menepuk-nepuk celana Lukas, yang sedikit berdebu karna terduduk dilantai.
"Apakah sakit sayang.?" Ujar Caroline menatap wajah putranya penuh rasa khawatir.
"Aku tidak apa-apa Momi...." Ia menjawab tegas karna melihat ekspresi Mominya yang terlihat sangat khawatir.
"Nona, apa putra anda tidak apa-apa.?" Sahut pria yang tidak sengaja bertabrakan dengan Lukas, seraya berjongkok kearah bocah laki-laki dihadapannya.
"Tidak apa-apa tuan, maaf sepertinya putra saya kurang berhati-hati...." Sahut Caroline dengan tersenyum tipis.
"Kamu beneran tidak apa-apa dek.?" Ucap pria tersebut seraya menatap tajam kearah Lukas, dengan mengerutkan dahinya.
"Tidak apa-apa paman...." Sahut Lukas dengan tersenyum tipis, namun ekspresi tersebut sangat dingin dan terlihat cuek. "Maaf, saya tidak berhati-hati...." Tambah Lukas berucap seraya membungkukkan badannya.
"Kalau begitu kami permisi tuan...." Ucap Caroline seraya berniat menggendong Lukas. "Mom, aku ini sudah besar, bukankah memalukan kalau kamu menggendongku disini.!" Tegas Lukas yang enggan digendong Mominya, apalagi didepan banyak orang.
"Hem... baiklah, putra Momi memang sudah besar...." Seraya ia mengelus atas kepala putranya.
Sementara orang yang bertabrakan dengan Lukas, ia hanya terdiam mematung, memandangi kedua orang tersebut.
"Tuan? apa ada yang bisa saya bantu.?" Ujar Caroline bertanya, yang ketika saat itu melihat orang tersebut tengah menatap mereka berdua dengan sangat dalam.
"Ah... tidak apa-apa, hanya saja berapa umur putra anda Nona, dia terlihat sangat begitu pintar.?" Seraya ia bertanya dengan menatap wajah Lukas dengan seksama.
Caroline seketika mengerutkan dahinya, menatap orang tersebut dengan tatapan penuh curiga. Ia mencoba berusaha mengingat-ingat sosok pria yang ada dihadapannya, namun ia sedikitpun tidak mengingatnya, akan tetapi wajah itu terasa begitu familiar diingatannya.
Melihat ekspresi wanita dihadapannya yang penuh kecurigaan, pria tersebut menyadari rasa tidak nyaman dari wanita tersebut.
"Maaf Nona, saya tidak bermaksud jelek, hanya saja, putra anda sangat tampan dan begitu terlihat pintar...." Ucapnya berusaha meyakinkan dan berusaha menghilangkan kecurigaanya.
"Ah, putra saya berumur 7 tahun, tuan." Ucap Caroline dengan tegas.
"Ah begitu ya, wajar saja terlihat begitu sangat cekatan...." Jawab pria tersebut seraya tersenyum sopan.
"Kalau begitu kami permisi tuan." Tegas Caroline berjalan dengan cepat, seraya menggandeng tangan Lukas berusaha meninggalkan tempat tersebut sesegera mungkin.
"Momi, kamu berjalan seperti tengah dikejar hantu...." Ujar Lukas seraya melirik wajah Mominya.
"Hem... bukan begitu sayang, hanya saja, kita tidak tahu siapa orang jahat didunia ini...." Ucap Caroline dengan tegas seraya melangkahkan kakinya.
Disisi lain, pria tersebut hanya terdiam mematung, tanpa beranjak pergi dari tempatnya berdiri.
"Anak itu, kenapa terlihat mirip sekali denganku, dan Ibunya, dimana aku pernah melihatnya, rasanya sangat tidak asing sekali...."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dewi Sofiana
namanya cuma Andrew aja thor g da nama keluarga seperti Andrew Smith, Xavier / De Enzo atau apalah
🤔🤔🤔
2021-11-26
5
Obie Agoes Arra
maksud nenek x ibu tiri Caroline
2021-11-24
0
Obie Agoes Arra
acara apa yang. ditonton oleh Caroline
2021-11-24
0