Guruku, Jodohku

Guruku, Jodohku

Pemilihan Ketua OSIS

Terletak di sebuah perkampungan kecil yang akses transportasinya belum memadai, terdapat sekolah unggulan yang berjaya pada masanya. Saat itu kejayaan sekolah tidak terlepas dari jerih payah dan perjuangan beberapa guru serta murid-murid yang memiliki semangat tinggi.

Di siang hari yang cerah, tepatnya di dalam sebuah aula sekolah terpilihlah seorang ketua OSIS yang baru, Angela namanya. Sesuai dengan namanya, dia begitu manis dengan tahi lalat yang ada di dekat mata kirinya membuat setiap senyum yang melengkungkan kedua matanya itu terasa sangat indah dipandang oleh semua mata yang tertuju padanya.

"Terima kasih atas kepercayaan teman-teman sekalian, semoga saya dapat menjaga dan menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya" tutur Angela saat di atas mimbar seraya menutup forum pemilihan ketua OSIS di siang itu.

"prok prookk proookkk..." gemuruh suara tepuk tangan yang sangat meriah dari seluruh penjuru aula sekolah itu.

Angela memang sangat cantik, namun kecantikannya itu, tentu saja bukan suatu hal yang perlu diperhitungkan dalam kepengurusan OSIS tersebut. Kualitas dalam keterampilan berbicara, manajemen waktu, skill kepemimpinan dan keprofesionalan dalam bertugaslah yang menjadi point utama dalam kepengurusan OSIS.

Dan tentu saja dalam setiap kepengurusan OSIS akan selalu didampingi oleh penasehat dari guru yang diamanahkan menjadi pembina untuk dapat mengarahkan OSIS supaya lebih terarah.

Kala itu, Angela yang berperawakan cukup centil, ceria tetapi tetap care sama semua teman-temannya selalu mendapat sorotan dari banyak guru di sekolah. Tidak terkecuali pak Toni yang sedari tadi menyorot gelagat Angela yang sekarang sedang tertawa ria bersama dengan teman-temannya seraya merayakan kemenangan pemilihan ketua OSIS tadi.

Pak Toni merupakan guru matematika yang sangat dibenci pelajarannya oleh Angela, dan tanpa Angela sadari bahwa saat ini dia akan berhadapan terus dengan guru matematikanya yang saat itu juga diamanahkan untuk menjadi pembina OSIS di sekolah tersebut.

"Ahggrr, kenapa musti pak guru itu sih yang jadi pembinaku? gak ada yang lain apa?" gerutunya sambil memasukan sebutir cilok ke dalam mulutnya. "Mampus gak lu, haha..." canda Dewi yang merupakan teman geng dari Angela.

"Bukannya pak Toni itu guru matematika yang super galak itu yah, astaga Enjel kamu lagi dalam bahaya dong!" ujar salah satu komplotan Angela yang bernama Yanti.

"Aduh, apaan sih kalian! udah ya, cukup! ntar lihat aja apa yang akan ku lakukan untuk hadapin guru resek itu, hemmm" jawab ketus Angela sambil menyilangkan tangannya.

Sontak saja, sejak saat itu Angela pun merasa selalu dalam arena pertempuran yang sengit jika sudah memasuki jam sekolah.

Hal ini sebenarnya sudah menjadi bumerang dalam hati Angela semenjak melihat semua orang tersenyum dan memberikan tepuk tangan saat pemilihan ketua OSIS tetapi hanya pak Toni lah yang menatapnya dengan tajam di ujung aula sekolah.

Tak pernah luput dari sorotan Pak Toni yang tidak lain adalah guru matematika yang sekaligus pembina OSIS, Angela pun selalu merasa diserang secara mendadak dari musuh dimanapun dia berada.

Yah, siapa lagi kalau bukan pak guru matematikanya yang senangnya berceloteh mengenai rumus matematika yang sangat membosankan dan mematikan itu.

"Sebel banget deh, kenapa musti dia yang jadi guru matematika di kelas ini. Kenapa enggak bu Hani aja yang super lembut ngajarinnya. Gak kayak dia, cisss..." gerutunya sambil mencorat coret bukunya yang berada di atas meja.

"Yap, kamu!" seru pak Toni yang sedari tadi melihat si Angela sedang mencorat coret bukunya. Dengan jari telunjuk pak Toni yang sedang mengarah ke Angela, semua murid pun langsung berpaling muka ke Angela.

Apalagi yang musti dilakukan oleh Angela selain menjawab "saya, pak?" sambil menunjuk dirinya sendiri. "iya kamu, yang kemarin baru saja terpilih jadi ketua OSIS. Sebentar jam istirahat saya tunggu kamu di ruangan saya, paham!" ujar pak Toni yang saat itu sedang mengemasi buku-bukunya sambil berjalan keluar dari kelas.

"Hayooo, matilah kau Enjel..." kata Yanti sambil menepuk punggung Angela. "kalian semua disini pikir saya takut apa sama pak guru itu? hah, itu kecil saja bagiku" sambil menyentilkan kuku ibu jarinya di kuku kelingkinya, Angela langsung membereskan bukunya.

"Teng, teeng, teeeng..." suara lonceng sekolah berbunyi, pertanda jam istirahat.

Angela yang berjalan santai di tengah kedua temannya yakni si Dewi dan Yanti hendak memasuki ruangan kantor pak Toni dikejutkan dengan sedikit suara dari dalam ruangan.

"Cukup Enjel saja yang masuk, yang lain di luar!" tegur pak Toni yang sudah duduk di dalam ruangan itu. "njel, kamu gak papa kan kalau kita tinggalin?" tanya Dewi sembari meremas tangan Angela.

"yah elah, gak papa kali. Udah sana gih, tunggu aja di bangku itu" sambil memanyunkan bibir yang mengarahkan ke bangku di samping pintu kantor sekolah.

"Sudah tau kan kalau saya pembina mu? artinya kamu akan selalu saya awasi!" ujar pak Toni sambil menunjuk ke arah Angela.

Dengan wajah yang datar Angela pun menghela nafas sambil berkata "semua orang juga tau kok pak" ketusnya sambil melirik ke segala arah.

Ruangan itu seketika hening sejenak, lalu pak Toni memulai pembicaraan lagi. "Saya guru lho disini, kamu gak hargain saya ya?" tanya pak Toni sambil menyandarkan badannya ke kursi.

"Saya hormat kok pak, hormat banget malahan" jawab Angela yang sedari tadi melipat tangannya ke belakang pinggang.

Aneh yaa, masa seorang guru tidak dihormatin sama muridnya sih? Ada apa sebenarnya, apa karena pelajarannya yang tidak pernah nyantol di kepala si Angel? atau kah ada hal lain yang membuat Angela merasa cuek sama pak guru tersebut?

"Saya mau kamu dapat memberikan contoh dan teladan yang baik untuk teman-temanmu, bisa Angela Aprilia?" tanya pak Toni dengan suara yang agak keras dan ditekan.

"iya pak, saya tau dan saya akan memberikan yang terbaik untuk sekolah kita" jawab sigap dari Angela yang langsung menegapkan badan dan menurunkan lipatan tangannya di belakang.

"Bagus kalau begitu, karena ini baru pertama kali saya menjadi pembina OSIS jadi saya harap kamu bisa bekerjasama yang baik dengan saya selaku pembinamu disini" ujar pak guru itu sambil menyatukan kedua jemarinya di atas meja kerjanya.

"iya, okey pak. gampang itu hehe..." ucap si Angela sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Baiklah, silahkan kembali ke teman-temanmu. Dan ingat, jangan lagi tertawa terbahak-bahak di sekitaran sekolah! Tidak sopan, paham njel?" tegur pak Toni. "ii-iyaaa pak, tidak lagi" ucap Angel sambil memundurkan kakinya melangkah keluar kantor itu.

"Astagaaa, dia sampai menegur saya hanya dalam hal yang sesepele itu? Astaga, sejak kapan ada aturan tidak boleh tertawa terbahak-bahak di sekolah" gumam Angela sambil mengarah ke teman-temannya yang sedari tadi duduk menunggunya.

"Eh, kamu dimarahin yaa sama pak guru" tanya Yanti sambil melilitkan tangannya ke lengan si Angela. "ih, jangan diam saja dong! ayoo cerita, njel" sahut Dewi yang tidak mau kalah.

"Apaan sih, enggak. Tadi tuh bapak cuma kasih tau kalau dia itu pembina OSIS ku. Udah ah, laper tau gak sih? Bude, saya cilok 5.000 yaa" ujar Angela sambil meraba uang di saku kemejanya.

"Kirain kamu dimarahin, habis mukamu kayak anak kucing kesiram air sih. Hahaha..." tawa si Yanti lepas saat mereka mulai duduk dan memakan cilok yang telah dipesan sebelumnya.

Terpopuler

Comments

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝

mmpir

2021-09-05

0

Taehyung

Taehyung

nyimak

2021-08-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!