Bertubuh tinggi, berkulit agak gelap dan sedikit bebulu lebat di bagian dagu serta kaki tangan pak Toni membuat Angela semakin geli dan illfeel.
Apalagi ditambah dengan setelan kemeja yang setiap harinya tidak lain berwarna putih dan hitam, menambah kemuakkan dalam batin Angela yang sedari tadi hanya mendengarkan celotehan rumus matematika yang dipaparkan dalam kelas oleh pak Toni.
Jelas berbeda jauh dengan si Angela yang memiliki kulit putih bersih, badan yang sedikit berisi dan selalu mengikat tinggi rambutnya dengan sanggul andalannya itu setiap ke sekolah yang mana kala selalu membuat orang akan terpanah dan melirik ke aranya terus.
Saat di dalam kelas, dengan posisi duduk dan tangan yang menyangga dagu serta sedikit memberikan lirikan sinis, Pak Toni merasa diremehkan dan ditantang oleh murid yang sekarang menjadi binaannya dalam kepengurusan OSIS itu.
"Enjel" yah begitulah teguran temannya Yanti yang menegur Angela sambil menyenggol sedikit lengannya karena melihat Pak Toni mulai menajamkan pandangannya ke Angela.
Sambil melihat ke arah Yanti yang memberi tanda dengan lirikan matanya bahwa Pak Toni sedang memperhatikannya sedari tadi, Angela langsung merapikan posisi duduknya.
"Apa kamu mengerti apa yang saya jelaskan barusan, Enjel?" tanya pak guru itu sambil membuka absennya yang berada di samping lengan tangannya.
"Oh yaa jelas mengertilah pak, kan saya mendengarkan penjelasan pak guru dari tadi" ketus si Angela sambil memainkan bolpennya di tangannya.
Dengan senyum sumringah, guru itu menjawab "Oke bagus kalau begitu, sekarang jelaskan rumus dari fungsi kuadrat yang sudah saya jelaskan tadi!" tantangnya sambil memberikan spidol ke Angela yang masih berada di tempat duduknya.
"Haduh mati saya, tadi apa yaa penjelasannya? Mana rumus di depan tadi sudah dihapus dan tidak ku catat lagi. Cih.." gumamnya.
Angela maju dengan langkah kaki yang terbata-bata dan dengan penuh rasa kesalnya dia menuliskan rumus fungsi kuadrat dengan kurang tepat.
"Y\=A+B+C, nanti tinggal kita cari nilai ABC nya saja" dengan nada lirih Angela pun menunduk seketika.
"Huaahahahahahaaaaa.... huuu.. huuu..huuu.." pecah ketawa dalam kelas membuat guru itu beranjak dari tempat duduknya dan memberi kode tangan menyalib ke atas yang menandakan siswa diharapkan tenang.
"Astaga, memangnya kamu tidak menulis rumus yang sudah saya berikan tadi ya? Begitu lagaknya kok kayak udah paling tau saja, hemmm dasar bocah!" ucap pak guru itu sambil mengambil spidol di tangan Angela.
"Duduk sana, dan perhatikan apa yang saya jelaskan. Sana!" lanjut pak guru matematika itu yang membuat Angela semakin malu dan kesal atas apa yang terjadi barusan.
"Hayooo anak-anak, siapa yang bisa menyempurnakan rumus yang masih salah ini?" seru pak guru sambil mengacungkan spidol ke atas kepalanya.
"Saya bisa pak" jawab Dimas sambil berjalan ke arah papan tulis dan mengambil spidol itu dari tangan pak Toni.
"Jadi rumus fungsi kuadrat yang benar adalah Y\=AX^2+BX+C yang masing-masing nilainya adalah A dan B sebagai koefisien, X sebagai variabel dan C sebagai konstantanya" ujar Dimas yang memang paling jago matematika di dalam kelas itu sambil mengembalikan spidol ke pak gurunya.
"Wah, luar biasa... yuk berikan tepuk tangan untuk Dimas! Hebat kamu dek, nanti ajarin teman kamu yang itu yaa biar cepat nular pintarnya seperti kamu, hehe" singung pak Toni sambil memberikan tepuk tangan dan senyum yang mengejek.
Sambil tersenyum, Dimas pun melihat ke arah Angela yang sedari tadi hanya tertunduk diam dan meremas-remas kertas di bawah meja.
"Enjel, tenang aja nanti saya ajarin kamu kok. Okey?" seru semangat dari Dimas tidak mampu memalingkan wajah Angela yang saat itu semakin kesal dengan gurunya itu.
"Teng...teeng...teeeng..." jam istirahatpun tiba.
"Memalukan! ih, sebel..." celoteh Angela saat teman-temanya mulai keluar kelas untuk beristirahat.
Yanti dan Dewi yang ada di sampingnya pun mencoba menghibur Angela dengan lembut.
"Ayolah Enjel, kamu pasti bisa kok belajar rumus itu. Yang penting kamu fokus aja, udah cukup" kata Yanti sambil mengelus punggungnya.
"Iya, njel. Lagian pak guru tadi cuma kasih teguran aja sih kayaknya biar kamu lebih fokus lagi kalau belajar matematika" tambah Dewi yang berjongkok sambil memegang lutut si Angela.
"Apaan sih, bikin malu tau gak! Tidak gurunya, tidak pelajaranya sama saja. MEMUAKKAN!" ketus Angela tanpa memperdulikan ada siapa aja yang di dalam kelas mendengarkannya.
Dimas yang masih merapikan buku-bukunya langsung beranjak dan menghampiri Angela. "Kalau begini terus kamu bisa-bisa jatuh lho nilainya nanti, ayok aku ajarin nanti sepulang sekolah" ucap Dimas yang berada di samping meja Angela.
Memang Dimas ini perawakannya kalem, pintar dan senang berbagi. Tapi Dimas sepertinya memiliki maksud tertentu dengan sengaja mengajak Angela untuk belajar dengannya.
Yah, namanya anak remaja. Ada lah namanya kalau mulai tumbuh benih-benih asmara kepada lawan jenisnya. Normal, bro. Hahaha.
"Tidak, Dim. Makasih banyak ya, saya bisa belajar sendiri di rumah" sahut Angela yang saat itu langsung meninggalkan Dimas di dalam kelas.
Dewi dan Yanti pun hanya bisa menggelengkan kepala dan menaikkan bahunya sambil mengikuti langkah kaki Angela menuju kantin tempat biasanya dia makan.
"Sumpah ya, baru kali ini saya merasa dipermalukan sama guru di depan kelas" kata Angela sambil mengaduk sambal di dalam cilok.
"Kamu pasti benci banget sama pak Toni yah, hemmm saya sih bisa menebak itu" ucap Yanti.
Dewi pun menyahut "Husss, jangan terlalu benci-benci amat lho njel. Ntar sayang lagi, hahaha..."
Sontak saja, Angela menggebrak meja makannya itu sambil berkata "Lihat aja ntar, saya akan lebih hebat dari dia. Emangnya dia tuh siapa, hah. Benci banget saya tuh, muak rasanya!".
"Opo to mbak, kok pada bilang benci-benci segala... Nanti jadinya benar-benar cinta lho, hihihi..." sambung bude penjual cilok yang sedang membawakan air es pesanan Dewi sebelumnya.
"Cuiihhh..." ludahnya Angela sambil menjawab "aduh bude siapa juga yang mau dengan orang kek dia, ihhh..." titahnya Angela sambil mengunyah cilok lebih cepat.
"Saya pernah baca buku peribahasa lho, dibilangnya gini. Buang ludah, jilat kembali_"
Belum selesai si Yanti berbicara tentang bacaan bukunya itu langsung Dewi menyambar "hati-hati lho njel, dengan omonganmu. Takutnya ketelan ludah sendiri nanti".
Angela langsung menepis semua celotehan teman-temannya itu dengan menutup kedua telinganya sambil berteriak "aku benci matematika pokoknya, titik!".
Semakin kesal lah si Angela saat kembali dan mau memulai pelajaran terakhir di kelasnya.
Tak lama kemudian lonceng pulang pun berbunyi. Sesegera mungkin Angela langsung lari dan pergi meninggalkan teman-temannya karena takut dengan kalimat-kalimat yang sedari tadi membuat pikiran dan hati Angela jadi tak karuan rasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
🌹🌹🌹🌹🌹
2021-09-05
0