Seketika itu keheningan di dalam kantor dipecahkan oleh pertanyaan dari pak Toni "kamu bisa masak njel? atau ibumu yang masak nanti?" tanya pak Toni yang sedikit meragukan keahlian Angela yang jago masak itu.
"Biar gini-gini saya jago masak ya pak!" ketus Angela.
Sambil memanyunkan bibir, pak Toni tetap saja masih meragukannya. "Yah, semoga saja masakanmu nanti banyak yang beli..."
"ih.. resek banget sih nih guru" gumam dalam hati Angela.
"Sudah lah, pak guru kan orang baru disini. Yang tau tentang guru-guru dan teman-teman disini itu saya. Jadi gak usah sok ngeremehin kemampuan saya" celoteh Angela yang membuat tatapan sinis kepada gurunya itu.
"Hahahahaaaa... bukan diremehkan, tapi lihat aja kemarin. Jelas-jelas duduk paling depan papan tulis, tapi rumus matematika segampang itu saja kamu gak bisa. Bagaimana kamu mau dipercaya? kok saya jadi ragu yaa!" tatar pak guru matematika itu yang seolah-olah menyudutkan Angela.
Tak ambil pusing, Angela pun langsung menghujani omelan yang panjang dan lebar kepada gurunya itu.
"Saya memang kurang bisa di pelajaran matematika pak, itu karena memang saya gak suka dari kecil. Lagian saya juga punya prestasi di bidang ekskul jauh lebih banyak kok, ngapain musti sibuk dengan urusan rumus-rumus matematika yang seolah-olah bapak banggakan itu" pungkas Angela yang saat ini sedikit geram dengan pembinanya itu.
"Kalau bicara yang sopan ya, saya ini tetap guru kamu! Hargai saya" jelas pak Toni.
Tentu saja Angela semakin menjadi-jadi, sebab guru yang berada di depannya itu satu-satunya guru yang paling muda dan baru datang dari kota yang jauh dari perkampungan itu.
Angela selalu merasa gurunya ini memancing tabuh genderang dalam dirinya, sehingga untuk meladeninya perlu sedikit kata-kata yang kasar agar gurunya tau betapa berkuasanya dia di sekolah ini.
"Gak sopan banget ya si Angela, hehe memang begitulah dia" gumam salah satu teman sekolahnya yang dari tadi mengintip di balik jendela kantor.
Dengan lagaknya yang keras kepala dan ditambah lagi berhadapan sama orang yang tidak memiliki pemikiran yang sejalan. Bagi Angela itu sangat mustahil untuk dibaikin. Pufftt...
"Sudah ya pak, saya permisi ke koperasi sekolah dulu. Selamat siang!" ucap Angela sambil memalingkan wajahnya ke arah pintu keluar.
"Koperasi sekolah masih kosong, mau ngapain disana. Hah? mau ditangkap hantu?" canda pak Toni itu semakin membuat Angela merasa hambar.
Tanpa sepatah kata pun, Angela langsung berlari keluar dari kantor tersebut.
"Perlu gak sih, saya kasih pelajaran buat guru resek itu?" celetu Angela saat di dalam koperasi bersama teman-teman geng nya.
"Yah elah, njel. Kamu kan murid dan pak Toni itu guru, ya gak mungkin lah. Ntar malah kamu dihukum sama kepsek lho" ucap salah satu teman komplotannya yakni si Dewi.
"Udah, nurut aja. Tapi kalau kamu beneran benci sama tuh guru, mending kamu kasih aja pelajaran buat dia. Yah, dengan cara membuktikan sesuatu yang bagi pak Toni kamu tuh gak bisa gitu deh" ujar Yanti dengan sedikit menyentuh pundak Angela.
"Emangnya pak guru baru itu bikin ulah apa lagi sih sama kamu, njel?" tanya Dewi.
"Dia tuh kayak ngeremehin aku gitu, udah gak bisa masak, gak bisa matematika pula..." jawab Angela sambil meluruskan kakinya ke depan.
"Pantesan, si Enjel malaikat cantik ini marah. Hahahaha..." tawa si Dewi sambil cekikikan memegangi mulutnya.
"Menurut buku yang pernah saya baca, balas dendam terbaik adalah dengan membuktikan ke semua orang atas keraguan mereka. Jadi menurutku kamu buktikan saja besok dengan hasil penjualan bazar kita..." seru semangat dari Yanti membuat hati Angela sedikit lega.
Angela menghela nafas dan berkata "semoga aja ya, besok bazar kita berjalan dengan lancar. Dan kita buktikan ke guru baru itu kalau kita pasti bisa!"
"Nah, gitu dong... kan jadi enak dengarnya. Kalau kamu cemberut terus tuh malah cantikmu makin hilang lho, njel. Hahaha, becanda..." pungkas Dewi seraya memberikan semangat kepada teman karibnya itu.
"Udah, yuk ke kelas. Besok-besok kalau udah ada dana kita ubah koperasi ini jadi lebih baik dan cantik" ajak Angela sambil menggandeng kedua tangan sahabatnya itu.
"teng... teeng.... teeeng..." lonceng pulang telah berbunyi.
Sepulangnya Angela ke rumah, dia langsung menuju ke dapur dan menemui ibunya.
"Ibu, besok teman-teman mau bazar disini, boleh?" tanya Angela sambil mencium telapak tangan ibunya.
"Mau bazar apa ndok, ibu sudah gak ada tenaga buat bantu-bantu lho..." jawab sang ibu.
"Nanti Enjel yang masak kok bu, tenang aja. Kan saya sudah terwarisi darah chef dari ibuku yang cantik ini" ucap Angela yang membuat ibunya sedikit meringis.
"Hoowalah, iya yaa... anak ibu kan sudah pinter masak. Pasti bisa hendel sendiri kan besok? yang pastinya ibu izinkan kok kalau mau pakai dapur ini buat bazar, asal dibersihkan yaaa. Hihihi..." ucap ibu Atik yang merupakan ibu kesayangan Angela saat itu.
"Terima kasih bu, besok saya suruh anak-anak untuk beresin kok. Ibu tenang aja... Udah, Enjel mau masuk kamar dulu ya bu" ujar Angela sambil mencium pipi kanan ibunya.
"Jangan lupa makan terus bantuin ibu cetakin kue ini ya, ndok" pesan ibu saat melihat Angela sudah menuju ke arah kamarnya.
"Okey, siap bosque" jawab Angela.
Betapa tidak, si Angela merupakan anak perempuan satu-satunya yang mereka miliki. Sehingga, sifat manjanya itu menambah kehangatan dalam keluarga tersebut.
Dan benar saja, Angela yang sedari tadi duduk di depan kompor gas sambil menguleni adonan kue yang sedikit lagi akan digorengnya. Dan memang sedari kecil ibunya selalu mengajarinya untuk memasak, sehingga dalam usia yang masih 14 tahun Angela tumbuh dan berkembang dengan keterampilan memasaknya itu.
"Bu, kalau bazar itu baiknya kita jualan apa ya?" tanya Angela sambil menggoreng jajanan sore yang akan mereka pasarkan.
"Halah, kamu coba-coba saja to mau masak apa gitu. Kan disesuaikan dengan kemapuanmu, ndok" jawab ibu Angela yang sedang mencetak roti di tangannya.
"... lalapan, opor, rendang, kue-kue kan banyak tuh yang kamu bisa, hehehe... tapi nanti ayah cicip dikit boleh, nggih?" sahut ayah yang tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka.
"Wah, ayah paling cepet kalau masalah makanan lho..." canda Angela sambil membalik gorengannya.
"Ingat kolestrol yah, kamu kok kalau namanya makanan saja gak pernah ingat sama penyakit kok yah" celetu ibu Atik.
"... lho, kan tinggal makan to. Apa susahnya to bu, apalagi kalau anak dan ibunya sudah kolaborasi. Beh, ayah siap sedia kosongkan perut selama satu hari full deh. Hehehe..." jawab ayah yang tidak mau kalah dari celetu istrinya itu.
"Anakmu lho sudah besar, pinter masak lagi. Nanti biar dia masakin buat suami dan anak-anaknya to yah..." sambung ibu sambil memasukan roti ke dalam panggangan.
"Aaggrrrhh... ayah sama ibu pembahasannya udah mau melenceng nih. Tadi ngomongin apa sekarang apa...!" gerutu Angela saat mencicipi bakwan yang sudah matang itu.
"... udah, itu nanti gosong lho bakwannya. Ndang, cepet diatur di nampan biar bisa dijual ke pasar sore..." ucap ibu sambil memotong-motong kue bolu di atas meja makan.
"Iya, okey siap bosque" jawab Angela seraya membuat suasana saat itu menjadi lebih santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments