Kerjasama Tim

"teng... teeng... teeeng..." lonceng istirahat berbunyi. Dimas yang sedari tadi ingin menghampiri Angela, mencoba untuk memberanikan dirinya mendekat.

"... njel, ada yang pingin saya titip ke kamu" ucap Dimas sambil memegang lipatan kertas di tangannya.

"Apaan dim, ngomong aja kok kaku banget sih" ketus Angela sambil menyeka rambutnya.

"... ii-ini buat kamu, nanti tolong dibaca ya sebelum___" ucap Dimas yang sengaja dipotong oleh kejutan suara dehem yang sangat keras.

"...Eheeem" suara itu terdengar sedikit berat seperti suara orang dewasa. "cih... dia lagi, dia lagi" gumam Angela dalam hati saat melihat langkah kaki pak Toni masuk ke ruang kelas mereka.

"Apa itu Dimas, contekan ya! kamu mau kasih kunci jawaban ulangan harian matematika sebentar ini ke Angela, iya!" tatar pak guru matematika yang langsung merampas kertas itu dari tangan Dimas.

"Hah, mati aku..." gumam dalam hati Dimas.

"... bu-bu-bukan pak, itu... anu__" jawab Dimas dengan suara dan tangan yang gemetar.

"Jangan ulangi lagi ya! atau tidak saya potong nilai matematika kalian berdua!" ketus pak Toni yang langsung membuat kedua mata Angela membola.

Tidak lama kemudian, mereka semua bubar dan meninggalkan Angela sendirian di kelas.

Tak berselang lama, Widi dan Ningsih memanggil Angela dari jendela. "woy... ibu ketua melamun aja. Ayok sini ke belakang, kita kumpulkan pasukan buat nyerang musuh. Hihihi..."

Segera bergegas Angela ke belakang kelas yang ternyata disana sudah berkumpul semua teman-teman pengurus OSIS nya.

"Pembina kita kali ini kayaknya agak sensi ya, dengar gak kalian tadi waktu dia ngancam Dimas dan Enjel?" tanya Dewi sambil membuka pembungkus makanan ringan di tangannya.

"Kalian tenang aja, kita akan hadapin sama-sama tuh guru baru. Iya kan, ibu ketua?" tanya Jordi yang merupakan anggota pramuka aktif di sekolah itu.

"Gak papa, kita pasti kuat. Iya, kan?" ujar Ningsih. Sambil memandangi mata satu per satu dari semua teman-temannya itu, Angela pun merasa seperti diberi amunisi baru untuk segera berperang melawan musuh.

"Yah, betul. Ayok kita sama-sama hadapin ini. Demi membangun nama baik sekolah dan membanggakan semua guru yang ada disini" deru semangat dari ketua OSIS ini memang selalu memberikan energi baru kepada semua pengurusnya.

"Kita disini bukan satu ataupun dua orang, kita disini adalah tim. Yang akan selalu bersama-sama dalam setiap suka maupun duka, okeh" lanjut Angela yang saat itu mulai terbakar api semangat.

"Semoga kerjasama tim kita ini, dapat membuahkan hasil yang membanggakan" ujar Yanti yang juga berada disitu.

"... amiin.." jawab semua teman-teman pengurus OSIS saat itu.

Semua langsung memajukan tangannya dan saling bertumpu untuk menyulangkan ke atas sambil mengucapkan jargonnya. "SMPN 1... pasti bisa, yesss..."

________

Jam dinding mulai menunjukkan ke angka 15.00 yang artinya sudah menjelang petang.

Kala itu mulai berdatanglah satu per satu teman-teman Angela ke rumahnya.

Setelah semua sudah berkumpul, kini Angela mulai membuka pembicaraan.

"okey, gaesss... hari ini kita akan membuat konsep bazar sekaligus membagi tugas untuk besok pagi. Jadi kira-kira siapa yang punya ide untuk konsep kita hari ini?" tanya Angela sambil melebarkan tangannya ke depan.

"... aku ada ide, bagaimana kalau kita membuat bazar es sirup atau kopi gitu untuk dijual saat pertandingan bola besok di lapangan" ucap Ningsih.

"... terus kita jualan kue atau keripik gitu, wah pasti laris banget tuh" tambah si Widi.

"Dengan modal yang kecil dan untung yang besar, saya pikir itu ide yang bagus tuh, njel..." lanjut Yanti yang semakin memberikan semangat kepada teman-teman.

"iya, okey... kita perlu mencobanya. Saya mulai bagi tugas kalian yah..." jawab si Angela dengan sedikit mengangguk ke teman-temannya.

"Dewi kamu bagian membuat es sirup dan kopi bersama Ningsih ya, terus Jordi sama Widi bantu saya membuat keripik dan kue. Sisanya kalian bagian pemasaran yaaa..." tutur Angela yang sepertinya bisa memanajemen tugas teman-temannya dengan baik sesuai dengan kemampuan mereka.

"... siap, ibu ketua" jawab serentak teman-teman Angela saat itu yang sedikit membuat ribut di rumahnya.

Tidak terasa hari sudah mulai petang, mereka sibuk dengan persiapan bahan-bahan bazarnya.

"apa yang perlu saya siapkan besok ya, ning...?" tanya Dewi kepada Ningsing tentang pembuatan es sirup dan kopi. "besok kamu bawa alat-alatnya aja, kayak gayung panjang, termos air, gelas polkadot, sama sedotan. Nah, sisanya saya yang beli sirup, kopi, gula, es batu, dan susu yaa" jawab Ningsih sambil menuliskan alat dan bahan di buku catatannya.

"Widi, besok pagi datang ke rumahku bawa pisang, ubi, dan labu kuning ya. Dan kamu Jordi, belikan saya bahan kue seperti tepung, minyak goreng, gula merah yang sudah saya catat disini ya.." ucap Angela sambil menunjuk kertas yang ditulisnya bahan membuat kuenya itu.

"kamu mau buat kolak ya, njel?" tanya Widi yang dari tadi bingung sendiri.

"aduh... jangan banyak bacot, bawa aja itu besok pagi kesini. Nanti juga kalian bakalan paham apa yang pingin saya buat" ketus Angela.

"Hahahahaha.... iya iyaaa becanda" tawa Widi saat itu juga.

"... njel, ini pemasarannya gimana nih kita?" sahut Yanti yang sedari tadi duduk bersama teman-teman yang belum mendapatkan bagian.

"gitu aja gak bisa... Nanti salah satu diantara kalian musti bisa desain pamflet yaa buat kita promosikan ke orang-orang disana. Terus sisanya kalian sebarkan pamflet itu sambil menawarkan bazar kita, udah itu aja..." celoteh Angela yang saat itu tanpa disadari didengar oleh ayahnya dari dalam rumah.

"anakku sudah pintar bisnis ternyata, mantap..." gumam ayah di dalam benaknya.

"okey, siap bosque__" sontak jawaban itu membuat semua orang kaget dan ternyata itu sahutan dari ayah si Angela.

"ahahahahahahaha....." pecah tawa di teras rumah itu membuat suasana semakin santai.

________

Pak Toni yang sedari tadi penasaran dengan surat yang dirampasnya dari Dimas di kelas, dengan pelan dia buka sambil menyeruput kopi panasnya di sore hari itu.

"... aku tau memang ini hal yang tak wajar, tapi izinkan aku untuk mengungkapkan isi hatiku selama ini. Meskipun terkesan kurang romantis dengan merangkaikan kata di dalam kertas ini, aku harap kamu bisa memakluminya. Angela Aprilia, aku sayang sama kamu. Maukah kamu menjadi pacarku..."

Isi singkat surat itu membuat pak Toni langsung tersedak kopi. "uhuuuk.... uhuuukkk".

"... ah dasar anak bocah, jaman sekarang masih pake surat-suratan. Kirain tadi contekan matematika hahaha..." gerutu pak Toni sambil melipat kembali surat itu dan memasukannya ke dalam amplop.

"... tapi ini masih mending, bocah kecil itu lebih berani dari pada aku yang hanya bisa memendam rasa. Kemudian malah dicampakkan, dan itu lebih sakit karena belum pernah mencoba untuk mengungkapkan rasa..."

Gumam pak Toni yang memang dulunya memiliki kisah asmara yang sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, semasa kuliahnya dia tidak berani sama sekali mencoba mendekati bahkan untuk sekedar mengungkapkan isi hati. Walaupun entah diterima atau tidak, namun setidaknya dapat melegakan hatinya.

Guru matematika itu mencoba menepis ingatannya itu dengan segera masuk ke dalam rumah dan menyalakan lampu teras karena hari sudah mulai malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!