Wa Story Istriku

Wa Story Istriku

Part 4

"Apa yang terjadi dengan nenek?"

Anjar menatap Puspa dan nenek secara bergantian.

Suasana kembali tenang ketika nenek menganggap Puspa sebagai Fina, bersamaan dengan itu, kulangkahkan kakiku keluar ruangan guna mencari dimana keberadaan sang dokter.

Setelah memeriksa kondisi nenek, ku tanyakan pada sang dokter yang terlihat tampan itu tentang penyakitnya.

Dokter menjelaskan bahwa, Dimensia adalah penyakit penurunan daya ingat (pikun). Ketika dimensianya tengah kambuh, beliau akan kehilangan daya ingatnya, lupa siapa dirinya, tentang keluarganya, sulit untuk berkonsentrasi, tidak mengenal tanggal dan waktu saat ini, bahkan nenek akan lupa dengan apa yang baru saja di lakukan.

Untung saja Puspa bisa mengatasi kondisi nenek saat sedang kambuh, Puspa benar-benar sedang ber akting sebagai Fina

"Kasihan sekali neneku" gumamku dalam hati

Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukan pukul 6:20. Sudah hampir 3 jam nenek kehilangan daya ingatnya, dia masih menganggap Istriku sebagai adik perempuannya.

Beberapa menit berlalu, pintu terbuka menampilkan sosok Ayah dan bunda di balik pintu.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab ku

Mereka lalu berjalan menghampiri nenek yang ternyata sudah memejamkan mata.

Mungkin nenek lelah, dan ahirnya tertidur

"Bagaimana keadaan nenek nak" tanya Ayah

"Tadi nenek kambuh yah, jawabku kemudian langsung menjelaskan apa yang terjadi pada nenek sejak tadi subuh.

"Tahukah ayah???" bahkan nenek meyebutku pria misterius"

"Oo yaa..!! Kamu harus memakluminya, nenekmu sedang sakit"

"Iya Ayah"

Bunda menyuruh kami sarapan terlebih dahulu sebelum kami pulang, Bunda akan menggantikan kami untuk menjaga nenek di rumah sakit.

"Ya sudah kalian sarapan dulu, bunda bawa sarapan dari rumah"

Saat kami sedang sarapan, ku alihkan pandanganku dimana ada nenek yang sedang tertidur pulas dan ayah serta bunda berdiri di sampingnya, sejurus kemudian ayah mengusap kening nenek. Kulihat raut wajah ayah nampak sedih, bagaimana tidak, nenek adalah Ibu dari Ayah...

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, ahirnya kami sampai di rumah.

Kami bersiap untuk bekerja hari ini.

Berjalan menuruni anak tangga, aku menunggu Puspa yang masih bersiap, di teras rumah, sambil menghisap rokok. Masih setengah rokok yang ada di tanganku, terdengar suara Puspa, cepat-cepat ku taruh rokok di asbak dengan gerakan tangan memutar sedikit menekannya

"Mas belum berangkat?"

"Aku menunggumu, Aku akan mengantarmu"

"Ngga usah mas, aku mau naik motor saja, ini sudah siang, kalau mas mengantarku pake mobil, nanti akan terjebak macet, dan aku akan terlambat" Jawabnya seraya memakai sepatunya.

Dia meraih tanganku lekas mencium punggung tanganku, kemudian berlalu melajukan motor maticnya, meninggalkanku yang berdiri mematung.

"Bukannya dia juga sudah terlambat" Batinku

...💕💕💕...

"Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing"

Begitulah bunyi story WA Puspa, dia tidak menyadari bahwa selama ini suaminya selalu melihat apa yang dia tulis di wa storynya, karena Puspa tidak pernah mengecek siapa saja yang telah melihat statusnya.

Pandangannya tertuju pada tumpukan kertas folio, yang berada di pojok kiri atas meja kerjanya, sepersekian detik Puspa bisa menebak isi dari kertas itu. Mengulum bibirnya, di raihnya kertas itu dan menelitinya.

Sebagai guru dan wali kelas, Puspa selalu memperingatkan muridnya agar selalu mematuhi aturan yang di terapkan di sekolah. Dia akan memberi hukuman pada siswa yang berulah dengan hukuman yang sekiranya tidak merusak mental anak, dan tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

Bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai, saatnya para murid pulang ke rumah masing-masing, tetapi tidak dengan para guru dan staf TU. siang itu setelah pulang sekolah mereka mengadakan rapat mengenai kegiatan Try Out dan tambahan jam pelajaran, guna memberi bekal untuk anak-anak yang akan menghadapi ujian akhir, agar bisa lulus dengan nilai sempurna.

^^^"Mas hari ini aku pulang telat, ada rapat di sekolah" ^^^

Bunyi sms yang di kirim Puspa ke suaminya

Beberapa menit kemudian ada balasan dari Anjar

Mas Anjar

"Jam berapa sampai rumah"

^^^"Sekitar jam 5"^^^

...~¤¤¤~...

Rapat telah di laksanakan, tiba saatnya para guru bersiap untuk pulang. Termasuk Puspa, berjalan menuju parkiran, pada saat memakai helem, ada sesuatu yang bergetar di dalam tasnya, tanpa menunggu lama Puspa segera mengambil benda yang bergetar, sesaat setelah membaca pesan dari suaminya, bibirnya menyunggingkan senyuman.

Malam harinya, Puspa sedang duduk dan berkutat di depan laptop di dalam ruang keluarga, terdengar suara mobil, diikuti dentuman suara pintu gerbang terdengar nyaring, menandakan seseorang sedang membukanya, yang ternyata adalah suaminya, dia membuka pintu rumah dan menyambut kepulangan suaminya dengan senyuman manis, walaupun dia tahu mas Anjar masih belum mencintainya, tetapi tetap dia lakukan karena merupakan tugasnya sebagai istri.

Puspa meraih Paperbag yang isinya berupa makanan yang sudah di beli oleh suaminya, karena tadi sore suaminya megirim pesan saat sedang di parkiran sekolah

Sejenak puspa mengingat pesan itu

Mas Anjar

"ngga usah masak, hari ini aku pulang jam 7 , aku akan beli makanan saat pulang nanti"

Begitulah kira-kira.

"Kamu langsung siapin makan ya Dhe, aku ganti baju dulu"

"Iya mas"

Pipinya berubah merah bak kepiting rebus, saat ia mendengar panggilan itu.

"Mas Anjar memanggilku dhe"

Seakan ia mendapat tambahan ifus, semangatnya pun meningkat.

Saat di meja makan menikmati makan malamnya, Puspa membaranikan diri membuka percakapan

"Mas" Panggilnya

sejenak Anjar menghentikan aktifitas makan nya, menatap wajah istrinya

"Ada apa?"

Sambil meraih gelas berisi air, namun pandanganya tetap fokus ke wajah istrinya, menatap penuh selidik

"hmmm Mulai senin, sampai dua bulan kedepan, aku akan pulang terlambat,,, Ak"

Belum selesai, ucapaanya terpotong oleh suaminya

"Kenapa"

"Aku harus memberi pelajaran tambahan untuk persiapan anak-anak menghadapi ujian ahir nasional, karena mata pelajaranku masuk dalam mapel yang di UAN kan"

Sangat lancar kalimat itu meluncur dari mulutku, padahal sering sekali aku kehilangan konsentrasi setiap berbicara ataupun berhadapan dengan Mas Anjar

"Ohh..." sahut Mas Anjar

"Jadi pulang sekolah jam berapa??" tanyanya lagi

"Insya Allah Sebelum jam lima"

"hemm" sambil manggut manggut

Tak ada percakapan lagi setelah itu, sampai selesai makan.

Setelah itu, tampak mas Anjar berdiri lalu berjalan dan manegambil sesuatu di atas meja yang berada tepat di samping kulkas kemudian mengayunkan kakinya keluar menuju pintu dapur.

"Hhhhh Pasti mau merokok lagi"

Gumam puspa lirih, sangat lirih, tapi masih bisa di dengar oleh telinga sang suami, membuat suaminya menghentikan langkahnya kemudian mengalihkan pandanganya ke belakang menatap sosok istrinya yang sedang berdiri membelakanginya sambil menggerakan tangannya mengelap meja makan

...__________€€€__________...

Hari ini hari Minggu, Aku dan mas Anjar tidak bekerja, tak ada kegiatan yang aku lakukan di hari liburku, kecuali membersihkan rumah. Aku tidak punya Asisten rumah tangga, dulu mas Anjar pernah manawarkan ART untuk sekedar memasak dan bersih-bersih rumah. Tapi aku menolaknya, dengan alasan aku masih bisa menghandel pekerjaan rumah sendiri. Bagiku itu tidak masalah karena memang tidak pernah ada hal yang menarik untuk di lakukan di hari liburku. Sedangkan mas Anjar selalu mengurung diri di dalam kamar saat libur.

Mas Anjar juga mengatakan kondisi nenek sudah pulih, dan pagi ini sudah bisa pulang. Dia mengajaku menjenguknya, sekalian makan malam di rumah mertuaku.

Di kediaman Bu Rita dan Pak Daniswara

Satu keluarga sedang berkumpul di meja makan menyantap makan malam.

Aku yang duduk bersebelahan dengan mas Anjar, berhadapan dengan Ayah dan bunda yang juga duduk bersebelah, di ujung meja tampak nenek yang sedang asik menggodaku

"Kapan kalian punya bayi" tanya nenek

"Oh Iya kapan nih, kalian udah 1 tahun menikah lho, ucap Bunda

"Kalian jangan sibuk bekerja terus, sekali-kali luangkan waktu untuk liburan berdua" kali ini Ayah ikut menimpali"

Sekejap ku lirik mas Anjar tampak santai, menanggapi ledekan dari neneknya. Berbeda denganku yang tampak gugup dan merasa inscure,

"Belum waktunya yah, bunda, nenek" ucap mas Anjar dengan santainya

"Terus kapan dong waktunya" tanya bunda

"Secepatnya bun"

"Uhukk" Ucapan mas Anjar membuatku tersedak

"Pelan-pelan sayang, ini minum dulu" seraya secepat kilat mengarahkan gelas berisi air ke hadapanku

"Duri ikannya jangan ikut dimakan dhe"

Sekilas melirik mas Anjar yang juga sedang

meliriku, sangat lancar dan tanpa hambatan akupun menjawab godaannya,

"Jangan mengucapkan kalimat yang membuatku tersedak mas"

Kulihat dengan ekor mataku mas Anjar tersenyum tipis, sambil menggelengkang kepalanya.

Usai makan malam, kami berbincang di ruang tv hingga tak terasa sudah pukul 10 malam, kemudian kamipun berpamitan untuk pulang

Bersambung

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

ini gmn ujug2 part 4, trs 123 nya mna???
jgn bilang 123 sayang semuanya apa lagi jln masuk surga😁

2025-02-04

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

hadir member baru

2023-11-03

0

Lucinta Gua

Lucinta Gua

dr 2021 ternyata emang udh ngacak ya🤣dan part 3 nya gk ada

2023-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!