NovelToon NovelToon

Wa Story Istriku

Part 4

"Apa yang terjadi dengan nenek?"

Anjar menatap Puspa dan nenek secara bergantian.

Suasana kembali tenang ketika nenek menganggap Puspa sebagai Fina, bersamaan dengan itu, kulangkahkan kakiku keluar ruangan guna mencari dimana keberadaan sang dokter.

Setelah memeriksa kondisi nenek, ku tanyakan pada sang dokter yang terlihat tampan itu tentang penyakitnya.

Dokter menjelaskan bahwa, Dimensia adalah penyakit penurunan daya ingat (pikun). Ketika dimensianya tengah kambuh, beliau akan kehilangan daya ingatnya, lupa siapa dirinya, tentang keluarganya, sulit untuk berkonsentrasi, tidak mengenal tanggal dan waktu saat ini, bahkan nenek akan lupa dengan apa yang baru saja di lakukan.

Untung saja Puspa bisa mengatasi kondisi nenek saat sedang kambuh, Puspa benar-benar sedang ber akting sebagai Fina

"Kasihan sekali neneku" gumamku dalam hati

Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukan pukul 6:20. Sudah hampir 3 jam nenek kehilangan daya ingatnya, dia masih menganggap Istriku sebagai adik perempuannya.

Beberapa menit berlalu, pintu terbuka menampilkan sosok Ayah dan bunda di balik pintu.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab ku

Mereka lalu berjalan menghampiri nenek yang ternyata sudah memejamkan mata.

Mungkin nenek lelah, dan ahirnya tertidur

"Bagaimana keadaan nenek nak" tanya Ayah

"Tadi nenek kambuh yah, jawabku kemudian langsung menjelaskan apa yang terjadi pada nenek sejak tadi subuh.

"Tahukah ayah???" bahkan nenek meyebutku pria misterius"

"Oo yaa..!! Kamu harus memakluminya, nenekmu sedang sakit"

"Iya Ayah"

Bunda menyuruh kami sarapan terlebih dahulu sebelum kami pulang, Bunda akan menggantikan kami untuk menjaga nenek di rumah sakit.

"Ya sudah kalian sarapan dulu, bunda bawa sarapan dari rumah"

Saat kami sedang sarapan, ku alihkan pandanganku dimana ada nenek yang sedang tertidur pulas dan ayah serta bunda berdiri di sampingnya, sejurus kemudian ayah mengusap kening nenek. Kulihat raut wajah ayah nampak sedih, bagaimana tidak, nenek adalah Ibu dari Ayah...

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, ahirnya kami sampai di rumah.

Kami bersiap untuk bekerja hari ini.

Berjalan menuruni anak tangga, aku menunggu Puspa yang masih bersiap, di teras rumah, sambil menghisap rokok. Masih setengah rokok yang ada di tanganku, terdengar suara Puspa, cepat-cepat ku taruh rokok di asbak dengan gerakan tangan memutar sedikit menekannya

"Mas belum berangkat?"

"Aku menunggumu, Aku akan mengantarmu"

"Ngga usah mas, aku mau naik motor saja, ini sudah siang, kalau mas mengantarku pake mobil, nanti akan terjebak macet, dan aku akan terlambat" Jawabnya seraya memakai sepatunya.

Dia meraih tanganku lekas mencium punggung tanganku, kemudian berlalu melajukan motor maticnya, meninggalkanku yang berdiri mematung.

"Bukannya dia juga sudah terlambat" Batinku

...💕💕💕...

"Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing"

Begitulah bunyi story WA Puspa, dia tidak menyadari bahwa selama ini suaminya selalu melihat apa yang dia tulis di wa storynya, karena Puspa tidak pernah mengecek siapa saja yang telah melihat statusnya.

Pandangannya tertuju pada tumpukan kertas folio, yang berada di pojok kiri atas meja kerjanya, sepersekian detik Puspa bisa menebak isi dari kertas itu. Mengulum bibirnya, di raihnya kertas itu dan menelitinya.

Sebagai guru dan wali kelas, Puspa selalu memperingatkan muridnya agar selalu mematuhi aturan yang di terapkan di sekolah. Dia akan memberi hukuman pada siswa yang berulah dengan hukuman yang sekiranya tidak merusak mental anak, dan tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

Bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai, saatnya para murid pulang ke rumah masing-masing, tetapi tidak dengan para guru dan staf TU. siang itu setelah pulang sekolah mereka mengadakan rapat mengenai kegiatan Try Out dan tambahan jam pelajaran, guna memberi bekal untuk anak-anak yang akan menghadapi ujian akhir, agar bisa lulus dengan nilai sempurna.

^^^"Mas hari ini aku pulang telat, ada rapat di sekolah" ^^^

Bunyi sms yang di kirim Puspa ke suaminya

Beberapa menit kemudian ada balasan dari Anjar

Mas Anjar

"Jam berapa sampai rumah"

^^^"Sekitar jam 5"^^^

...~¤¤¤~...

Rapat telah di laksanakan, tiba saatnya para guru bersiap untuk pulang. Termasuk Puspa, berjalan menuju parkiran, pada saat memakai helem, ada sesuatu yang bergetar di dalam tasnya, tanpa menunggu lama Puspa segera mengambil benda yang bergetar, sesaat setelah membaca pesan dari suaminya, bibirnya menyunggingkan senyuman.

Malam harinya, Puspa sedang duduk dan berkutat di depan laptop di dalam ruang keluarga, terdengar suara mobil, diikuti dentuman suara pintu gerbang terdengar nyaring, menandakan seseorang sedang membukanya, yang ternyata adalah suaminya, dia membuka pintu rumah dan menyambut kepulangan suaminya dengan senyuman manis, walaupun dia tahu mas Anjar masih belum mencintainya, tetapi tetap dia lakukan karena merupakan tugasnya sebagai istri.

Puspa meraih Paperbag yang isinya berupa makanan yang sudah di beli oleh suaminya, karena tadi sore suaminya megirim pesan saat sedang di parkiran sekolah

Sejenak puspa mengingat pesan itu

Mas Anjar

"ngga usah masak, hari ini aku pulang jam 7 , aku akan beli makanan saat pulang nanti"

Begitulah kira-kira.

"Kamu langsung siapin makan ya Dhe, aku ganti baju dulu"

"Iya mas"

Pipinya berubah merah bak kepiting rebus, saat ia mendengar panggilan itu.

"Mas Anjar memanggilku dhe"

Seakan ia mendapat tambahan ifus, semangatnya pun meningkat.

Saat di meja makan menikmati makan malamnya, Puspa membaranikan diri membuka percakapan

"Mas" Panggilnya

sejenak Anjar menghentikan aktifitas makan nya, menatap wajah istrinya

"Ada apa?"

Sambil meraih gelas berisi air, namun pandanganya tetap fokus ke wajah istrinya, menatap penuh selidik

"hmmm Mulai senin, sampai dua bulan kedepan, aku akan pulang terlambat,,, Ak"

Belum selesai, ucapaanya terpotong oleh suaminya

"Kenapa"

"Aku harus memberi pelajaran tambahan untuk persiapan anak-anak menghadapi ujian ahir nasional, karena mata pelajaranku masuk dalam mapel yang di UAN kan"

Sangat lancar kalimat itu meluncur dari mulutku, padahal sering sekali aku kehilangan konsentrasi setiap berbicara ataupun berhadapan dengan Mas Anjar

"Ohh..." sahut Mas Anjar

"Jadi pulang sekolah jam berapa??" tanyanya lagi

"Insya Allah Sebelum jam lima"

"hemm" sambil manggut manggut

Tak ada percakapan lagi setelah itu, sampai selesai makan.

Setelah itu, tampak mas Anjar berdiri lalu berjalan dan manegambil sesuatu di atas meja yang berada tepat di samping kulkas kemudian mengayunkan kakinya keluar menuju pintu dapur.

"Hhhhh Pasti mau merokok lagi"

Gumam puspa lirih, sangat lirih, tapi masih bisa di dengar oleh telinga sang suami, membuat suaminya menghentikan langkahnya kemudian mengalihkan pandanganya ke belakang menatap sosok istrinya yang sedang berdiri membelakanginya sambil menggerakan tangannya mengelap meja makan

...__________€€€__________...

Hari ini hari Minggu, Aku dan mas Anjar tidak bekerja, tak ada kegiatan yang aku lakukan di hari liburku, kecuali membersihkan rumah. Aku tidak punya Asisten rumah tangga, dulu mas Anjar pernah manawarkan ART untuk sekedar memasak dan bersih-bersih rumah. Tapi aku menolaknya, dengan alasan aku masih bisa menghandel pekerjaan rumah sendiri. Bagiku itu tidak masalah karena memang tidak pernah ada hal yang menarik untuk di lakukan di hari liburku. Sedangkan mas Anjar selalu mengurung diri di dalam kamar saat libur.

Mas Anjar juga mengatakan kondisi nenek sudah pulih, dan pagi ini sudah bisa pulang. Dia mengajaku menjenguknya, sekalian makan malam di rumah mertuaku.

Di kediaman Bu Rita dan Pak Daniswara

Satu keluarga sedang berkumpul di meja makan menyantap makan malam.

Aku yang duduk bersebelahan dengan mas Anjar, berhadapan dengan Ayah dan bunda yang juga duduk bersebelah, di ujung meja tampak nenek yang sedang asik menggodaku

"Kapan kalian punya bayi" tanya nenek

"Oh Iya kapan nih, kalian udah 1 tahun menikah lho, ucap Bunda

"Kalian jangan sibuk bekerja terus, sekali-kali luangkan waktu untuk liburan berdua" kali ini Ayah ikut menimpali"

Sekejap ku lirik mas Anjar tampak santai, menanggapi ledekan dari neneknya. Berbeda denganku yang tampak gugup dan merasa inscure,

"Belum waktunya yah, bunda, nenek" ucap mas Anjar dengan santainya

"Terus kapan dong waktunya" tanya bunda

"Secepatnya bun"

"Uhukk" Ucapan mas Anjar membuatku tersedak

"Pelan-pelan sayang, ini minum dulu" seraya secepat kilat mengarahkan gelas berisi air ke hadapanku

"Duri ikannya jangan ikut dimakan dhe"

Sekilas melirik mas Anjar yang juga sedang

meliriku, sangat lancar dan tanpa hambatan akupun menjawab godaannya,

"Jangan mengucapkan kalimat yang membuatku tersedak mas"

Kulihat dengan ekor mataku mas Anjar tersenyum tipis, sambil menggelengkang kepalanya.

Usai makan malam, kami berbincang di ruang tv hingga tak terasa sudah pukul 10 malam, kemudian kamipun berpamitan untuk pulang

Bersambung

Part 5

Hari di lalui begitu-begitu saja oleh pasangan suami istri beda profesi itu.

Puspa yang sibuk dengan kewajibanya, memberi pembekalan materi tambahan untuk para siswa karena ujian sudah hampir di depan mata.

Sang suami yang tengah wara wiri keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis dalam membantu memajukan perusahaan milik sang ayah

Lima hari sudah Mas Anjar bertugas di luar kota, tadi pagi mas Anjar memberi tahu kalau malam ini mas Anjar akan pulang.

Tidak ada persiapan apa apa untuk menyambutnya, karena hubungan kami masih jalan di tempat, mas Anjar juga berpesan agar tidak perlu menyisakan makan malam untuknya.

Kini sudah pukul 11 malam, tapi belum ada tanda-tanda mas Anjar pulang, aku tetap menunggunya walaupun Dia menyuruhku untuk tidak usah menunggu

Sambil mengoreksi hasil try out anak-anak, sesekali ku lirik jam yang bertengger di dinding

kemudian aku berdiri berjalan menuju jendela membuka sedikit korden berwarna ungu muda,

sepi sangat sunyi, masih belum tampak mobil mas Anjar. Mebuatku kembali ke tempat duduk, saat baru saja duduk, samar kudengar deru suara mobil, seketika aku berdiri, sejenak merapikan rambut yang sedikit berantakan, lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu.

Saat pintu terbuka, kulihat mas Anjar sedang duduk melepas tali sepatu, bersamaan dengan itu, sekilas mas Anjar mengalihkan pandangannya ke arahku, lalu menunduk kembali, disini aku masih menatapnya dalam terlihat wajah suamiku yang tampak lelah. hingga mas Anjar berdiri, ku ulurkan tanganku mencium punggung tanganya takzim.

"Sini mas biar tasnya aku bawa?"

"Ngga usah ini berat"

"Kenapa belum tidur?" Aku yang sedari tadi memandanginya tersentak dengan pertanyaanya

"Aa-aku?"

"Memangnya ada orang lain di rumah ini selain kau?"

"Aku sedang mengoreksi lembar jawaban hasil tes anak-anak"

Sepintas mas Anjar melirik tumpukan kertas di atas meja.

"Bukanya besok libur?"

"Iya" jawabku singkat

"Tidurlah ini sudah malam"

Lagi-lagi kujawab iya.

...@@@...

Pagi harinya, saat aku tengah sibuk memasak, sedangkan mas Anjar membersihkan halaman dan menyiram tanaman, yang sudah menjadi rutinitasnya jika tidak berangkat kerja.

Oseng cumi pedas, telor mata sapi dan sayap ayam goreng menjadi menu yang akan kami nikmati untuk sarapan pagi ini.

Ku hampiri suamiku yang mengenakan kaos putih dan celana pendek selutut menambah aura ketampanannya.

"Mas sarapan sudah siap"

"Iya sebentar lagi"

Akupun berbalik memasuki rumah...

Selesai sarapan, dan pekerjaan rumah pun sudah rampung aku kerjakan, kini aku mau membersihkan diri.

saat di kamar, ku raih ponselku ada banyak pesan masuk. ku baca pesan dari Anggun terlebih dahulu

Anggun

"Kak hari ini kita jadi shoping kan?

"Nanti ketemu di lokasi aja ya"

"Kalau sudah di lokasi, nanti kabarin, Oke 😘"

Tiga pesan beruntun dari Anggun.

^^^"Oke"^^^

Ku ketuk pintu kamar mas Anjar

Tok..tok"

"Masuk" jawaban dari dalam

Mas Anjar menautkan alisnya menatapku tajam

"Mau kemana?"

"Aku mau ketemu Anggun mas, kita sudah janjian mau belanja kebutuhan bulanan"

Mas Anjar tampak duduk berselonjor di ranjang dengan laptop di atas pangkuanya, kemudian memindai laptopnya ke samping kirinya

"Biar ku antar, seraya beranjak dari tempat tidur tunggulah di bawah aku akan bersiap siap"

Dan aku tidak berani menggugatnya.

Sambil menuruni anak tangga, aku ketik sebuah pesan

^^^"Anggun suamiku akan mengantarku, ngga apa apa kan?"^^^

Anggun

"Ngga apa dong, nanti jadi bisa kenalan 😄"

Setelah lebih dari 15 menit menunggu, ahirnya mas Anjar turun juga

"Ayo"

Aku berjalan mengekor di belakangnya.

Di dalam mobil kami sama-sama sedang mengaitkan sabuk pengaman

"Mau ketemu di mana?"

"Supermarket deket taman kota mas"

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, tak ada obrolan di antara kami hingga sampai ke tempat tujuan

"hallo ka, kakak di mana?"

"Aku di tempat parkiran, kamu dimana"

Aku yang sedang berbicara via telfon dengan Anggun

"Ada di sebelah mana kak, aku juga di tempat parkir,,,,, oh ya, aku melihatnya, aku kesitu kak

Tak lama Anggun pun sudah di hadapanku, kami pun cipika cipiki

"Oh iya Anggun, ini suami ku, mas Anjar, mas ini Anggun, teman mengajar di sekolah.

"Hai bang, sapa anggun,

"Panggil abang boleh kan?"

"Yang penting jangan ijo" timpal mas Anjar seraya mengulurkan tangan " Anjar"

"ihh abang bisa aja"

"Ya sudah ayo jalan" ajaku

Aku yang berjalan bersisian dengan Anggun, di ikuti mas Anjar yang mengekor di belakang kami

Saat sedang memilih barang yang akan kami beli, dan mas Anjar mendorong troly nya, ku dengar seorang wanita cantik, memanggil nama suamiku

"Anjar"

"Eh stella" Mereka saling berjabat tangan

seketika aku ingat obrolanku dengan mba Siska istri bang rafa, yang katanya mas anjar ngajak nikah wanita bernama Stella, tapi di tolak, membuat mas Anjar ahirnya menyetujui perjodohan kami. Entah alasan apa Stella menolak ajakan suamiku. Aku tidak mau tahu!!

"Apa kabar" tanyanya

Dan kulihat wajah mas Anjar tampak biasa saja

"Baik"

"Oh ya, kenalin ini suamiku"

"Ari" kata pria itu santai

"Anjar" Suamiku menjawab tak kalah santai

"Oooo jadi ini yang namanya Stella sudah menikah ternyata" Batinku

Giliran mas Anjar memperkenalkanku pada mereka

"Ini Istriku Puspa"

"Halo" sapaku seraya bersalaman

"Stella"

Oh iya,waktu itu kok ngga datang ke pernikahanku, padahal aku sudah mengundangnya lho"

Aku yang langsung teringat ketika melihat sebuah undangan tergeletak di meja kamar mas Anjar

"Maaf saat itu nenek kami masuk rumah sakit, jadi kami tidak sempat hadir"

Setelah ngobrol ngobrol sedikit, mereka pun pamit hendak menuju kasir. Dan Anggun yang tengah pergi ke toilet belum juga kembali, Kamipun melanjutkan aktivitas memilah milah barang.

Aku dan Anggun berpisah di parkiran usai berbelanja dan makan siang.

Kini kami dalam perjalanan pulang, eh kok ambil kiri

"Mas kita mau kemana?"

"Ke rumah bang Rafa, tadi Aurel kirim pesan, katanya kangen sama Aunty nya"

"OOhh"

"Pantas saja tadi mas Anjar membeli berbagai macam cemilan anak-anak, ternyata untuk Aurell, aku kira untuk dia sendiri" Batinku

"Aunty udah makan siang?" tanya mba siska yang sedang memotong dadu aneka buah untuk membuat sop buah, saat kami sedang berada di dapur

Mba Siska dan bang Rafa memang memanggilku Aunty dan uncle ke mas Anjar untuk mengajari Aurell yang masih berusia 4 tahun.

"Sudah" mba

"Nanti makan malam di sini ya aunty"

"Aku terserah mas Anjar mba"

"Iya tadi uncle udah bilang ok katanya"

"Teh ema tolong bawa ke depan buat bapak sama uncle nya Aurell ya, yang ini buat Aurell"

Sambil menunjuk mangkok berisi potongan buah Naga

Mba Siska menyerahkan nampan ke ART nya.

"Gimana Aunty, sudah ada tanda tanda hamil?"

"Belum mba" jawabku seraya menyendok sop buah

"Tentu saja belum, kami saja ngga pernah usaha"

ngga mungkin juga kan aku bilang ke mba siska bahwa kami memang belum pernah tidur bareng"

"Ngga apa-apa harus sabar, Semangatnya di naikin terus" sambil menyunggingkan senyuman

"Iya mba"

...@@@...

"Kami permisi dulu ya mba, abang, Daa Aurell

"Dadaa Aunty, dadaa Uncle ati ati ya" sambil melambaikan tangan ke arah kami yang sudah berada di dalam mobil.

Membelah jalanan menyusuri kota, pemandangan malam hari yang begitu gemerlap berasal dari pancaran cahaya lampu, memberikan kesan indah. Mobil melaju hingga sampailah ke rumah tempat kita berteduh

Dengan kondisi badan yang lelah serta berkeringat membuatku dan mas Anjar langsung tertidur usai mandi dan sholat isya.

Tentu saja tidur di kamar terpisah

Bersambung

Part 6

Puspa tidak bisa berkonsentrasi dalam memberikan materi kepada para murid, bayang-bayang suami dan wanita lain yang sedang duduk di sebuah restoran berkeliaran di pikiranya, banyak sekali pertanyaan di dalam hati, akan tetapi dia merasa tidak memiliki keberanian untuk menayakan langsung kepada suami

"Kalian coba kerjakan soal halaman 34, tanyakan jika ada yang tidak kalian pamahi"

"Baik bu" jawab anak-anak kompak.

*Flash bac**k on*

Sebelum waktunya memberikan pelajaran tambahan kepada murid-murid, Puspa pergi ke sebuah toko buku, dia berniat membeli sebuah buku, sejenak ia berpikir ingin membeli makanan siap saji, di sebuah restoran yang terkenal lezat, ketika sedang menunggu pesanannya siap, tak sengaja dia mengalihkan pandangan ke sebuah meja dimana terlihat sosok suaminya duduk berdampingan dan berpegangan tangan dengan seorang gadis.

Mereka terlihat sedang membicarakan hal yang serius.

"Siapa dia, apa hubunganya dengan mas Anjar" Puspa membatin " dia terlihat masih sangat muda"

Sesaat pesanan Puspa telah siap, bersamaan itu Anjar berdiri di ikuti gadis itu, serta merta menggandeng tangan sang gadis dan menuju pintu keluar, seketika Puspa menyembunyikan badannya di belakang seseorang yang sedang mengantri, agar suaminya tidak melihatnya. Lalu ikut keluar meninggalkan restoran. Sungguh Puspa seperti sedang mengawasi muridnya mengerjakan soal ujian.

Tampak sang suami membukakan pintu mobil untuk gadis itu, setelah itu mas anjar berjalan memutar kedepan mobil kemudian masuk dan duduk di kursi kemudi. Puspa menatap mobil itu melaju hingga mengecil dan hilang dari pandangannya.

Flash back of

"Apa mas Anjar menghamilinya, lalu dia meminta pertanggung jawaban dari mas Anjar??" Atau mas Anjar sudah selingkuh di belakangku" Berbagai prasangka buruk berkeliaran di pikirannya

Salah satu murid memanggil hingga Puspa tersadar dari lamunan

"Iya, apa ada yang di tanyakan"

"Saya tidak paham dengan soal no 6 bu" pertanyaan dari salah satu murid.

Puspa pun menjelaskan ketidakpahaman muridnya dengan sangat jelas

"Apa sudah paham" tanya Puspa

"Sudah bu"

Sudah sekitar 15 menit yang lalu pelajaran tambahan telah usai, Puspa melangkahkan kakinya meninggalkan gedung sekolah menuju tempat parkir.

...&&&...

Sesampainya di rumah, belum terparkir kendaraan sang suami di garasi.

"Mas Anjar belum pulang" apa sedang bersama gadis itu" gumamnya "Apa pernikahanku akan berahir" lanjutnya Tak terasa butiran bening jatuh dari pelupuk mata.

Pintu utama terbuka ketika Puspa sedang memasak makan malam di dapur, Seseorang berjalan mendekat..

"Kalau sedang masak, jangan melamun" ucap Anjar secara tiba-tiba

"Siapa yang melamun?" Puspa melirik dengan ekor matanya, terlihat Anjar meraih sebuah gelas dan menuang air dari botol yang sudah ia ambil dari dalam kulkas

"Kalau ngga melamun, ngga mungkin kaget" pernyataan Anjar bagai skak mat untuk dirinya

"Aku cuma terkejut"

"Sama saja sayang"

Seketika Puspa memandang wajah suaminya

"Ada apa??" tanya sang suami

Tanpa menjawab Puspa kembali fokus dengan memasaknya.

Di meja makan, Puspa menyiduk nasi untuk suaminya.

"Mas makan, aku akan ke atas"

Puspa meninggalkan meja makan tanpa menunggu jawaban dari suami, namun langkahnya terhenti ketika Anjar dengan segera maraih pergelangan tangan kananya, seraya berdiri Anjar menyuruh Puspa untuk duduk.

"Duduk dan makanlah, kamu belum makan bukan?"

"Aku belum lapar mas" seraya melepas tangan dari cengkraman Anjar. Baru selangkah, pergelangan tangan kembali di raih.

"Setidaknya temani suamimu makan"

Deg, dada begetar hebat, ketika mendengar kata "Suami" bagaimana tidak, ini pertama kalinya Anjar menyebut kata suami di depan Puspa.

Anjar menarik sebuah kursi, lalu mendudukan tubuh istrinya. Menyidukan nasi ke piring untuk sang istri, dan menyendokan berbagai lauk yang sudah di masak oleh Puspa

"Makanlah" ucap Anjar seraya duduk kembali di tempatnya.

Mereka mulai menyendokan nasi dan menyuapkan ke mulutnya, hening tak ada suara, hanya dentingan sendok yang terdengar sangat nyaring.

Merasa ada yang tidak beres, sejenak Anjar menghentikan aktifitas makan, meraih gelas berisi air dan meminumnya.

"Apa ada masalah di sekolah?" tanya Anjar

"Aku?"

"Memang siapa lagi yang ada di depanku?"

tanyanya lagi

"Ngga ada" jawab Puspa

"Yakin ngga ada masalah?"

Anjar melanjutkan kembali menyendok nasi hendak memasukan kedalam mulut, namun gerakannya terhenti

"Apa sebaiknya kita bercerai saja mas?"

Pertanyaan Puspa bagai bom yang secara tiba-tiba meledak

"Kenapa?"

Puspa menggelengkan kepala

"Apa ada pria lain?"

Seketika Puspa mengangkat wajahnya, menatap dalam-dalam suaminya, yang juga sedang menatapnya. Baru kali ini mereka saling menatap, sama sama menjelajahi bola mata berharap ada sebuah jawaban disana

"Seharusnya pertanyaan itu dariku mas"

Namun Puspa hanya mampu bertanya dalam batinya

"Hubungan kita bermasalah mas" sejurus pernyataan itu terlontar dari bibir tipis Puspa

Setelah mendengar pernyataan dari sang istri Anjar meraih gelas yang isinya tinggal setengah lalu meminumnya hingga tandas.

"Mari kita bicara, selesaikan masalah kita malam ini juga, Aku tunggu di kamar"

Anjar berdiri dan meninggalkan meja makan setengah berlari menaiki tangga.

Puspa masih duduk terdiam di meja makan atas tindakan suaminya.

Di dalam kamar, Anjar yang sedang berada di balkon, Menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dan menghembuskan asap rokok dengan kasar, sesekali jarinya menjentikan abu rokok yang sedikit memanjang, melempar ke lantai dan menginjaknya setelah habis terhisap.

Hingga menghabiskan 2 batang rokok Puspa belum juga datang, tiba-tiba ponselnya berdering tanda pesan masuk

Cantika

"Mas sudah makan?"

Anjar Hanya membaca tanpa berniat membalas. Meletakan ponselnya di atas nakas, lalu berjalan menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat, untuk menetralisir perasaanya.

Puspa memasuki kamar, membawakan segelas air bening, untuk di minum suaminya jika terbangun di tengah malam. Saat meletakan gelas di nakas, layar ponsel suaminya menyala, 1 lagi pesan masuk dari Cantika

Cantika

"Mas lagi ngapain?"

Pesan itu sangat jelas hingga bisa terbaca oleh Puspa, Ada rasa sesak di dalam hatinya, cemburu, marah, kecewa, tentu saja.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, lalu pandangannya memindai pada tubuh suaminya yang hanya bertelanjang dada dengan handuk yang melilit di perutnya.

Anjar berjalan ke arah lemari, meraih baju "Tunggu sebentar aku akan memakai baju" lalu melangkah kembali ke kamar mandi

Anjar menuntun Puspa untuk duduk di tepi ranjang, kemudian Anjar berjalan ke arah balkon mengangkat sebuah kursi, lalu menaruhnya di depan Puspa.

Sebelum mulai bicara, Anjar meraih ponselnya, hendak menonaktifkan benda tipis itu. Sekejap Anjar mengalihkan pandanganya ke arah puspa, ketika ia membaca 1 pesan lagi dari Cantika

Anjar menjatuhkan bobotnya duduk di kursi yang sudah ia bawa.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Anjar dengan kedua tangan yang menyatu bertumpu di atas pahannya

Puspa masih diam, mengarahkan pandangan ke sandal yang di pakai suami, dia merasa gugup duduk berhadapan dengan sang suami, dan konsentrasinya mendadak hilang, kata-kata yang sudah terangkai dengan apik, bubar seketika, belum lagi debaran jantung yang seakan mau terlepas dari tempatnya.

"Apa kau sedang berbicara dengan sandalku?

pertanyaan dari Anjar membuat Puspa mengangakat kepala lalu menatap suaminya sebentar dan menundukan kembali

"Apa ada sesuatu di lantai?" Anjar kembali bertanya, seraya mengangkat dagu istrinya.

"Katakanlah apa yang mengganggu pikiranmu, dengan begitu aku akan bisa mengambil sikap"

"Sudah ku katakan bahwa hubungan kita bermasalah" sambil menatap lekat ke wajah suami

"Lalu katakan apa masalahnya" ucap Anjar

Lagi-lagi Puspa menunduk

"Biasakan tatap wajah lawan bicaramu" Ucapnya lagi

"Rumah tangga kita tidak seperti rumah tangga pada umumnya" ucap Puspa lancar

Seketika Anjar mengecup bibir istrinya, mel*matnya dengan lembut. Sementara Puspa berusaha mendorong dada suaminya

Anjar melepaskan kecupan, memandang lekat istrinya,

"Mari selesaikan masalah kita bersama-sama"

Anjar benar-benar mengira bahwa Puspa sedang menuntut nafkah batin,

"Tapi tidak seperti ini mas"

"Lalu?" tanya Anjar yang masih setia menatap wajah Puspa

"Siapa dia mas?"

Anjar mengerutkan dahinya "Katakan yang jelas, dia siapa, maksud kamu?"

"Wanita yang mas temui di restoran, Apa namanya Cantika yang juga mengirim pesan ke ponsel mas Anjar?" Dengan bibir bergetar kalimat itu terlontar begitu saja

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!