Part 7

Pov puspa

"Wanita yang mas temui di restoran, Apa namanya Cantika, yang juga mengirim pesan ke ponsel mas Anjar barusan?" Dengan bibir bergetar kalimat itu terlontar begitu saja

"Apa saja yang kamu lihat dan kamu dengar?" ucap mas anjar santai sambil menyenderkan bahu seraya melipat tangan di dada

Aku meremas tangan yang saling bertaut "Mas tinggal jelaskan saja tanpa banyak bertanya"

"Seharusnya kamu menghampiriku saat itu"

"Sepertinya mas tidak berniat menjawab pertanyaanku"

"Kamu yang salah ka"

"Aku yang salah?" Puspa memotong ucapannya, "baiklah kalau begitu pembicaraan kita selesai, permisi" dengan penuh penekananan

Berjalan menuju kamar mandi, ku basuh muka berharap bisa mengurangi ketegangan

"Mas Anjar benar-benar keterlaluan" gumamku

Saat membuka pintu kamar mandi, sudah ada sosok sang suami di hadapanya

"A-apa yang mas lakukan di kamarku?"

"Aku bebas berkeliaran di rumahku"

"Dan aku bebas melarang, karena rumah suami, rumah istri juga" Timpalku sambil berjalan ke arah meja rias, lalu duduk menghadap ke cermin.

Meraih cream dan mengoleskanya kewajah, ku lirik suami yang berada tepat di belakangku melalui pantulan cermin

"Lain kali jangan biarkan kesalahpahaman menguasai pikiranmu" Sambil membungkukan badanya, tubuhnya mengunci tubuhku dengan kedua tangan yang menopang di sisi meja rias

"Cepat selesaikan, mas akan jelaskan semuanya" bisiknya tepat di telingaku

"Tidak perlu, aku sudah tidak ingin mendengar penjelasan mas"

"Kau tahu? Bunda pernah bilang, tidak baik untuk kesehatan tidur dalam keadaan marah

"Siapa yang marah"

"Sejak kapan istri mas berkata bohong?" tanya mas Anjar lalu mencium rambutku

Saat ini kami tengah duduk di bibir ranjang, mas Anjar yang duduk menghadapku dengan melipat satu kaki di atas kasur, dan kaki lainya menapak lantai.

"Apa begini yang kamu lihat?" ucap mas Anjar seraya menggenggam erat tanganku yang berada di pangkuanku, seolah sedang mempraktekan saat dia memegang tangan gadis itu di restoran

"Mas tidak ada hubungan apa-apa sama cantika, mas hanya menganggap dia sebagai adik, dia terlalu muda untuk mas"

"Tapi Cinta tidak mengenal tua ataupun muda"

"Tapi mas sudah jadi milikmu"

"Raganya bukan hatinya" ucapku lirih seraya menunduk

Mas Anjar mengangkat daguku, lalu mel*mat bibirku, memberi gigitan kecil, dan aku menikmati ciumannya, begitu lihai, luwes, lembut, merasa sudah kehabisan nafas, kami melepas ciuman dengan kening yang masih saling menempel

"Mari kita mulai jalani rumah tangga seperti mereka"

"Mereka siapa mas?"

"Ya mereka.... "bang Rafa dan mba Siska misalnya, atau ayah dan bunda" bisik mas Anjar

" Aku bahagia sekali mendengarnya, tapi bayangan gadis bernama Cantika masih saja gentayangan menghantuiku" Gumamku dalam hati

Drrttt..drrttt kami sama-sama di kagetkan dengan getaran ponsel...Ku arahkan pandanganku di mana benda itu berada, lalu menatap mas Anjar

"Panggilan dari bunda"

"Angkat" Perintahnya "Loudspeaker" lanjutnya

"Assalamu'alaikum bund"

"Walaikumsalam"

"Sayang dimensia nenek kambuh, nenek nyariin Fina, kalian bisa kesini sekarang, bunda sama ayah tidak bisa mengatasi nenekmu"

Mas Anjar menganggukan kepala

"Bisa bund"

"Maafin bunda ya sudah ganggu kalian malam-malam"

"Tidak Apa bunda" Ya sudah kami siap-siap sekarang.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Sekilas ku lirik jam di layar ponsel menunjukan pukul 21:49

"Kita siap-siap sekarang" kata mas Anjar seraya bangkit dari duduknya"

"Fina, aku mau fina, dimana kamu,,,

Teriakan nenek begitu menggelegar, , Aku dan mas Anjar seketika berlari mengahampirinya. begitulah nenek jika dimensianya kambuh, dia akan menganggap dirinya adalah seorang kakak dari adiknya yang bernama Fina.

"Nenek" ku pegang lengan nenek

"Fina, kemana saja kau, kakak mencarimu sedari tadi, tolong jangan tinggalkan kakak lagi" ucap nenek seraya menangkup wajahku dengan kedua tangan nenek.

"Nenek tenang ya,

"Nenek??" Aku ini kakakmu bukan nenekmu

"Oh ya kakak, kakak tenang dulu ya, ayo kita duduk dulu" Ku bawa nenek ke arah sofa.

Nenek menatap tajam ke arah mas Anjar

"Heh kau??

"Aku" Sahut mas Anjar

"Kau bawa kemana adiku, apa kau menculiknya hah??"

"Tidak nek"

"Apa? nenek? kau pikir aku nenekmu"

"Maksudku kakak" ucap mas Anjar

"kemana kau bawa adiku, ucap nenek dengan satu tangan berkacak pinggang, dan tangan lainya menunjuk wajah mas Anjar. Sebelum. nenek semakin marah, segera ku jelaskan pada nenek.

"Kakak, tadi dia yang menjemputku, kakak jangan salah paham ya"

"Tapi tolong kamu jangan pergi lagi ya" kamu harus janji, kamu akan bersama kakak selamanya"

"Iya kaka"

"Heh kalian, jangan berani beraninya mengusir adiku dari rumah ini"

"Kau ini kakak kita, Ayah dan ibu menyuruhmu menjaga kita, tapi kau malah usir fina dari sini, tangan nenek menunjuk ke arah Ayah

"Dan kau pelakor"

"Kau sudah rebut kakaku dari istrinya" kau tidak akan bisa mengusir adiku paham"

"Dan lagi kau pria misterius, kali ini nenek menunjuk suamiku " kalau kau bawa adiku tanpa ijin dariku, akan ku laporkan kau ke polisi

"hhhh Aku benar-benar bingung dengan keadaan ini, Ayah yang dianggap sebagai kakak, bunda dengan sebutan pelakor, dan suamiku sebagai pria misterius, Apakah separah ini dimensia nenek"

"Nenek, eh kakak, ini sudah malam, Ayo kita tidur"

"Fina kakak tidak mau tidur, kakak takut kau tak ada saat kakak terbangun"

"Tapi kakak harus istirahat, yaah, aku temani

"Beneran kau temani kakak ya"

"Iya nek eh, kak"

Ku bawa nenek ke dalam kamar.

pov Author

Di ruang keluarga Anjar, Ayah dan Bunda

"Yah, Bun yang sabar ya,

"Tapi kenapa nenekmu sebut bunda pelakor Anjar??

"Nenek Sakit bund"

"Kalau kita tidak punya Puspa gimana? bunda tidak bisa bayangin"

"Maafin ibuku ya bund sudah bilang bunda pelakor" kata suaminya, yang tak lain adalah ayahnya Anjar

"Tidak apa-apa kok yah, bunda paham"

Setelah beberapa saat Puspa keluar dari kamar nenek

"Gimana nenek sayang?"

"Udah tidur bund,

"Syukurlah, Sahut Ayah

Sejenak mereka semua terdiam

"Kalian nginep sini ya" dan pergilah tidur ini sudah sangat larut"

"Iya yah," jawab Anjar "Ayah sama bunda juga istirahat.

"Ayo dhe, kita istirahat, ajak Anjar kepada Istrinya

"Mas, aku akan tidur di sofa, mas di kasur, ucap puspa saat sudah berada di dalam kamar.

dengan cepat Anjar meraih pinggang Puspa

Cup, satu kecupan mendarat di bibir sang istri

Wajah puspa memerah bagaikan tomat.

"Harus sering sering seperti ini sayang" tangan Anjar menyelipkan anak rambut ke telinga puspa seraya berbisik "harus di biasakan tidur bareng juga mulai sekarang"

"Berbunga hati adhe bang" batin Puspa tersenyum simpul

Anjar mengangkat tubuh istrinya berjalan menuju tempat tidur, kemudian membaringkanya di kasur, dengan tubuh Anjar yang sudah berada di atas Puspa, bertahan dengan kedua tangan untuk menopang berat tubuhnya, menatap penuh lekat, perlahan menyatukan bibir mereka, saling berpagutan, lama, hingga mereka sama sama kehabisan oksigen...

"Mas sudah malam, aku cape" ucap puspa

Ahirnya, setelah satu tahun lebih mereka menikah, untuk pertama kalinya mereka tidur satu ranjang. Dengan posisi Puspa yang tidur membelakangi sang suami, dan Anjar yang memeluk erat tubuh istrinya dari arah belakang, tangannya yang bermain-main di area dada, kemudian turun ke perut, hingga ke bawah lagi.

"Mas"

"Hemmm"

"Aku tidak bisa tidur kalau tangan mas jalan-jalan

"Maaf" sahutnya "sekarang tidurlah, selamat malam sayang"

"Selamat malam mas"

Bersambung

Terpopuler

Comments

komalia komalia

komalia komalia

siapanya sianjar ya cantika th

2024-01-27

0

Dheana Rabbani Alghozy

Dheana Rabbani Alghozy

jangan mau anu² duku ya puspa...cantika belum ketauan tuh siapa nya Anjar

2023-07-13

0

🌷Tuti Komalasari🌷

🌷Tuti Komalasari🌷

udah satu tahun menikah baru tidur bareng, omegot kemana aja Anjar istri dianggurin...

2021-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!