Puspa tidak bisa berkonsentrasi dalam memberikan materi kepada para murid, bayang-bayang suami dan wanita lain yang sedang duduk di sebuah restoran berkeliaran di pikiranya, banyak sekali pertanyaan di dalam hati, akan tetapi dia merasa tidak memiliki keberanian untuk menayakan langsung kepada suami
"Kalian coba kerjakan soal halaman 34, tanyakan jika ada yang tidak kalian pamahi"
"Baik bu" jawab anak-anak kompak.
*Flash bac**k on*
Sebelum waktunya memberikan pelajaran tambahan kepada murid-murid, Puspa pergi ke sebuah toko buku, dia berniat membeli sebuah buku, sejenak ia berpikir ingin membeli makanan siap saji, di sebuah restoran yang terkenal lezat, ketika sedang menunggu pesanannya siap, tak sengaja dia mengalihkan pandangan ke sebuah meja dimana terlihat sosok suaminya duduk berdampingan dan berpegangan tangan dengan seorang gadis.
Mereka terlihat sedang membicarakan hal yang serius.
"Siapa dia, apa hubunganya dengan mas Anjar" Puspa membatin " dia terlihat masih sangat muda"
Sesaat pesanan Puspa telah siap, bersamaan itu Anjar berdiri di ikuti gadis itu, serta merta menggandeng tangan sang gadis dan menuju pintu keluar, seketika Puspa menyembunyikan badannya di belakang seseorang yang sedang mengantri, agar suaminya tidak melihatnya. Lalu ikut keluar meninggalkan restoran. Sungguh Puspa seperti sedang mengawasi muridnya mengerjakan soal ujian.
Tampak sang suami membukakan pintu mobil untuk gadis itu, setelah itu mas anjar berjalan memutar kedepan mobil kemudian masuk dan duduk di kursi kemudi. Puspa menatap mobil itu melaju hingga mengecil dan hilang dari pandangannya.
Flash back of
"Apa mas Anjar menghamilinya, lalu dia meminta pertanggung jawaban dari mas Anjar??" Atau mas Anjar sudah selingkuh di belakangku" Berbagai prasangka buruk berkeliaran di pikirannya
Salah satu murid memanggil hingga Puspa tersadar dari lamunan
"Iya, apa ada yang di tanyakan"
"Saya tidak paham dengan soal no 6 bu" pertanyaan dari salah satu murid.
Puspa pun menjelaskan ketidakpahaman muridnya dengan sangat jelas
"Apa sudah paham" tanya Puspa
"Sudah bu"
Sudah sekitar 15 menit yang lalu pelajaran tambahan telah usai, Puspa melangkahkan kakinya meninggalkan gedung sekolah menuju tempat parkir.
...&&&...
Sesampainya di rumah, belum terparkir kendaraan sang suami di garasi.
"Mas Anjar belum pulang" apa sedang bersama gadis itu" gumamnya "Apa pernikahanku akan berahir" lanjutnya Tak terasa butiran bening jatuh dari pelupuk mata.
Pintu utama terbuka ketika Puspa sedang memasak makan malam di dapur, Seseorang berjalan mendekat..
"Kalau sedang masak, jangan melamun" ucap Anjar secara tiba-tiba
"Siapa yang melamun?" Puspa melirik dengan ekor matanya, terlihat Anjar meraih sebuah gelas dan menuang air dari botol yang sudah ia ambil dari dalam kulkas
"Kalau ngga melamun, ngga mungkin kaget" pernyataan Anjar bagai skak mat untuk dirinya
"Aku cuma terkejut"
"Sama saja sayang"
Seketika Puspa memandang wajah suaminya
"Ada apa??" tanya sang suami
Tanpa menjawab Puspa kembali fokus dengan memasaknya.
Di meja makan, Puspa menyiduk nasi untuk suaminya.
"Mas makan, aku akan ke atas"
Puspa meninggalkan meja makan tanpa menunggu jawaban dari suami, namun langkahnya terhenti ketika Anjar dengan segera maraih pergelangan tangan kananya, seraya berdiri Anjar menyuruh Puspa untuk duduk.
"Duduk dan makanlah, kamu belum makan bukan?"
"Aku belum lapar mas" seraya melepas tangan dari cengkraman Anjar. Baru selangkah, pergelangan tangan kembali di raih.
"Setidaknya temani suamimu makan"
Deg, dada begetar hebat, ketika mendengar kata "Suami" bagaimana tidak, ini pertama kalinya Anjar menyebut kata suami di depan Puspa.
Anjar menarik sebuah kursi, lalu mendudukan tubuh istrinya. Menyidukan nasi ke piring untuk sang istri, dan menyendokan berbagai lauk yang sudah di masak oleh Puspa
"Makanlah" ucap Anjar seraya duduk kembali di tempatnya.
Mereka mulai menyendokan nasi dan menyuapkan ke mulutnya, hening tak ada suara, hanya dentingan sendok yang terdengar sangat nyaring.
Merasa ada yang tidak beres, sejenak Anjar menghentikan aktifitas makan, meraih gelas berisi air dan meminumnya.
"Apa ada masalah di sekolah?" tanya Anjar
"Aku?"
"Memang siapa lagi yang ada di depanku?"
tanyanya lagi
"Ngga ada" jawab Puspa
"Yakin ngga ada masalah?"
Anjar melanjutkan kembali menyendok nasi hendak memasukan kedalam mulut, namun gerakannya terhenti
"Apa sebaiknya kita bercerai saja mas?"
Pertanyaan Puspa bagai bom yang secara tiba-tiba meledak
"Kenapa?"
Puspa menggelengkan kepala
"Apa ada pria lain?"
Seketika Puspa mengangkat wajahnya, menatap dalam-dalam suaminya, yang juga sedang menatapnya. Baru kali ini mereka saling menatap, sama sama menjelajahi bola mata berharap ada sebuah jawaban disana
"Seharusnya pertanyaan itu dariku mas"
Namun Puspa hanya mampu bertanya dalam batinya
"Hubungan kita bermasalah mas" sejurus pernyataan itu terlontar dari bibir tipis Puspa
Setelah mendengar pernyataan dari sang istri Anjar meraih gelas yang isinya tinggal setengah lalu meminumnya hingga tandas.
"Mari kita bicara, selesaikan masalah kita malam ini juga, Aku tunggu di kamar"
Anjar berdiri dan meninggalkan meja makan setengah berlari menaiki tangga.
Puspa masih duduk terdiam di meja makan atas tindakan suaminya.
Di dalam kamar, Anjar yang sedang berada di balkon, Menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dan menghembuskan asap rokok dengan kasar, sesekali jarinya menjentikan abu rokok yang sedikit memanjang, melempar ke lantai dan menginjaknya setelah habis terhisap.
Hingga menghabiskan 2 batang rokok Puspa belum juga datang, tiba-tiba ponselnya berdering tanda pesan masuk
Cantika
"Mas sudah makan?"
Anjar Hanya membaca tanpa berniat membalas. Meletakan ponselnya di atas nakas, lalu berjalan menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air hangat, untuk menetralisir perasaanya.
Puspa memasuki kamar, membawakan segelas air bening, untuk di minum suaminya jika terbangun di tengah malam. Saat meletakan gelas di nakas, layar ponsel suaminya menyala, 1 lagi pesan masuk dari Cantika
Cantika
"Mas lagi ngapain?"
Pesan itu sangat jelas hingga bisa terbaca oleh Puspa, Ada rasa sesak di dalam hatinya, cemburu, marah, kecewa, tentu saja.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, lalu pandangannya memindai pada tubuh suaminya yang hanya bertelanjang dada dengan handuk yang melilit di perutnya.
Anjar berjalan ke arah lemari, meraih baju "Tunggu sebentar aku akan memakai baju" lalu melangkah kembali ke kamar mandi
Anjar menuntun Puspa untuk duduk di tepi ranjang, kemudian Anjar berjalan ke arah balkon mengangkat sebuah kursi, lalu menaruhnya di depan Puspa.
Sebelum mulai bicara, Anjar meraih ponselnya, hendak menonaktifkan benda tipis itu. Sekejap Anjar mengalihkan pandanganya ke arah puspa, ketika ia membaca 1 pesan lagi dari Cantika
Anjar menjatuhkan bobotnya duduk di kursi yang sudah ia bawa.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Anjar dengan kedua tangan yang menyatu bertumpu di atas pahannya
Puspa masih diam, mengarahkan pandangan ke sandal yang di pakai suami, dia merasa gugup duduk berhadapan dengan sang suami, dan konsentrasinya mendadak hilang, kata-kata yang sudah terangkai dengan apik, bubar seketika, belum lagi debaran jantung yang seakan mau terlepas dari tempatnya.
"Apa kau sedang berbicara dengan sandalku?
pertanyaan dari Anjar membuat Puspa mengangakat kepala lalu menatap suaminya sebentar dan menundukan kembali
"Apa ada sesuatu di lantai?" Anjar kembali bertanya, seraya mengangkat dagu istrinya.
"Katakanlah apa yang mengganggu pikiranmu, dengan begitu aku akan bisa mengambil sikap"
"Sudah ku katakan bahwa hubungan kita bermasalah" sambil menatap lekat ke wajah suami
"Lalu katakan apa masalahnya" ucap Anjar
Lagi-lagi Puspa menunduk
"Biasakan tatap wajah lawan bicaramu" Ucapnya lagi
"Rumah tangga kita tidak seperti rumah tangga pada umumnya" ucap Puspa lancar
Seketika Anjar mengecup bibir istrinya, mel*matnya dengan lembut. Sementara Puspa berusaha mendorong dada suaminya
Anjar melepaskan kecupan, memandang lekat istrinya,
"Mari selesaikan masalah kita bersama-sama"
Anjar benar-benar mengira bahwa Puspa sedang menuntut nafkah batin,
"Tapi tidak seperti ini mas"
"Lalu?" tanya Anjar yang masih setia menatap wajah Puspa
"Siapa dia mas?"
Anjar mengerutkan dahinya "Katakan yang jelas, dia siapa, maksud kamu?"
"Wanita yang mas temui di restoran, Apa namanya Cantika yang juga mengirim pesan ke ponsel mas Anjar?" Dengan bibir bergetar kalimat itu terlontar begitu saja
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hmmmmm
2023-11-04
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
nah lo😳
2021-08-15
1