Part 8

Pagi menyapa kota Jakarta, tidak begitu cerah, namun menyejukan...

Sepasang suami istri masih betah di balik slimutnya

Gagal sudah misi Anjar pagi ini untuk menjelajahi setiap jengkal tubuh istrinya, berniat mengakhiri keperjakaan setelah sholat subuh, namun mendadak tamu bulanan yang tidak tahu aturan itu datang tiba-tiba, membuat Anjar berdecak kesal, uring-uringan, dan menggerutu tidak jelas, karena hasrat yang sudah membuncah, belum juga terlaksana

"Mas mau bangun jam berapa? ini sudah hampir jam enam, mas harus ke kantor dan aku harus ngajar bukan"

"Iya lima menit lagi"

"Dari tadi lima menit terus"

tok,, tok,,

Terdengar pintu di ketuk dari luar kamar, aku berjalan ke arah pintu.

"Iya bi"

"Sarapan sudah siap non, non sama den Anjar di suruh bapak turun untuk sarapan"

"Iya bi"

"Terserah mas mau bangun atau tidak, Aku mau turun"

Satu persatu, menuruni anak tangga, terlihat Ayah dan bunda serta nenek sudah duduk di tempat makan

"Selamat pagi bun, ayah, nenek. "Apa nenek sudah baikan, tanya ku seraya menarik kursi kemudian duduk"

"Nenek sudah baikan, Ayah dan bundamu sudah crita semua, Maafkan nenek sudah membuatmu dan suamimu kerepotan"

"Kami tidak merasa di repotkan nek" nenek jangan terlalu memikirkannya" yang penting nenek selalu jaga kesehatan"

"Terimakasih, kamu memang menantu yang baik, sama seperti Siska"

"Ah nenek membuatku tersanjung, diikuti tawa renyah oleh ayah dan bunda

"Ngomong-ngomong, Anjar tidak ikut turun" tanya bunda

"Tadi masih tidur bund"

"Anak itu memang keterlaluan, jam segini belum bangun, gerutu ayah, "Sudah kita sarapan dulu, jangan tunggu dia" lanjutnya lagi

Beberapa menit kemudian, disaat sarapan kami sudah hampir habis, Mas Anjar turun dari tangga dengan tergesa-gesa

"Selamat pagi everybody"

"Biasa kan bangun pagi" kamu itu pemimpin Perusahaan.

"Iya yah, biasa juga bangun pagi, mumpung di rumah bunda, jadi anak mamih kan tidak apa, iya kan nek"

Nenek hanya menyunggingkan senyum "Makanlah yang banyak anak mamih" ucap nenek"

"Mas, aku turun dulu, ku raih tangan mas Anjar, dan ku cium punggung tangannya,

"Dhe"

Ku urungkan niat ku membuka pintu mobil, lalu menoleh, menatap mas Anjar

"Iya mas??"

"Sini!!!"

"Apaan mas"

"Kemarilah, lebih dekat lagi"

Mas Anjar menangkup wajahku, mendaratkan ciuman bi bibirku, beralih ke kening, membuatku tersipu malu, mukaku pasti merah seperti udang rebus.

"Hati-hati istriku,

"Mas, lain kali lakukan di rumah saja, ini tempat umum, kalau ada yang lihat kan malu,

"Tidak kelihatan dari luar sayang"

"Tapi tetap saja jangan lakukan di tempat umum"

"Iya Sayang, maaf"

"Mas hati-hati, Assalamu'alaikum"

Riuhnya para Siswa dengan gurauan mereka, yang menggelitik, membuatku tersenyum, mengingatkanku akan masa-masa sekolah.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga malam berganti pagi, dan berubah menjadi malam kembali, tak ada seorangpun yang mampu menghentikannya, Tak terasa aku sudah menjadi seorang tenaga pendidik.

"Bu puspa" Panggilan dari pak Gilang membuyarkan lamunanku.

"Saya Pak??"

"Ada Tugas dari Pak Kepala Sekolah, ucap pak Gilang sambil menyodorkan sebuah kertas, Beliau meminta Bu Puspa, Pak Dana, dan bu Tanti mewakili sekolah kita, ucapnya lagi.

Sekilas ku baca ternyata undangan untuk rapat guna membahas tentang Ujian Nasional yang akan di laksanakan 2 minggu lagi, serta membentuk tim pengawas Ujian.

"Oohh jadi bertiga pak"

"Iya bu, besok bisa berangkat sama-sama dari sekolah, kalau begitu, saya permisi dulu bu Puspa"

"Silahkan Pak Gilang"

Dua hari kemudian

Saat di ruang tv, mas Anjar yang sedang fokus dengan pandangan lurus ke layar laptop, jari-jarinya seakan menari dengan lincah di atas keyboard.

"Dhe, besok ijin sehari ya, jangan ke sekolah, temani mas ke acara peresmian restoran milik rekan bisnis mas di Jakarta pusat, beberapa menu makanan dari Perusahaan Ayah, juga akan tersedia dan di jual di situ.

Sesaat ku ingat undangan rapat dari sekolah.

"Kalau besok aku tidak bisa mas" mas Anjar menatapku tajam,, mengerikan sangat menakutkan

"Kenapa?""

"Aku ada undangan rapat, besok"

"Batalkan"

"Tidak bisa dong mas"

"Kenapa tidak bilang dari kemarin"

"Aku lupa"

"Lupa apa emang tidak ada niat minta ijin"

"Tadinya mau ijin besok, pas mau berangkat, toh juga kan berangkat pas jam kerja"

"Tapi tetep harus ijin dulu"

"Tapi mas sebelumnya tidak pernah mengajaku ke pertemuan pertemuan seperti itu, aku pikir, sudah pasti mas memberiku ijin"

Mas Anjar menutup laptopnya, berdiri lalu beranjak meninggalkan ruang tv,berjalan menaiki tangga.

"Sudah pukul sepuluh malam, pasti mas Anjar sedang menungguku di kamar, Aku sengaja tidak naik, biar saja mas Anjar yang turun lagi, salah sendiri main tinggal begitu saja.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, baru saja aku membatin, mas anjar sudah menghampiriku yang masih duduk menonton televisi

"Sudah malam kenapa tidak naik" mas Anjar seraya berbaring di pangkuanku"

"Belum ngantuk" ucapku cuek, dengan pandangan tetap fokus ke layar tv

"Memang rapatnya di adakan di mana dhe?"

"Permata Hotel mas"

"Apa hotel yang sama saat kamu mendampingi anak didikmu dulu"

"Hu'umm"

"Tidak sampe malam kan"

"Tidak, di undangan cuma sampai jam tiga,

"Ya sudah mas ijinin, tapi next time harus ijin jauh-jauh hari sebelum hari H.

"Mas juga kalau mau ajak-ajak, ngomongnya jangan mendadak"

"Iya iya" sesaat kemudian mas Anjar mengajaku tidur

"Tidur yuk"

"Hayukk"

ku matikan televisi, dan mas Anjar memadamkan lampu setiap ruangan, kemudian berjalan bergandengan tangan, menuju suit prudential atau apalah namanya, yang jelas mas Anjar menyebutnya Ranjang Surga"

...@@@...

Keesokan harinya, di sebuah gudung hotel bertingkat lima, Rapat telah usai di laksanakan, aku dan dua guru lainnya, bersiap meninggalkan tempat ini, tetapi saat keluar dari lift hotel, pandanganku tertuju pada sosok yang mirip suamiku, sedang terlibat pembicaraan santai, melangkah semakin dekat menuju loby hotel, ternyata benar itu memang mas Anjar

Saat mas Anjar melihatku, mas anjar melambaikan tangannya,

"Pak Dana, bu Tanti, maaf saya tidak bisa pulang bersama, suami saya sudah jemput dan ada di sebelah sana" sambil mengarahkan tanganku menunjuk ke arah mas Anjar

"Oh iya tidak apa-apa bu, jawab pak Dana. kemudian aku berpamitan pada mereka

"Mas" aku mencium punggung tangannya.

"Dhe kenalin ini temen mas, dia GM di hotel ini"

Namanya Elang, lang ini istri gue

"Puspa, Ucapku seraya menangkupkan kedua tanganku di dada

"Elang, jawabnya

"Lang, kami permisi dulu, kapan kapan sempatkanlah main ke rumah kami, ajak anak dan istrimu"

"Siap bro" sahut pria bernama Elang itu..

Bersambung

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐-ObiE𝆯⃟🚀

༄༅⃟𝐐-ObiE𝆯⃟🚀

lho.....ini suami istri udah tidur sekamar toh???
udah bisa saling menerima status sebagai suami istri???
gampang banget Puspa menerima suaminya.
mergokin suami ngegandeng cewek lain ditempat umum. lha sisuami bilang tu cewek bukan siapa-siapa,cuma dianggap adik. kok Puspa nerima aja????
dia aja isteri kagak pernah digandeng ama suaminya????

2021-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!