INCRACTABLE GIRL CHARM

INCRACTABLE GIRL CHARM

MENABRAK

07.40 AM

Layaknya sebuah kapal pecah, itulah kata yang tepat untuk kamar seorang gadis yang saat ini tengah memasukkan ponsel ke tasnya.

Segala sesuatu terlihat tidak pada tempatnya. Handuk basah berada diatas kasur, buku-buku yang sebelumya tersusun rapi di rak buku kini sudah terlihat berserakan dilantai.

Tak hanya itu bahkan ranjang gadis ini belum dirapihkan dan terlihat sangat berantakan.

Agisha Cyarasta Fredericka, gadis yang saat ini tengah sibuk memasukan segala sesuatu yang ia butuhkan kedalam tasnya.

Semua ini terjadi karna jam alarmnya yang tidak berbunyi, membuatnya telat bangun.

Kalau bukan karna cahaya matahari yang membangunkannya mungkin sampai saat ini ara masih nyenyak dalam tidurnya.

Ini adalah salah satu resiko yang harus dihadapinya. Kalau biasanya ada sang ibu yang selalu membangunkannya, kini ia hanya bisa mengandalkan jam alarmnya. Bukan hanya itu dia juga harus melakukan segala sesuatu nya sendiri.

Ara adalah salah satu mahasiswi yang menerima beasiswa disalah satu kampus terkenal. Berat yang ia rasakan saat tau harus jauh dari keluarga, namun bagaimanapun ia harus tetap melakukannya demi masa depannya.

saat tas nya sudah terisi, dia memoles tipis lipstik pada dibibirnya, setelahnya melangkahkan kaki menuju rak sepatu. Dipakai nya sneaker hitam tanpa tali agar mempersingkat waktu.

Setelah siap ara segera keluar dan berjalan keluar apartementnya lalu berlari kecil saat sudah sampai di garasi sepedanya. Di bukanya gembok yang masih melekat pada ban depan sepedanya.

Berharap dapat mempersingkat waktu agar bisa sampai dengan tepat waktu, dia berinisiatif mengayuh sepeda dengan sangat cepat.

Sepanjang perjalanan dia selalu membunyikan bel sepedanya, membuat semua orang yang sedang berjalan terkejut dan menepi dengan cepat untuk menghindari terjadinya suatu hal yang buruk.

Kring … kring

Kring … kring

“Awassss, tolong minggir semuanya”

“Maaf aku sedang buru buru”

Kring … kring

Tak sedikit omelan yang didapatkan baik dari pejalan kaki, maupun dari pengendara lainnya.

“Dasar anak jaman sekarang”

“Hei tidak bisakah kau pelan pelan”

“Woiiii ini jalan bukan punyamu”

“Dasar orang gilaa”

Begitulah kata-kata yang terdengar ditelinganya.

Ara hanya bisa meminta maaf sambil terus mengayuh sepedanya, karna dia sendiri pun sedang terburu-buru. Diliriknya jam tangan sudah menunjukkan pukul 08.15.

Melihat menit waktu yang sudah dipastikan bahwa kelas telah dimulai 15 menit lalu membuat ara tidak lagi memiliki harapan untuk bisa datang tepat waktu, akhirnya ia memutuskan untuk masuk di kelas berikutnya yang ada setelah jam istirahat.

Dengan tangannya ia mencoba mengerem untuk mengurangi kecepatan sepedanya mengingat demi keselamatannya juga, namun nihil, kecepatan masih sama.

Kekhawatiran dalam dirinya mulai timbul, namun bagaimanapun ia tetap mengusahakan dirinya untuk tenang. Mungkin karna tekanan rem tangannya yang kurang kuat membuat kecepatan sepedanya tidak berkurang. Oleh karna itu ara mencobanya lagi.

Masih tidak ada perubahan pada kecepatannya walaupun sudah berkali-kali dia mencoba mengeremnya. Kali ini kepanikan tercetak jelas diwajahnya saat ia dihadapkan pada perempatan jalan yang juga terdapat lampu rambu lalu lintas berwarna merah menyala.

Ia tidak mungkin menerobos lampu merah, karna itu sudah pasti akan menjadi sumber bahaya untuknya. Tanpa pikir panjang ia membelokkan stang sepedanya ke kiri.

Ia menghela nafas lega, karna setidaknya dia selamat untuk sementara.

Sepeda masih terus melaju dengan kecepatan yang sama, sehingga ia tidak perlu mengayuh sepedanya.

Disamping itu ia terus memikirkan cara untuk bisa menghentikan sepedanya.

Bagaimana ini, tidak mau berhentii Ucapnya dalam hati

“Tolong minggir, rem sepedaku blong” Teriak ara

Jalanan pagi ini cukup ramai dengan kendaraan dan ia memilih untuk terus selalu berada pada sisi jalan, selain karna memang diperuntukkan untuk jalur sepeda, itu juga dapat sedikit mengamankannya.

Dari jarak beberapa meter didepannya terlihat sebuah mobil sedang keluar dari gedung yang berada disebelah kiri sisi jalan.

Cemas yang ia rasakan, karna ia sungguh tidak tau harus kemana. Jika membelokkan stangnya kearah kanan, ia harus memastikan bahwa setidaknya kendaraan lain berhenti sejenak untuk memberinya jalan namun nyatanya setiap kendaraan tidak ada yang mau mengalah.

Enzy mencoba menurunkan kakinya, berusaha untuk mengerem secara manual, ditambah dengan teriakan suaranya berharap pengemudi yang ada didalam mobil tersebut mengerti dan mau memundurkan mobilnya.

“Minggir! remnya blong” teriak ara sambil memberi tanda lewat tangannya yang digerakkan

Kecepatan sepeda mulai sedikit berkurang, namun jarak dengan mobilnya pun semakin dekat. Ditambah tidak ada gerakan dari mobil tersebut.

Sungguh tidak ada pilihan lain selain membelokkan sedikit stangnya ke kanan untuk menghindari mobil tersebut, ketika saat yang bersamaan mobil itu pun juga maju hingga terjadi suatu hal.

Brakkkkk

Tabrakan tidak dapat dihindari, begitu juga dengan ara yang langsung jatuh bersamaan dengan sepedanya.

Ia meringis kesakitan. Sedangkan pengemudi yang ada didalam mobil langsung keluar saat tau bahwa ada sesuatu yang menabrak mobilnya.

Melihat seseorang yang tersungkur di aspal sudah dipastikan bahwa ara lah pelakunya. Netra matanya juga ikut melihat bagian mobilnya yang menjadi korban.

Dengan mandiri ara berdiri dan membangunkan sepedanya, lalu matanya tertuju dengan banyaknya goresan dimobil tersebut yang membuatnya refleks menutup mulut.

“Beraninya kau menabrak mobilku” Ucap pria tersebut dengan geram

“Ma-maaf tuan, rem ku blong” Ucap ara sambil menunduk, kemudian dia menaikan kepalanya, karna dia merasa tidak sepenuhnya dia salah

“Lagi pula kan kau juga yang salah kenapa malah maju, kan aku sudah teriak kalau rem sepedaku blong” sambungnya, namun dalam sekejap tangan pria tersebut mencengkram lengan atas ara dengan kuat membuat ara meringis sakit.

“Sudah berani merusak mobilku kau juga berani menyalahkanku hah” Ucapnya

“Apa kau tau harga mobil ini, bahkan sepeda butut mu saja sangat tidak cukup untuk membayar perawatan mobil ini” Sambung pria tersebut

Ara melebarkan matanya saat mendengar pria tersebut memberi julukan butut pada sepedanya.

“Sepeda butut kau bilang hah?” Ulang ara sekali lagi dengan kesal

“Apa kau pikir aku akan memberikan sepeda ku sebagai bentuk rasa salahku padamu begitu? tidak akan pernahhhhh!” Ucap ara tegas, cengkraman pria tersebut semakin kencang membuat ara meringis sakit, dan mencoba melepaskannya namun tak bisa.

“Akhhh sss-saakiiittt” Ucap ara

“Sakit bukan, kalo kau mau aku melepaskan mu maka tanggung jawablah” Ucap pria itu tanpa meringankan cengkramannya

“Akhh- Apakah tidak bisa kita bicarakan ini nanti, aku sudah sangat telat ini” Ucap ara

“Jangan coba-coba berbohong denganku” Ucap pria tersebut

“Selesaikan semua saat ini, kau hanya perlu mengganti rugi” Suruh pria tersebut yang mau masalahnya diselesaikan hari ini.

Astaga apa orang ini sudah gila, kalau pun harus ganti rugi, aku juga ga sanggup, Tuhan aku harus gimana? Ucapnya didalam hati sambil menengadah ke langit berharap dapat pertolongan

“Kau tidak sanggup bukan” Ucap pria tersebut

“Kalau kau tidak sanggup ikut aku” Pria tersebut mencoba menarik ara

“Eeh…ehh tunggu dulu dong, jangan sembarangan membawaku” Ara mencoba menahan tarikan pria tersebut sambil juga berpikir mencari cara untuk bisa kabur.

“Sepedaku bagaimana?” Tanyanya sambil melirik sepedanya

“Aku tidak peduli” Ucap pria itu

Kenapa tidak ada orang yang lewat sih. Please dong lewat satu saja Ucap ara dalam hati sambil melihat sekitarnya dan berharap

“Oke aku ikut denganmu, tapi bisakah kau melepaskan tangamu” Mohon ara yang memang sungguh merasa sakit pada tangannya

“Aku tidak sebodoh itu untuk kau bohongi” Pria tersebut berpikir bahwa itu akal-akalan ara untuk kabur

Ara menghela nafas sebal karna pria didepannya ini tidak melepaskan tangannya dari lengan ara. Satu-satunya cara ara memang harus ikut dengannya.

Saat ara maju selangkah untuk masuk ke dalam mobil pria tersebut terlihat dua orang ibu-ibu berjalan sambil mengobrol.

Senyum ara mengembang sempurna saat melihatnya. Dengan liciknya ara berteriak.

“Tolonggg ….. tolongggggggg …. buuuuu tolong saya, saya mau di culikkkkk” Teriak ara memohon pada dua orang ibu tersebut.

..........

...Haii everyone ......

...jangan lupa like, dan komen ya...

...biar aku semangat buat chapter selanjutnya...

...salam hangat dariku 💕...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!