NovelToon NovelToon

INCRACTABLE GIRL CHARM

MENABRAK

07.40 AM

Layaknya sebuah kapal pecah, itulah kata yang tepat untuk kamar seorang gadis yang saat ini tengah memasukkan ponsel ke tasnya.

Segala sesuatu terlihat tidak pada tempatnya. Handuk basah berada diatas kasur, buku-buku yang sebelumya tersusun rapi di rak buku kini sudah terlihat berserakan dilantai.

Tak hanya itu bahkan ranjang gadis ini belum dirapihkan dan terlihat sangat berantakan.

Agisha Cyarasta Fredericka, gadis yang saat ini tengah sibuk memasukan segala sesuatu yang ia butuhkan kedalam tasnya.

Semua ini terjadi karna jam alarmnya yang tidak berbunyi, membuatnya telat bangun.

Kalau bukan karna cahaya matahari yang membangunkannya mungkin sampai saat ini ara masih nyenyak dalam tidurnya.

Ini adalah salah satu resiko yang harus dihadapinya. Kalau biasanya ada sang ibu yang selalu membangunkannya, kini ia hanya bisa mengandalkan jam alarmnya. Bukan hanya itu dia juga harus melakukan segala sesuatu nya sendiri.

Ara adalah salah satu mahasiswi yang menerima beasiswa disalah satu kampus terkenal. Berat yang ia rasakan saat tau harus jauh dari keluarga, namun bagaimanapun ia harus tetap melakukannya demi masa depannya.

saat tas nya sudah terisi, dia memoles tipis lipstik pada dibibirnya, setelahnya melangkahkan kaki menuju rak sepatu. Dipakai nya sneaker hitam tanpa tali agar mempersingkat waktu.

Setelah siap ara segera keluar dan berjalan keluar apartementnya lalu berlari kecil saat sudah sampai di garasi sepedanya. Di bukanya gembok yang masih melekat pada ban depan sepedanya.

Berharap dapat mempersingkat waktu agar bisa sampai dengan tepat waktu, dia berinisiatif mengayuh sepeda dengan sangat cepat.

Sepanjang perjalanan dia selalu membunyikan bel sepedanya, membuat semua orang yang sedang berjalan terkejut dan menepi dengan cepat untuk menghindari terjadinya suatu hal yang buruk.

Kring … kring

Kring … kring

“Awassss, tolong minggir semuanya”

“Maaf aku sedang buru buru”

Kring … kring

Tak sedikit omelan yang didapatkan baik dari pejalan kaki, maupun dari pengendara lainnya.

“Dasar anak jaman sekarang”

“Hei tidak bisakah kau pelan pelan”

“Woiiii ini jalan bukan punyamu”

“Dasar orang gilaa”

Begitulah kata-kata yang terdengar ditelinganya.

Ara hanya bisa meminta maaf sambil terus mengayuh sepedanya, karna dia sendiri pun sedang terburu-buru. Diliriknya jam tangan sudah menunjukkan pukul 08.15.

Melihat menit waktu yang sudah dipastikan bahwa kelas telah dimulai 15 menit lalu membuat ara tidak lagi memiliki harapan untuk bisa datang tepat waktu, akhirnya ia memutuskan untuk masuk di kelas berikutnya yang ada setelah jam istirahat.

Dengan tangannya ia mencoba mengerem untuk mengurangi kecepatan sepedanya mengingat demi keselamatannya juga, namun nihil, kecepatan masih sama.

Kekhawatiran dalam dirinya mulai timbul, namun bagaimanapun ia tetap mengusahakan dirinya untuk tenang. Mungkin karna tekanan rem tangannya yang kurang kuat membuat kecepatan sepedanya tidak berkurang. Oleh karna itu ara mencobanya lagi.

Masih tidak ada perubahan pada kecepatannya walaupun sudah berkali-kali dia mencoba mengeremnya. Kali ini kepanikan tercetak jelas diwajahnya saat ia dihadapkan pada perempatan jalan yang juga terdapat lampu rambu lalu lintas berwarna merah menyala.

Ia tidak mungkin menerobos lampu merah, karna itu sudah pasti akan menjadi sumber bahaya untuknya. Tanpa pikir panjang ia membelokkan stang sepedanya ke kiri.

Ia menghela nafas lega, karna setidaknya dia selamat untuk sementara.

Sepeda masih terus melaju dengan kecepatan yang sama, sehingga ia tidak perlu mengayuh sepedanya.

Disamping itu ia terus memikirkan cara untuk bisa menghentikan sepedanya.

Bagaimana ini, tidak mau berhentii Ucapnya dalam hati

“Tolong minggir, rem sepedaku blong” Teriak ara

Jalanan pagi ini cukup ramai dengan kendaraan dan ia memilih untuk terus selalu berada pada sisi jalan, selain karna memang diperuntukkan untuk jalur sepeda, itu juga dapat sedikit mengamankannya.

Dari jarak beberapa meter didepannya terlihat sebuah mobil sedang keluar dari gedung yang berada disebelah kiri sisi jalan.

Cemas yang ia rasakan, karna ia sungguh tidak tau harus kemana. Jika membelokkan stangnya kearah kanan, ia harus memastikan bahwa setidaknya kendaraan lain berhenti sejenak untuk memberinya jalan namun nyatanya setiap kendaraan tidak ada yang mau mengalah.

Enzy mencoba menurunkan kakinya, berusaha untuk mengerem secara manual, ditambah dengan teriakan suaranya berharap pengemudi yang ada didalam mobil tersebut mengerti dan mau memundurkan mobilnya.

“Minggir! remnya blong” teriak ara sambil memberi tanda lewat tangannya yang digerakkan

Kecepatan sepeda mulai sedikit berkurang, namun jarak dengan mobilnya pun semakin dekat. Ditambah tidak ada gerakan dari mobil tersebut.

Sungguh tidak ada pilihan lain selain membelokkan sedikit stangnya ke kanan untuk menghindari mobil tersebut, ketika saat yang bersamaan mobil itu pun juga maju hingga terjadi suatu hal.

Brakkkkk

Tabrakan tidak dapat dihindari, begitu juga dengan ara yang langsung jatuh bersamaan dengan sepedanya.

Ia meringis kesakitan. Sedangkan pengemudi yang ada didalam mobil langsung keluar saat tau bahwa ada sesuatu yang menabrak mobilnya.

Melihat seseorang yang tersungkur di aspal sudah dipastikan bahwa ara lah pelakunya. Netra matanya juga ikut melihat bagian mobilnya yang menjadi korban.

Dengan mandiri ara berdiri dan membangunkan sepedanya, lalu matanya tertuju dengan banyaknya goresan dimobil tersebut yang membuatnya refleks menutup mulut.

“Beraninya kau menabrak mobilku” Ucap pria tersebut dengan geram

“Ma-maaf tuan, rem ku blong” Ucap ara sambil menunduk, kemudian dia menaikan kepalanya, karna dia merasa tidak sepenuhnya dia salah

“Lagi pula kan kau juga yang salah kenapa malah maju, kan aku sudah teriak kalau rem sepedaku blong” sambungnya, namun dalam sekejap tangan pria tersebut mencengkram lengan atas ara dengan kuat membuat ara meringis sakit.

“Sudah berani merusak mobilku kau juga berani menyalahkanku hah” Ucapnya

“Apa kau tau harga mobil ini, bahkan sepeda butut mu saja sangat tidak cukup untuk membayar perawatan mobil ini” Sambung pria tersebut

Ara melebarkan matanya saat mendengar pria tersebut memberi julukan butut pada sepedanya.

“Sepeda butut kau bilang hah?” Ulang ara sekali lagi dengan kesal

“Apa kau pikir aku akan memberikan sepeda ku sebagai bentuk rasa salahku padamu begitu? tidak akan pernahhhhh!” Ucap ara tegas, cengkraman pria tersebut semakin kencang membuat ara meringis sakit, dan mencoba melepaskannya namun tak bisa.

“Akhhh sss-saakiiittt” Ucap ara

“Sakit bukan, kalo kau mau aku melepaskan mu maka tanggung jawablah” Ucap pria itu tanpa meringankan cengkramannya

“Akhh- Apakah tidak bisa kita bicarakan ini nanti, aku sudah sangat telat ini” Ucap ara

“Jangan coba-coba berbohong denganku” Ucap pria tersebut

“Selesaikan semua saat ini, kau hanya perlu mengganti rugi” Suruh pria tersebut yang mau masalahnya diselesaikan hari ini.

Astaga apa orang ini sudah gila, kalau pun harus ganti rugi, aku juga ga sanggup, Tuhan aku harus gimana? Ucapnya didalam hati sambil menengadah ke langit berharap dapat pertolongan

“Kau tidak sanggup bukan” Ucap pria tersebut

“Kalau kau tidak sanggup ikut aku” Pria tersebut mencoba menarik ara

“Eeh…ehh tunggu dulu dong, jangan sembarangan membawaku” Ara mencoba menahan tarikan pria tersebut sambil juga berpikir mencari cara untuk bisa kabur.

“Sepedaku bagaimana?” Tanyanya sambil melirik sepedanya

“Aku tidak peduli” Ucap pria itu

Kenapa tidak ada orang yang lewat sih. Please dong lewat satu saja Ucap ara dalam hati sambil melihat sekitarnya dan berharap

“Oke aku ikut denganmu, tapi bisakah kau melepaskan tangamu” Mohon ara yang memang sungguh merasa sakit pada tangannya

“Aku tidak sebodoh itu untuk kau bohongi” Pria tersebut berpikir bahwa itu akal-akalan ara untuk kabur

Ara menghela nafas sebal karna pria didepannya ini tidak melepaskan tangannya dari lengan ara. Satu-satunya cara ara memang harus ikut dengannya.

Saat ara maju selangkah untuk masuk ke dalam mobil pria tersebut terlihat dua orang ibu-ibu berjalan sambil mengobrol.

Senyum ara mengembang sempurna saat melihatnya. Dengan liciknya ara berteriak.

“Tolonggg ….. tolongggggggg …. buuuuu tolong saya, saya mau di culikkkkk” Teriak ara memohon pada dua orang ibu tersebut.

..........

...Haii everyone ......

...jangan lupa like, dan komen ya...

...biar aku semangat buat chapter selanjutnya...

...salam hangat dariku 💕...

DUA PREMAN SERAM

“Beraninya kauu” pria tersebut masih berusaha menarik lengan ara, namun ara tetap berusaha menahan dan terus berteriak, hingga dua ibu-ibu tersebut memanggil orang lain dan perlahan mulai berkerumun

Ini saatnya beraksi ucap batin ara

“Pak bu tolonngggg … aku mau diculik sama om ini huaaaaaaaa” Tuduh ara sambil berpura pura nangis

Salah satu ibu-ibu memukul tangan pria tersebut hingga cengkramannya pada ara terlepas, membuatnya bergerak sedikit bebas.

“Kurang ajar, beraninya sama anak remaja” Ucap salah satu ibu

“Dasar pedofil” Sambung lainnya

“Ayo bu kita hajar aja ni penculiknya”

Kumpulan orang semakin banyak dan mengelilingi pria tersebut.

Ara tersenyum senang, karna inilah kesempatan untuknya kabur.

Diantara kerumunan orang tersebut ia berusaha untuk keluar, walaupun butuh sedikit tenaga tapi akhirnya berhasillah ara keluar.

Ara langsung mengambil sepedanya dan secepatnya pergi dari sana, sedangkan pria itu habis dihajar oleh kumpulan ibu-ibu.

“Stop stopppp saya bukan penculik, saya cuma minta tanggung jawab dia karna sudah menabrak mobil saya” Ucap pria tersebut sambil terus menutup wajahnya dengan tangannya.

Seketika semua warga menghentikan aksinya saat mendengar ucapannya.

“Lihatt mobil saya tergores banyak” Tunjuk pria tersebut pada mobilnya yang rusak.

Semua melihat kearah yang pria itu tunjuk, dan benar saja sangat banyak goresan dimobilnya.

“Dan kalian semua akan ku tuntut” Ancam pria itu sambil menunjuk semua warga yang ada.

Terkejut dengan ucapannya, warga pun segera meminta maaf atas tindakannya yang menghakimi pria tersebut. Satu persatu dari mereka pun langsung pergi setelah minta maaf

“Sialannn dia kabur” Pria tersebut memandang sekitarnya saat semua orang sudah pergi.

Karna kesal ia menendang ban mobilnya. Lalu ia mengambil ponsel dari sakunya dan menelpon seseorang.

“Cari wanita yang menabrak mobilku sampai ketemu, bawa dia dihadapanku”

Pip

Pria tersebut memutuskan panggilannya. Dengan rasa kesal dia masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya.

Ara yang merasa sudah bebas segera melanjutkan perjalannya menuju kampus nya, kali ini ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan standar.

Sebagai ganti remnya ia akan menurunkan kakinya. Bagaimanapun keselamatannya haruslah tetap yang utama dan ia tidak mau kejadian tadi terulang kembali.

Baru juga merasa tenang, kini ara dibuat panik kembali oleh mobil yang tiba-tiba ada disampingnya, dengan dua orang berwajah seram yang ada didalamnya menyuruhnya untuk menepi dan berhenti.

“Hey kau nona berhenti” Ucap salah satu pria yang serupa dengan preman

“Tolong menepilah” Ucap preman itu lagi

Siapa lagi preman ini, seram sekali wajahnya, ya Tuhan berapa banyak kesalahan ku, aku harus melakukan apa Ucap batin ara.

Ara mencoba bersikap biasa saat preman itu terus menerus menyuruhnya untuk berhenti. Ia terus mengabaikannya dan tetap focus pada perjalanannya.

Sambil terus memikirkan cara untuk bisa menghindari dua orang seram itu.

Sepertinya Tuhan mendengar perkataan ara, beberapa meter didepannya ada sebuah gang, tanpa pikir panjang ia langsung membelokkan stang nya ke gang tersebut, sehingga mobil tersebut lurus mengikuti jalan raya.

Ara tidak tau apakah gang yang ia masuki ini dapat menuju ke kampusnya atau tidak, yang pasti ia terus tetap mengayuh secepat mungkin agar terhindar dari preman itu.

Dirasa mereka sudah tak mengikutinya, ara mencoba berhenti dan bertanya kepada beberapa warga sekitar sana dan akhirnya salah satu warga menunjukkan jalan pada ara.

Setelah mengucapkan terima kasih sehingga ia segera mengayuh kembali sepedanya menuju kampus.

Setelah lima belas menit perjalanan, sampailah ia dikampusnya lalu memarkirkan sepedanya.

Ia mengedarkan pandangan nya keseluruh tempat disekitarnya, untuk memastikan apakah mobil preman itu masih mengejarnya, setelah dipastikan aman ara menepuk dadanya pelan dan menghela nafas

“Huh …. aman”

Mengingat kejadian tadi, ara melihat sepeda dengan lekat, ia memutari seluruh sepedanya hingga pada bagian kabel rem sepedanya untuk mencari tau letak kerusakan pada sepedanya yang membuat dia sial pagi ini.

Tatapan nya jatuh pada kabel rem sepedanya yang putus.

“Yahh putus ternyata”

Bayang-bayang dua orang yang mengejarnya beberapa menit lalu terlintas dalam pikirannya, membuatnya gelisah

“Gimana ini haduhhhhhhh, preman itu siapa lagi”

“Gimana nanti kalo mereka menemukan aku trus aku diapa-apain, lalu di pen…” belum sempat menyelesaikan kata-katanya, sedetik kemudian hp nya bergetar

drrrtt.. drrttt ...drrttt

Diambil nya hp dari saku celana nya dengan gemetar, dengan sedikit takut ia melihat layar ponselnya, takut kalau orang itu yang menelpon.

Madelline calling ….

Ara pun bernafas lega saat tau sahabatnya yang menelpon, namun tetap ia masih sedikit gelisah

“H-haalo lin”

“Kau itu ya ra telat mulu, untung aja hari ini gak jadi ada kelas, kau dimana ra? Di rumah?” Tanya deline

“Hehehe aku kesiangan lin, tapi sekarang udah diparkiran kok, ini mau jalan ke kelas” Jawab Ara

“Kita tidak dikelas, sini ke taman ra”

“Tunggu disana”

“Okeee”

PIP

Telepon dimatikan secara bersamaan, ara kembali memasukan kembali hp nya disaku celana, kemudian berjalan menuju taman belakang kampus.

Ia berjalan dengan sangat cepat sesekali berlari kecil dan menengok kebelakang.

Karna ketidak fokusannya terhadap jalan didepannya ia sampai menabrak beberapa orang didepannya.

Brukk

“Maaf…maaf aku gak sengaja” Ucap ara sambil menepuk pundak orang yang ditabraknya kemudian pergi

Bukan hanya menabrak orang ia juga menabrak tiang. Lihatlah dia sedang mempermalukan dirinya sendiri akibat dari kepanikannya.

Tanpa sadar ia menjadi pusat perhatian orang sekitarnya.

“Aduhhh” Ucapnya sambil mengelus dahinya yang telah menabrak tiang

Ara melihat sekitarnya, ada beberapa orang yang mentertawakannya, ada juga yang cuek, ada juga yang meledeknya seperti orang dua ini

“Uhhh sakit pasti tuu … dikejar sama siapa sih? Buru-buru banget jalannya” Ucap Karin

“Malu banget tuh…hahaha” Sambung Fanny yang membuat Karin pun ikut tertawa

Jengah melihat mereka yang tidak pernah berhenti meledek, ara pun tidak tinggal diam.

“Pantas saja hari ini aku sial, ternyata ini

penyebabnya” Ucap ara

“O iya kah? Kalau sudah sial ya sial aja. Udah miskin banyak tingkah, kau ini sangat tidak layak disini” Ucap Karin membalas

“Yang tidak layak disini itu kau. Kau hanya benalu bagi kampus ini, apa yang bisa kau banggakan dari dirimu? Tidak ada bukan. Setidaknya gunakan otakmu sebelum berbicara agar kau tidak malu sendiri” Tidak mau terus menerus berbicara, ara segera berlalu mengingat ia harus menemui kedua sahabatnya

Ara membalikkan badannya kembali, berlalu begitu saja sambil mengelus dahinya yang masih terasa nyeri.

Ia tidak mau membuang-buang waktunya hanya untuk hal tidak berguna.

“Kurang ajar, awas kau akan ku balas” Teriak Karin pada ara

Sementara itu terdapat dua orang yang bersembunyi disebuah pohon besar yang, salah satu dari mereka terlihat sedang menelpon dan satunya lagi sedang memantau seseorang.

.........

LUKA CAKARAN

“Kami sudah menemukan nya tuan, dia mahasiswi tuan, untuk saat ini kami tidak bisa menangkapnya tuan karna disini sangat ramai, baik tuan kami akan selalu pantau” Ucap pria yang sedang menelpon

“Baik tuan” Jawabnya

“Ayo kita pergi” Ucap pria yang menelpon kepada temannya

Setelah sampai ditaman ara pun melihat sekelilingnya untuk mencari seseorang yang dikenalnya.

Saat melihat lambaian tangan seseorang dari arah sebelah kanannnya, ia langsung menghampirinya. Dengan setengah berlari menghampiri mereka dan sedikit berteriak.

“Deline, shasa” Teriak ara

Begitu sampai ara langsung duduk didepan mereka sambil terengah-engah.

“Kau kenapa lari ra? kan ga jauh” Tanya deline

“I-yah hhh biar ce-pat” Dengan nafas terengah-engah ara menjawab sambil menaruh tasnya dimeja

“Oke oke atur nafas dulu, tarik nafas lalu tahan dan buang” Suruh myesha, dan langsung diikuti oleh ara, setelah dirasa nafasnya sudah teratur ara buka suara

“Gawat sumpah gawat!” Ucap ara panik

“Gawat kenapa?” Tanya myesha

“Aku nabrak mobil orang sha, lin” Ucapnya sambil menutup wajahnya

“Apaaa?” Ucap deline dan myesha bersamaan

“Jelasin pelan pelan oke, kau tenang dulu” Pinta myesha

Ara menarik nafas yang panjangg lalu dikeluarkan secara pelan pelan, kemudian dia mulai menjelaskan kejadiannya.

“Apakah goresan dimobilnya sangat parah ra?” Tanya myesha saat ara sudah selesai bercerita

“Menurut ku sih tidak, goresan biasa saja, tapi …. Mobil yang ku tabrak itu loh mahal hehe” Ucap ara sambil nyengir.

Deline yang mendengar itu langsung menepuk jidatnya sedangkan myesha memijit pelipisnya. Kali ini kesalahan yang ara lakukan benar benar membuat mereka pusing.

Deline melihat myesha sedang berpikir. Selagi myesha berpikir deline berbicara dengan ara untuk membuat situasi sedikit lebih santai.

“Dan kau beneran tidakk tau, siapa dua preman itu?” Tanya deline sambil memakan snack

Ara menganggukkan kepalanya “Iya, aku bener-bener gak tau mereka itu siapa, seinget ku, aku hanya menabrak mobil orang itu doang, tidak menabrak orang lain” Jelas ara

“Tapi dipikir-pikir keren juga cara kau kabur dari itu orang ra hahaha” Tawa deline

“Aku tidak punya pilihan lagi, daripada dibawa kepenjara lebih baik kabur bukan, kau mau emang aku masuk penjara?” ucap ara

“Ya tidaklah ra, lagi pula sepertinya polisi tidak tahan punya tahanan sepertimu” Asumsi Deline sambil menyengir

“Kurang ajar kau ya lin, sini kau biar ku hajar” Ara langsung sigap berdiri dan menggulung lengan baju siap ribut dengan deline.

Deline yang terpancing meletakkan snack nya dan ikut berdiri.

“Sepertinya preman itu anak buah pria yang kau tabrak mobilnya ra” Ucapan myesha membuat mereka mengurungkan niat untuk bertengkar.

Ara dan deline pun kembali duduk

“Secepat itu mereka menemukanku sha?” Tanya ara

“Teknologi sekarang kan sudah pada canggih ra” Ucap myesha

“Setuju dengan shasha” Ucap deline disertai anggukan

“Trus apa yang harus ku lakukan?” Tanya ara lagi

“Ya kau harus bertemu kembali dengannya, dan membahas masalah ini sampai selesai” Jawab deline dengan pikirannya

“Ya, daripada kau terus dipantau. Kalau memang nanti pada akhirnya kau harus bayar perawatan mobilnya, tenang kita akan membantumu” Myesha memberikan solusi diakhir ucapannya

“Tapi sebelum itu kau harus pandai bernegosiasi ra, barangkali dia memberi pilihan” Sambung deline

“Iya pilihannya sudah pasti tidak jauh dari bayar perawatan mobilnya atau masuk penjara” Sedih ara

“Pikiranmu sangat jelek” Ucap deline

“Ya trus aku harus berpikiran seperti apa lagi lin? tidak mungkin bukan dia membebasiku begitu saja tanpa syarat” Ara sudah tidak bisa berpikir positif karna hidupnya kini penuh dengan masalah

“Ya sudah, nanti kalau kau bertemu anak buahnya, kau ikut saja sama mereka, tapi pastikan dulu kalo preman itu benar anak buah pria itu, nanti kau ambil waktu untuk ke toilet sebentar trus telpon atau chat kita, setelahnya kita langsung meluncur ketempat itu” Ucap myesha

“Tidak…tidak aku tidak mau, kalau ternyata preman itu penculik bagaimana?” Ara menolak karna ia takut bahwa preman itu adalah penculik

“Iya juga ya” Pikir myesha

Ara hanya bisa pasrah untuk hal yang akan terjadi kedepannya, yang pasti dia sangat berharap ada cara lain yang dapat membuatnya tidak mengeluarkan uang ataupun harus masuk kedalam penjara.

Ara membenarkan tasnya kemudian ia menenggelamkan wajahnya ditasnya.

...🍁🍁🍁...

Seorang pria yang sedang menyetir tak henti hentinya memaki, karna kejadian beberapa menit lalu membuat mobil kesayangannya lecet dengan goresan.

Bukan hanya dimobil, pipi dan lengan tangan nya pun terdapat beberapa goresan akibat cakaran dari warga yang menuduh bahwa ia adalah penculik.

Dia menurunkan sedikit spion yang berada diatas, kemudian bercermin untuk melihat goresan yang berada diwajahnya.

Ashhh Lirihnya saat menyentuh goresan yang berada di pipi yang terasa perih

“Sialaan, kau tidak akan ku lepaskan” Ucap pria tersebut sambil memukul stir kemudi.

Kemudian dia mengambil ponsel dari dashboard lalu mencari kontak seseorang yang akan dihubungi setelah itu dia menekan tombol hijau, dan juga tombol loudspeaker.

“Tuan kau dimana? 30 menit lagi meeting akan segera dimulai” Ucap pria yang juga sekretarisnya dari seberang sana

“Ya, aku tau, tadi ada sedikit masalah, undur meetingnya, ada yang harus ku lakukan sekarang”

Pip

Vano memutuskan sambungan teleponnya, dimasukkannya kembali ponsel ke saku celananya. Lalu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan lawan bicara yang berada diseberang sana sudah menggerutu, lantaran telepon yang sudah terlebih dahulu dimatikan.

Chaselvano Axelio, ya dialah pria itu. Pria dengan sejuta pesona, ketampanan serta tubuhya yang atletis mampu membuat paara wanita berkhayal hingga liar.

Bahkan tak sedikit wanita yang menawarkan diri untuk menjadi teman penghangat ranjangnya. Cih menjijikan Itulah kata yang selalu keluar dari bibirnya. Bukan hanya wanita, kehebatannya dalam berbisnis pun membuat banyak laki-laki diluar sana merasa iri.

Di usianya yang baru menginjak 25 tahun vano sudah memimpin Axelio Corp, pusat dari semua cabang perusahannya.

Keahliannya dalam memimpin sudah pasti diturunkan dari Fransisco Axelio yaitu sang daddy.

Meskipun awalnya vano menolak untuk terjun ke dunia bisnis tersebut, namun saat melihat salah satu map berupa data keuangan perusahaan yang sedang menurun dimeja kerja daddynya, membuat hati vano tergerak untuk membantunya.

Vano mempelajarinya siang dan malam tanpa sepengetahuan dari orangtuanya dan juga terkadang dibantu oleh asisten daddynya.

Hanya dalam rentang waktu 6 bulan vano berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan diluar perkiraan.

Hingga dimana saat ini Axelio Corp telah menjadi perusahaan besar dan terkenal hingga ke beberapa negara luar lainnya.

Vano memarkirkan mobilnya didepan gedung yang bertuliskan ‘Winsley Hospital’. Dia diam sejenak sambil melihat kondisi luar dari dalam mobilnya.

Vano mengehela nafas, dia sangat membenci tempat yang penuh dengan aroma obat-obatan. Dilihatnya lagi wajahnya lewat spion kaca yang berada diatasnya.

Vano mematikan mesin mobilnya, tak lupa ia memakai masker untuk menjaga hidungnya dari aroma-aroma yang ia tidak sukai.

.........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!