BERTEMU LAGI

Derasnya hujan semalam kini telah tergantikan oleh rintikan hujan ditambah dengan dinginnya cuaca pagi ini membuat ara semakin menenggelamkan tubuhnya dibawah selimut.

Namun hanya berselang tiga puluh menit, awan putih terang mulai memenuhi langit, perlahan-lahan matahari pun menampakkan dirinya, tak lupa dengan sinarnya yang memberikan kehangatan pada semua makhluk hidup dibumi termasuk ara.

Merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah gorden dan mengenai wajahnya ara menarik selimut hingga menutupi seluruh wajah nya kemudian kembali tidur.

Kringggg…. kringggg

Jam alarm sudah bunyi, namun tak ada tanda tanda ara bangun

Kringggg …. kringggg

Ara menurunkan selimut yang menutupi wajahnya, kemudian dia menggambil jamnya dan menekan tombol off.

Sejenak duduk disisi kasur untuk memulihkan kesadarannya lalu berjalan membuka gorden serta jendel membiarkan sinar matahari masuk sepenuhnya kedalam kamarnya.

Ketika jendela terbuka, dia melihat banyak orang yang sedang berolahraga di lapangan, entah berlari, senam, atau pun jalan sehat.

Apartement yang berada pada lantai 11 membuatnya dapat menikmati indahnya pemandangan, bukan hanya itu dia juga dapat melihat langsung area lapangan beserta kolam renang.

“Wow kali ini lapangan cukup ramai” Seru ara kemudian ia menghirup udara sambil memejamkan mata dan tersenyum

“Hahhhhh, baiklah sama seperti dengan mereka hari ini aku pun akan berolahraga” Ucap ara ketika selesai menghembuskan nafas

“SEMANGATT!!!” Teriaknya

Ia berlalu dari tempatnya, kemudian masuk ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajah serta menyikat giginya dan juga mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian olahraga.

Setelahnya beralih ke meja rias.

Ara menguncir rambutnya tak lupa ia memoles sedikit lipstick pada bibirnya agar tidak terlihat pucat. Lalu memutari kasur dan mengambil ponselnya dimeja samping ranjangnya.

Ia melihat banyak panggilan tak terjawab dari kakak laki-laki dan juga dari ibunya ketika ponsel telah ada pada genggamannya. Dengan sekali tekan ara menghubungi kembali sang ibu.

“Kau kenapa tidak mengangkat telponku dan ibu, apa kehidupan mu disana sangat menyenangkan sampai kau melupakan kami?” Ara menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya saat mengetahui julio sang kakak yang berbicara dengan kesal

“Keep calm bro” Ucap ara santai

“Bro? heyy kau bocah aku ini kakak mu bukan teman sebaya mu” Ara terkekeh, sang kakak memang sangat tidak menyukai panggilan bro yang ara berikan padanya

“Baiklah, tadi ara hanya bercanda, kau ini sensi sekali kak” Canda ara

“Kenapa kau yang menjawab telponku kak? dimana ibu? tidak bisakah kau menelponku dengan hp mu sendiri” Ara mengambil handuk olahraga dan menyampirkannya pada pundaknya, kemudian melangkahkan kaki menuju rak sepatu

“Oh ya Tuhan bagaimana bisa aku memiliki adik seperti ini, dia bahkan tidak suka aku menelponnya” Ucap Julio sedih

“Bukan seperti itu, aku senang sekali kakak menelponku, sudahlah kak aku ingin bicara pada ibu, sejak tadi kau terus yang bersuara”

Ara mengapitkan ponselnya diantara telinga dan bahu nya sebelum ia memakai kan sepatu pada kakinya

“Baiklah baiklah, bu ara bu” Julio memberikan ponselnya pada ibu yang berada disampingnya

“Hallo ara sayang, gimana kabarmu disana?” Tanya sang ibu dengan lembut

“Ara sangat sehat bu, ibu sendiiri bagaimana? apa kak lio menjaga ibu dengan baik? kalau tidak nanti ara akan hajar kak lio nanti” Ucap ara sambil mengikat tali sepatunya

“Hey aku menjaga ibu dengan sangat baik” Terdengar suara julio dari seberang sana

“Ya ya kau menjaga ibu dengan baik lio” Ucap ibu pada julio dari seberang sana

“Kak lio menjaga ibu sangat baik, ara kapan pulang? kami sudah sangat rindu pada ara” Tanya ibu

“Selesai ujian nanti ara pulang bu, ara pun sangat sangat rindu ibu dan kakak” Setelah selesai mengikat tali sepatu, ara mengambil topi olahraga nya dan keluar dari apartementnnya

“Ya sudah baiklah, ara sedang apa disana?” Ibu menanyakan aktivitas ara

“Ara sedang jalan menuju lapangan bu untuk olahraga” Jawabnya

“Ya sudah lanjutkanlah olahraga nya, ara jangan lupa banyak makan ya, ibu tidak mau melihat anak ibu kurus dan kalau ara butuh sesuatu bilang ibu atau kakak mu” Ibu memberi nasehat pada ara

Ara berhenti didepan lift sambil terus berbicara dengan ibunya lewat telpon

“Baik ibu ku sayang, ara pasti akan makan banyak dan ya nanti kalau ara butuh sesuatu ara pasti akan bilang” Patuh ara

“Ibu tutup ya telpon nya, kau baik baik disana” Ucap ibu sebelum mengakhiri panggilan

“Iya bu” ucap ara

Pip

Setelah ibu memutuskan telponnya, ara mematikan ponselnya dan memasukkannya saku jaketnya. Kemudian dia masuk kedalam lift.

Ara memakai topinya ketika ia sudah berada di pinggir lapangan. Dia melakuan pemanasan sejenak sebelum berlari.

Setelahnya baru berjalan masuk kedalam lapangan dan mulai berlari pelan mengelilingi lapangan. Lapangan yang ia putari sangat lebar dan besar, sehingga membuatnya bersemangat untuk berolahraga.

Pada putaran pertama ia masih sanggup berlari, lanjut pada putaran kedua, ara masih berlari walaupun sesekali ia berjalan, lalu pada putaran ketiga, lelah mulai terasa, keringat pun mulai keluar.

Walaupun begitu ia masih berlari sambil menyeka keirngatnya. Setelah 1 bulan tidak berolahraga membuatnya merasa cepat lelah.

Ara berhenti sejenak dari larinya. Ia memegang kedua lututnya dengan nafas terengah-engah.

Karna sudah tidak kuat untuk melanjutkannya lagi dan ia memutuskan untuk beristirahat. Namun pastinya ara harus membasahi kerongkongannya yang terasa kering sejak tadi.

Dikarenakam tidak membawa air, dia berjalan menuju minimarket terdekat dan langsung membawa tubuhnya pada rak yang berisi air mineral.

Karna sudah tidak sanggup, dengan sekali tegukan ia menghabiskan setengah botol air mineral tersebut, kemudian berjalan ke kasir untuk membayarnya.

Saat kasir menyebutkan harganya, ara merogoh saku jaketnya mencari dompet namun tak ada, dia merogoh lagi saku sebelah kiri tapi hanya ada ponselnya

Mencoba untuk tetap tenang ara terus merogoh semua kantung yang ada pada jaket dan celananya.

“Bagaimana nona?” Tanya kasir tersebut tentang pembayarannya

“Mmm… saya lupa bawa dompet, apa pembayarannya bisa lewat e-wallet?” Tanya ara

“Mohon maaf nona, untuk hari ini sedang tidak bisa” Jelas kasir tersebut

Ara mencoba menghubungi myesha dan adelleine, namun tidak ada balasan dari mereka berdua. Keringat dingin mulai membasahi tubuh ara saat ini. Dia terus mencoba memberikan pesan dan menelpon mereka berdua.

Hingga tanpa sadar seseorang disampingnya memberikan selembar uang pada kasir tersebut dan telah membayarkan air mineralnya.

“Ini struk dan kembaliannya nona, terima kasih telah berbelanja” Kasir itupun memberikan struk dan uang kembalian

Ara mendongakkan wajah ke kasir tersebut dengan bingung. Seakan mengerti dengan kebingungannya, kasir tersebut memberi tau

“Minumannya sudah dibayarkan oleh tuan itu” Tunjuk kasir tersebut pada seorang pria yang sudah berada diluar namun masih dapat dilihat

Ara melihat kesamping namun pria yang dimaksud kasir tersebut sudah keluar dari minimarket.

Dengan cepat ara mengambil struk, uang kembalian dan juga air mineral nya dan langsung keluar lalu mengedarkan pandangannya keseluruh tepat.

Kini ia menangkap sosok pria seperti yang kasir tersebut katakan sedang berada ditaman bersama seorang anak kecil berusia lima tahunan dibawah pohon rindang.

Ara hanya dapat melihat anak kecil tersebut, sedangkan pria tersebut membelakanginya.

Tanpa pikir panjang ia menghampiri pria tersebut dengan berlari.

Dihadapannya ia menjulurkan struk dan juga uang kembalian sambil membungkuk kepada pria yang saat ini membelakanginya.

“Tuan terimakasih untuk bantuannya, ini uang kembaliannya, secepatnya pasti akan saya ganti” Ara membungkuk berterimakasih dibelakang tubuh pria yang menolongnya

Anak kecil tersebut mengangkat dagunya ke atas melihat ara serta pria tersebut membalikkan tubuhnya saat mendengar suara ara.

“Uncle tante itu siapa?” Tanya anak kecil tersebut saat melihat ara, pria tersebut langsung menggendong anak tersebut agar ia tidak mendongak terlalu lama yang dapat membuat lehernya sakit

“Tidak perlu dibayar, ambil saja” Ucap pria itu

Ara mengangkat wajah dan juga meneggakkan tubuhnya saat pria tersebut berbicara.

Ara tersenyum saat melihat anak kecil tersebut, kemudian tatapannya berpindah pada pria yang sebelumnya telah membantunya.

Senyuman yang mengembang kini perlahan memudar digantikan oleh keterkejutannya. Sosok pria didepannya ini ternyata vano.

Kaki ara seketika melemas, kejadian beberapa hari lalu terlintas didalam otaknya tanpa diminta, membuat ara semakin membeku ditempat.

Vano pun sama terkejutnya dengan ara saat ia tau bahwa orang tersebut adalah pelaku yang membuat dirinya mendapat luka goresan. Namun vano masih bisa menyembunyikannya lewat wajahnya yang datar.

“Kau…” Ucap ara

Vano menyungingkan senyumannya. Dia senang saat melihat raut wajah ara yang kini memucat. Terlebih lagi saat ini mangsa datang dengan sendirinya.

.........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!