"Apa kau tahu apa yang sedang terjadi pada gadis kecil itu?" Marry berbisik kepada John yang berada di meja kasir, dia mengalihkan pandangannya dari lembaran uang yang sedang dia hitung ke arah depan dimana seorang gadis berambut hitam tengah bersemangat membersihkan meja-meja cafe dan pada saat yang bersamaan dia juga melayani pengunjung cafe itu.
"Tidak." John mengangkat bahunya dan kembali fokus menghitung lembaran-lembaran dolar yang ada di dalam mesin kasir.
"Hari ini dia bersikap aneh, bahkan dia belum beristirahat dari tadi pagi."
John langsung terdiam dan langsung kembali fokus kepada Ayumi yang sedang mencatat pesanan pelanggan yang baru saja datang.
"Dia belum makan?" Pertanyaan John itu langsung dijawab anggukan serius oleh Marry, tubuh Ayumi memang mungil dan langsing tapi kalau urusan makan gadis itu hampir menyamai kemampuan makan John.
"Ini aneh." John mengerutkan alisnya dan tetap fokus mengamati Ayumi yang kini sedang mendekati Marry untuk memberikan pesanan yang baru dia terima.
"Marry, ini pesanan baru untukmu," Ayumi memberikan selembar kertas kepada wanita paruh baya itu yang langsung melesat ke arah dapur untuk menyiapkan pesanannya.
"Ayumi, ikut denganku sebentar." John keluar dari meja kasir dan sebelum melangkah keluar dia berteriak kepada Marry agar membawakannya beberap potong tuna sandwich, kentang goreng dan milkshake. Ayumi mengekor di belakang John yang berjalan menuju pintu luar dan duduk di meja paling pojok.
"John, aku harus kerja."
"Tidak, sebelum kau makan, ok?"
"Aku belum lapar, aku akan makan nanti."
"Sekarang, little girl." Ayumi tidak bisa membantah ketika John sudah mengeluarkan nada memerintah seperti itu, dengan malas ia duduk di depan John dan tidak lama kemudian Marry datang dengan lima potong sandwich, satu piring besar kentang lengkap dengan sausnya dan satu gelas besar strawbery milkshake.
"Ya Tuhan, aku tak mungkin bisa menghabiskan ini semua." Mata Ayumi yang bulat semakin bulat ketika melihat makanan di depannya.
"Percayalah sayang, kau akan bisa menghabiskan ini semua." Marry tersenyum sebelum meninggalkan Ayumi yang masih menganga. John memberi perintah kepada Ayumi untuk mulai makan dengan cara menaikan alisnya, dengan malas ia mengambil sandwich dan mulai memakannya.
"Jadi, apa yang sedang terjadi?" John memulai pertanyaannya, sambil menunggu jawaban, John mengambil potongan-potongan kentang goreng lalu memakannya.
"Tidak ada." Ayumi terdiam beberapa saat lalu kembali memakan makanannya.
"Ayumi, aku sudah sangat mengenalmu, jadi katakan padaku sekarang atau aku akan mencari tahu sendiri." John menatap Ayumi dengan sorot mata birunya yang tajam, Ayumi mengambil napas panjang dan berat sebelum memulai ceritanya.
"Tidak ada apa-apa, hanya saja semalam aku baru mengetahui kalau Ibuku telah meninggal empat tahun lalu." John membelalakan matanya mendengar ucapan gadis itu yang kini dengan semangat melanjutkan makannya.
"Oh, dear, aku ikut bersedih."
"Tidak perlu bersedih untukku, John, aku bahkan tidak mengenalnya." Ayumi memakan sandwichnya dengan gigitan lebih besar sampai pipinya menggembung.
"Kau tahu, John, selama aku hidup aku bahkan belum pernah bertemu dengannya walaupun hanya sekali." Ayumi berbicara dengan mulut masih penuh makanan, dia meminum milkshakenya sebelum melanjutkan bicaranya.
"Dia bahkan tidak pernah mencariku." Ayumi berbicara dengan semangat, dia mengambil potongan sandwich lagi dan mulai menggigitnya, "Dia meninggalkanku ketika masih bayi." Ayumi kembali memasukan potongan besar sandwich ke dalam mulut mungilnya, beberapa kali dia hampir tersedak dan John memberikannya minuman untuk melegakan tenggorokannya.
John membiarkan gadis itu mengeluarkan semua yang jadi beban di hatinya selama ini, ia hanya diam mendengarkan gadis itu bercerita dengan penuh amarah, ia tahu sebenarnya gadis itu sedih tapi ia terlalu kecewa untuk mengakuinya. John tahu bagaimana Ayumi dua tahun belakang ini berjuang mencari ibunya tanpa kenal lelah, dia hanya seorang gadis biasa yang merindukan sosok seorang ibu yang tak pernah hadir dalam hidupnya, John bisa mengerti kekecewaan gadis itu setelah semua perjuangan dan pengorbanannya selama ini tapi berujung dengan kekecewaan.
"Katakan padaku, John, apa aku anak yang jahat kalau aku tidak menangisi kematian ibuku?" Mata bulat itu kini menatap John dengan berapi-api tapi John bisa melihat kilat kesedihan di sana, bahkan John sudah bisa melihat matanya mulai berkaca-kaca.
"Tidak, sayang, kau tidak jahat." John menggeser duduknya di sebelah gadis itu sambil menggengam tangan mungilnya.
"Tapi aku jahat, John, aku..," Ayumi tidak melanjutkan ucapannya karena ia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.
"Aku tak menangis, John, ini… ini karena saus cabe ini terlalu pedas." Dengan kasar Ayumi menghapus air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya, "Oh, sial, kenapa air mataku terus mengalir?" Ayumi mulai terisak dan John langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya, dia tidak mengatakan apapun, dia hanya mengelus pungung Ayumi dengan lembut memberikan kenyamanan kepada gadis mungil yang tampak rapuh itu.
"Apa dia sangat membenciku, sampai dia pergi ke tempat yang tidak bisa aku datangi?" Ayumi berkata di antara isak tangisnya.
John masih tidak mengatakan apa-apa karena ia tahu yang dibutuhkan gadis itu saat ini adalah hanya tempat untuk mencurahkan isi hatinya, seseorang yang mau mendengarkannya.
"Kenapa dia tidak menungguku." John mengelus kepalanya dengan sayang, "Aku hanya ingin bertemu dengannya sekali saja,” lanjut Ayumi dengan suara berupa bisikan yang membuat John ikut bergetar, "Aku hanya ingin mengatakan padanya." Ayumi menarik napas berat sebelum melanjutkan ucapannya, "Kalau aku telah memaafkannya, dan... aku merindukannya."
Walau pelan John masih bisa mendengar kalimat itu, kalimat yang selama ini ia sangkal sepenuh hati karena kekecewaan kepada ibunya yang telah meninggalkannya dari bayi, tapi ia tidak bisa memungkiri hatinya, bagaimanapun dia adalah ibunya. Sejahat apapun wanita itu tetap ibunya, orang yang telah melahirkannya ke dunia dengan pertaruhan nyawanya sendiri, jadi bagaiman bisa dia membenci orang yang telah memberinya kehidupan, kepalanya bisa saja menolak mengakuinya tapi tidak dengan hatinya, dan ia tidak bisa membohongi hatinya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
baru mulai udah nyesek gini😭😭😭 ayumi...kamu hebat,ibumu pasti bangga memelilikimu meskipun kalian blm pernah ketemu
2025-04-04
0
Dwi Sasi
Hmmm.... Pasti ada cerita nyata seperti ini di dunia ini
2022-11-19
0
Mariam R RIa
Ayumi😭😭😭😭😭
2022-11-17
0