Sepuluh menit kemudian Ayumi sudah berada di kampusya di UBC, mukanya masih ditekuk karena kesal dengan kelakuan malaikat penyelamatnya yang sepertinya hari ini berubah menjadi Loki yang menyebalkan.
"Ayumi!" Seorang wanita mungil dengan rambut hitam sebahu berlari menyambut gadis itu dengan senyuman lebar.
"Aku ada kabar baik untukmu." Yuki, gadis keturunan Jepang dan salah satu teman baik Ayumi di kampus.
"Ceritakan padaku, karena aku sangat membutuhkannya hari ini." Ayumi terus berjalan memasuki lorong fakultas kedokteran dan masuk ke dalam kelas diikuti Yuki di sampingnya.
"Kau tahukan kalau setiap warga keturunan yang ada di Kanada mempunyai perkumpulan masing-masing, seperti kau yang mengikuti perkumpulan warga Indonesia?" Yuki bertanya dengan penuh antusias, sedangkan Ayumi masih terlihat belum begitu tertarik dengan tema pembicaraan ini, dia mengeluarkan beberapa buku di dalam tasnya kemudian menaruhnya di atas meja.
"Iya, lalu?"
"Begitu dengan warga Jepang, kami punya perkumpulan sendiri," Ayumi mulai mengerti arah pembicaraan temannya itu, dia mengalihkan pandangannya dari catatan pelajaran ke mata sipit gadis Jepang yang sedang tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala dengan semangat.
"Ibuku, kau menemukan Ibuku?" Ayumi hampir saja berteriak karena bahagia, akhirnya dia bisa menemukan ibunya setelah pencarian selama dua tahun ini.
"Hei, tenang dulu." Yuki menarik napas sebelum melanjutkan ceritanya, "Aku telah bertanya hampir ke semua orang yang ku kenal dalam perkumpulanku tentang Ibumu, tapi sayang tak seorang-pun mengenalnya." Ayumi menghembuskan napas kecewa lalu melanjutkan kembali aktifitasnya membaca buku catatan tentang organ tubuh manusia setelah seperti biasanya informasi tentang ibunya selalu berakhir dengan jalan buntu.
"Jangan lemas dulu, aku belum selesai bercerita." Yuki tersenyum melihat temannya yang cemberut itu.
"Dengar, kau tahu teman Ibuku dari Toronto datang berkunjung semalam, dan aku sebenarnya hanya iseng saja ketika menanyakan apakah ada wanita Jepang di sana yang bernama Minami Takeda?" Yuki membetulkan kacamata minusnya lalu menatap Ayumi dengan sorot mata serius.
"Dan dia bilang ada," Ayumi membelalakan matanya tak percaya, jantungnya berdebar kencang mendengar kabar yang hampir saja membuatnya putus asa dalam mencari ibunya selama dua tahun terakhir ini.
"Ibuku? Dia kenal Ibuku?" Suara Ayumi terdengar gugup tak percaya kalau akhirnya dia mendengar kabar tentang seseorang yang mengenal ibunya.
"Iya dia mengenal Ibumu!" Yuki tak kalah histeris karena bahagia dari pada Ayumi, mereka saling berpelukan sambil melompat-lompat tak perduli kaki mereka membentur meja.
"Ok cukup, kakiku mulai sakit." Yuki menghentikan acara lompat-lompatnya lalu mengelus-elus lututnya yang terbentur meja, berbeda dengan Ayumi yang tersenyum bahagia tak perduli dengan rasa sakit kakinya.
"Aku lupa, apa kau mempunyai foto ibumu?"
"Iya aku mempunyainya, tapi itu foto lama, bahkan sebelum aku lahir."
"Tidak masalah, teman ibuku meminta fotonya siapa tahu Minami Takeda yang dia kenal adalah orang yang sama dengan Ibumu, jadi apa kau sekarang membawanya?" Ayumi mengambil dompetnya lalu membukanya, di dalam dompetnya ada foto dia bersama Ayah dan adik perempuannya Rama, di bawah foto itu ada foto dengan kertas yang sudah sedikit menguning.
Di dalam foto itu ada seorang gadis dengan pakaian Yukata yang terlihat sangat cantik, matanya bulat seperti mata milik Ayumi, di sebelahnya berdiri dengan gagah ayah Ayumi dengan memakai Yukata juga, serta ada beberapa teman mereka yang lain dengan pakaian yang sama, foto itu diambil pada saat festival kembang api musim panas di Jepang.
"Ini," Ayumi memberikan foto itu kepada Yuki dengan antusias.
"Wow, Ibumu sangat cantik, sangat mirip denganmu," Ayumi tersenyum mendengar pujian itu, Ayumi memang sangat sering mendengar ayahnya mengatakan kalau dia sangat mirip dengan ibunya, tapi berbeda rasanya ketika orang lain yang mengatakannya, ada perasaan sedikit bangga, minimal ada perasaan kalau ibunya akan mengenalnya ketika bertemu dengannya.
"Kau simpan foto ini, kita akan menemui teman Ibuku nanti malam." Ayumi mengangguk dengan semangat, dia tidak sabar untuk mengetahui kabar mengenai ibunya.
****
Mereka duduk di ruang tamu rumah Yuki, rumah bergaya minimalis oriental dengan sentuhan hiasan khas Jepang.
"Jadi, kau putri dari Minami?" wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu memandang Ayumi dengan penuh selidik.
"Iya, Nyonya," Ayumi menjawab dengan gugup, dari pertama dia menginjakan kakinya ke rumah ini dia merasakan keringat dingin membasahi badannya dan jantungnya berdetak dengan kencang karena gugup, Ayumi tak henti-hentinya meremas jari-jari tangannya yang sedingin es.
"Maafkan aku, kau pasti merasa gugup karena sikapku ini. Aku hanya tidak menyangka kalau Minami sudah memiliki putri sebesar ini." Wanita yang dipanggil Yuki dengan sebutan Megumi Sama itu tersenyum lembut setelah melihat Ayumi duduk dengan gugup di hadapannya.
"Tidak apa-apa, Nyonya, jadi anda mengenal Ibu saya?" Mata bulat Ayumi memandang penuh harap.
"Kau membawa foto Ibumu? Hanya untuk meyakinkan saja, aku takut kalau kita sedang membicarakan orang yang berbeda, walaupun kau memiliki mata yang sama dengan temanku." Ayumi mengangguk lalu memangambil foto yang sudah dia siapkan di dalam dompet kemudian menyerahkannya pada wanita itu.
"Kau memang putri Minami temanku," wanita itu menatap foto itu dengan rasa haru.
"Aku ingat foto ini aku ambil pada saat hanabi matsuri terakhirku sebelum aku menikah dan pindah ke Kanada," Wanita itu kembali tersenyum sambil menatap foto tua itu.
"Jadi siapa namamu, Nak?" Wanita itu kini menatap Ayumi dengan sorot mata lembut seperti seorang ibu menatap anaknya.
"Nama saya, Ayumi Maheswara." Wanita itu sedikit mengerutkan keningnya ketika mendengar nama Ayumi.
"Maheswara? Maksudmu kau putri Minami dan Radit Maheswara?" Wanita itu menatap Ayumi tak percaya.
"Iya, Nyonya, Ayahku Radit Maheswara, anda mengenalnya juga?" Ayumi bertanya dengan sorot mata penasaran.
"Iya, aku mengenal Radit, kami kuliah di tempat yang sama walaupun berbeda jurusan, aku tahu Ayahmu adalah laki-laki yang baik, pintar dan juga tampan, aku hanya tak mengira Minami akhirnya menikah dengan Radit." Ayumi sedikit bingung ketika mendengar penjelasan wanita yang kini tengah menatap foto itu dengan serius.
"Katakan, Nak, berapa umurmu?" Wanitu itu menatap Ayumi dengan serius.
"Bulan Juli lalu umur saya 21 tahun," Wanita itu memicingkan matanya, keningnya berkerut lalu kembali menatap foto tua itu seperti sedang berpikir, tiba-tiba mukanya memucat menatap Ayumi tak percaya.
"Nyonya, apa semuanya baik-baik saja?" Ayumi terkejut melihat perubahan ekspresi wanita paruh baya yang kini sepucat mayat, dia menatap Ayumi seolah mencari jawaban di dalam mata hitam milik gadis itu.
Ayumi memberinya teh yang tadi disediakan ibu Yuki, setelah beberapa saat akhirnya wanita itu bisa mengendalikan diri, dia kembali tenang, saat ini mereka memang hanya berdua di ruangan itu, keluarga Yuki sengaja memberikan mereka sedikit ruang pribadi.
"Aku tidak apa-apa, Nak, maafkan aku tadi aku hanya teringat Ibumu," wanita itu kembali tersenyum walau sedikit dipaksakan, Ayumi mengangguk tanda mengerti lalu kembali duduk dengan tenang dihadapan wanita itu.
Wanita itu berdiri lalu berjalan mengelilingi meja dan duduk di sebelah Ayumi, sebelum kembali bercerita tentang ibu Ayumi.
"Ibumu adalah seorang perempuan yang cantik dan pintar, banyak pria yang jatuh cinta padanya tapi hanya satu orang yang membuatnya jatuh cinta," wanita itu tersenyum sambil menggenggam tangan mungil Ayumi, tangan wanita itu sangat dingin dan sedikit gemetar, Ayumi tidak mengetahui apa yang telah terjadi dengan wanita di sampingnya itu, kini dia kembali menatap mata hitam milik gadis itu, alisnya sedikit berkerut seolah-olah kembali mencari jawaban di sana.
Untuk beberapa saat wanita itu berhasil mengendalikan dirinya, dan kembali bersikap normal, "Aku kehilangan kontak dengan Ibumu ketika aku pindah ke Kanada, tapi dua tahun kemudian Ibumu menghubungiku dan berkata kalau dia akan pindah ke Vancouver, aku bahagia mendengarnya karena aku tidak akan merasa sendiri di negara asing ini." Wanita itu menatap Ayumi dan tersenyum lembut sebelum meneruskan ceritanya.
"Ibumu tinggal di Vancouver hanya beberapa bulan, suaminya mendapatkan tugas di Seattle lalu mereka pindah ke sana, mungkin Ibumu lupa untuk memberi tahu soal kepindahannya itu." Wanita itu menatap Ayumi dengan sorot mata penuh simpati.
"Jadi, Ibuku sekarang berada di Seattle?" Ayumi menatap wanita paruh baya itu dengan sorot mata penuh harap, setelah pencarian selama dua tahun akhirnya dia bisa bertemu ibunya.
Tapi wanita itu hanya diam membisu, tiba-tiba ruangan itu dicengkram rasa hening, jantung Ayumi berdetak kencang menanti jawaban dari wanita disampingnya yang mulai berkaca-kaca.
"Nyonya?" Suara Ayumi sarat akan rasa takut.
"Oh sayang, maafkan aku," wanita itu mulai terisak, Ayumi bingung melihat wanita itu menangis tanpa alasan yang jelas.
"Nyonya, anda tidak apa-apa?" Ayumi berusaha menenangkan wanita itu dengan gugup.
"Sayang, maafkan aku," hanya itu yang kembali keluar dari mulutnya di balik isak tangis wanita itu.
Perasaan Ayumi mengatakan kalau ada sesuatu yang salah di sini, jantungnya kembali berdetak kencang, tubuhnya terasa dingin, dia diam membeku mencoba memahami perkataan wanita itu. Tidak ini tidak mungkin seperti apa yang dia pikirkan.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
apakah ibunya masih hidup atau terjadi sesuatu?🥺
2025-04-04
0
Dwi Sasi
Ikut berdebar2....
Jd kepo
2022-11-19
0
Echa04
hmmm aq baru paham...
soalnya aq baca autum girl dlu jd agak bingunh...baru nemu ini...
2022-07-28
0