Keliru

Keliru

Pengkhianatan Sang Asisten

“Saya mau berbicara denganmu,” kata Baron dengan suara berat. “Ke ruangan saya sekarang!”

Sungguhpun, Adi merasa menggigil. Baron menatapnya dengan sorot mata kekecewaan. Adi bukan orang bodoh, ia menyadari itu.

Apa ada masalah? Atau dirinya telah melakukan kesalahan di perusahaan ini sehingga membuatnya marah? Adi rasa ia tidak melakukan masalah apa pun? Lantas apa sebabnya?

Tanpa babibu, Adi mengikuti langkah Baron yang masuk ke dalam ruangannya. Mengamati cara duduk lelaki tua itu dengan angkuh.

“Ada apa, ya, Pak?” tanya Adi setelah hening beberapa saat.

“Apa kamu tahu, orang yang selama ini saya percayai sepenuhnya telah diam-diam berkhianat?”

“Saya tidak tahu, Pak,” jawab Adi yang sudah merasa ganjil dengan pertanyaan Baron kali ini. Ada yang tidak beres dengan pertanyaan ini sehingga ia sedikit terusik.

“Orang yang paling dekat dengan saya, menusuk saya dari belakang. Bahkan dia berani mengambil milik saya yang paling berharga! Paling berharga!” ucap Baron Berapi-api.

“Siapa yang berani mengkhianati Bapak?” tanya Adi yang masih saja bingung dengan perkataannya.

“Nah, itu. Itu tugasmu. Cari dia dan bawa dia ke sini, ke hadapan saya!” ucap Baron sangat berang. “Kamu tahu siapa saya?”

“Tahu, Pak.” Sebisa mungkin Adi menunjukkan wajah yang tenang.

“Bagus. Kau juga pasti tahu apa yang terjadi jika saya sudah menemukan pengkhianat itu.” Baron masih tampak sangat marah. “Pergilah! Saya sedang ingin sendiri.”

Dan ketika Adi keluar, Adi langsung menuju ke ruangan di mana Rury berada. Lantaran tak ingin membuang waktu, Adi segera bertanya kepada gadis itu yang tengah sibuk di hadapan layar komputernya.

“Apa ada masalah?” lantaran Rury tak mengacuhkannya, Adi kembali berujar, “Di kantor ini.”

Rury mengernyit. “Masalah apa?”

“Keluar masuk penjualan, atau keluhan dari konsumen?”

“Tidak ada ....”

“Yang lain?”

“A-aku tidak tahu,” jawab Rury seperti menyembunyikan sesuatu.

“Yakin?” kata Adi memastikan.

“Aku tidak tahu,” jawab Rury lagi. Namun sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu, Rury kembali berujar, “Adi!”

Adi menoleh.

“Sebaiknya kau cepat-cepat pergi, kau dalam bahaya,” katanya yang dipelankan di akhir kalimat. Dan detik itu juga Adi langsung mempercepat langkah mengambil serta barang-barangnya di ruangannya sendiri. Lantas berhambur ke lift menuju ke basemen.

**************************

Jakarta, Januari 2020.

“Selamat bekerja di Perusahaan saya,” kata Baron Tarigan kepada lelaki muda berumur dua puluh delapan tahunan itu. Baron menjabat tangannya dan memberikan senyum lepas. 

“Terima kasih atas diterimanya saya menjadi asisten Bapak, semoga saya bisa menjalankan semua tugas dan pekerjaan ini dengan baik,” jawab Adiwangsa. Sang ahli IT dan juga pemegang sabuk hitam taekwondo. 

“Apakah Rury sudah memberitahukan apa saja tugasmu?” tanya Baron sambil bersiap-siap membereskan berkas-berkas yang ada di meja. “Maaf, saya belum bisa berbicara banyak denganmu, saya sedang sangat sibuk dan waktunya sangat terbatas.”

“Sudah, Pak. Tetapi sepertinya belum semuanya.”

“Oh, iya jelas. Karena tugas yang kau emban saat ini sangatlah banyak. Itu bisa bertahap.” Ada jeda sesaat sebelum Baron kembali mengatakan sesuatu. “Tetapi untuk sekarang ini kau tidak perlu mengikutiku dulu. Ada orang yang akan saya temui secara pribadi. Jadi kau bisa mempunyai lebih banyak mempelajari tugas-tugasmu bersama Rury.”

“Baik, Pak,” jawab Adiwangsa sedikit menunduk. 

“Oh iya, satu hal lagi Adiwangsa, kau akan menjadi tangan kanan saya dan masuk menjadi bagian penting dalam hidup saya. Dalam hal apapun, nanti kau adalah orang pertama yang tahu tentang semua rahasia saya." Baron menatapnya lebih tajam seraya berkata setengah mengancam, "bekerjalah dengan baik! Jangan sekali-sekali kamu mengkhianati saya. Kamu tahu siapa saya dan bahaya apa yang akan terjadi jika kau berani melakukan itu, mengerti?” 

Namun penjelasan dan ketegasan Baron kali ini membuat keseluruhan tubuh Adiwangsa terasa begitu menggigil. Ada perasaan menyesal lantaran telah masuk ke dalam hidup seorang Baron Tarigan. Adakah Adi beruntung? Atau justru sebaliknya.

Tidak semua orang akan bersikap baik, ada kalanya setiap manusia pasti mempunyai atau melakukan kesalahan. Tapi apapun kesalahan itu, Adi berharap semoga itu hanyalah sebuah masalah sepele yang gampang diatasi.

Baron memasukkan ponselnya ke dalam kantung saku lalu menuju ke pintu. “Saya tinggal dulu, Adiwangsa.” 

“Iya, Pak,” jawab Adi lagi. Tak ada lain yang bisa ia katakan selain; iya, Pak. Baik, Pak. Terima kasih, Pak. Dan mungkin akan selalu seperti itu selama ia bekerja kepada Baron. Lelaki tua kaya raya berumur empat puluh lima tahunan, pemilik jaringan rumah sakit serta pabrik farmasi dan kosmetik terbesar di negeri ini. Belum lagi beberapa deretan Hotel beserta restoran jepang yang tersebar di beberapa tempat. 

Selepas Baron pergi, Adiwangsa ke ruangan lain menemui Rury, sekretaris Baron. Untuk melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda, lantaran masuk memenuhi panggilan tuan besarnya.

***

Beberapa hari berlalu. Adiwangsa sudah bisa bekerja seperti biasa. Banyak hal-hal yang mungkin belum dipahami, tetapi mungkin bagi Adiwangsa, tak perlu membutuhkan waktu yang lama. Otaknya yang genius mampu dengan cepat menghafal seluruh tugas yang diberikan. Baron merasa begitu cocok dengan asisten barunya dan langsung mempercayainya begitu saja.

“Kita langsung lanjut ke mana setelah ini, Pak?” tanya Adi. Kali ini Baron memintanya untuk mengantarkannya ke suatu tempat.

“Ke Cireundeu, kota Tangerang selatan. Alamat lengkapnya saya share ke ponselmu,” jelas Baron. Tak lama kemudian ponsel Adiwangsa berbunyi. Adiwangsa segera membukanya untuk mengetahui tempat tujuan.

Kurang lebih empat puluh menitan, akhirnya mereka sampai di depan rumah berlantai dua yang didominasi cat putih. Sedang di depannya terdapat gazebo berukuran besar dan pohon kemboja kuning yang bunganya berjatuhan ke hamparan paving block kompleks. Memilih tempat yang terlindung sinar matahari, Adiwangsa memarkirkan mobil Alphard Vellfire itu di bawahnya. Harum kemboja menyeruak di hidungnya saat Adiwangsa membuka pintu mobil.

“Tolong bawakan oleh-olehnya, Di,” titah Baron pada saat lelaki itu turun. Lalu melenggang masuk ke dalam.

“Iya, Pak.” Adiwangsa mengeluarkan dua paper bag berukuran besar yang entah berisi apa dan untuk diberikan kepada siapa? Lalu mengantarkannya ke dalam rumah. Kebetulan pintu ruang tamu sedang dalam kondisi terbuka.

Namun saat ia baru melangkahkan kakinya ke ambang pintu ....

“Aakh!” pekik suara gadis. Sebab ciuman panas mereka harus terlihat oleh Adiwangsa yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

“Oh, maaf-maaf Pak!” seru Adiwangsa juga sama-sama terkejut. Raut wajahnya memerah menahan malu. Kenapa main nyelonong saja, bodoh! Makinya kepada diri sendiri. Pasti Baron sangat marah kepadanya. Namun saat ia cepat-cepat melangkah keluar dari pintu, Baron justru memanggilnya.

“Adiwangsa!” 

“I-iya, ada apa, Pak?” jawab Adi masih belum berani membalikkan tubuhnya.

“Kemarilah!” titah Baron.

Adiwangsa membalikkan tubuhnya, lantas melihat mereka berdua yang tengah duduk dengan posisi Baron merangkul pundak gadis itu.

“Perkenalkan, ini istri kedua saya,” kata Baron lagi sambil menoleh ke samping. “Mala, ini asisten baruku. Kalian berkenalanlah, saya mau ke toilet. Jangan lupa persiapkan semuanya setelah ini. Segera kau nyalakan AC kamar!”

“Baik, Mas,” jawab perempuan itu. Lalu beralih kepada Adiwangsa dan mengulurkan tangannya. “Namaku Nirmala.”

“Saya Adiwangsa, Bu,” balas Adiwangsa santun. 

“Mau menunggu di sini, atau diluar?”

“Em, saya diluar saja.”

“Baiklah, kalau kau butuh minum atau apa. Kau tinggal minta ke dapur. Ada Mbak yang bekerja di sana.” Wanita itu menunjuk letak posisi dapur yang bertempat di belakang garasi mobil, samping ruang tamu itu.

“Baik, terima kasih, Bu.” 

Gadis itu tersenyum, lalu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Dari gelagatnya lelaki tua itu pasti akan kencing. Dasar kadal tua! Manusia memang tidak pernah ada puasnya. Sudah punya istri cantik, anak-anak yang baik, serta kekayaan berlimpah, masih saja kurang bersyukur. Buktinya dia mengawini lagi wanita lain. Coba kalau istri pertamanya tahu, habislah lelaki kadal itu!

Selama berpuluh-puluh menit Adiwangsa menunggu di gazebo depan sambil merokok. Namun kemudian datang seorang asisten rumah tangga membawa nampan yang diatasnya terdapat kopi hitam dan beberapa cemilan.

“Ini kopinya, Pak. Biar nggak ngantuk.” Wanita kisaran umur tiga puluhan itu meletakkan nampan itu di dekatnya.

“Terima kasih, Mbak.”

“Sama-sama, Pak.”

Pak? Itu terlalu tua. Namun Adiwangsa tak bisa menyuarakannya.

“Mbak mbak, mbak!” panggil Adiwangsa sebelum ART itu pergi. 

“Ya, gimana, Pak?”

“Biasanya, Pak Baron lama nggak di dalam?”

“Oh, lama, Pak. Biasanya sampai sore,” jawab Mbak itu.

“Mereka ngapain selama itu di dalam?” Adiwangsa bertanya untuk memastikan.

Lantas Mbak itu berbisik, “servis.”

“Oh,” kata Adiwangsa mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalau saya mengantuk apakah ada kamar?”

“Ada di atas, tinggal naik saja. Nanti belok kiri dekat balkon.”

“Oke-oke, Mbak. Makasih.”

“Ya, Pak. Sama-sama.”

Ini benar-benar pekerjaan terkutuk. Sebab, jika kelak rahasia ini terbongkar, pasti Adiwangsa juga pasti ikut terlibat dalam masalah ini. Tetapi ia juga tidak bisa keluar begitu saja. Sebab, ia telah menandatangani surat perjanjian kontrak. Adiwangsa bisa keluar jika kontrak sudah habis, atau meninggal dunia.

Beberapa puluh menit berlalu, rasa kantuk datang membuat mulutnya wara-wiri menguap. Aneh memang, padahal ia baru saja menegak kopi. Kantuk memang kuasa Tuhan, tidak ada obat yang mujarab untuk menghilangkan rasa kantuk itu selain tidur.

Adiwangsa pergi ke kamar atas. Lalu beristirahat di sana. Di kamar yang wangi, Adiwangsa teringat bayangan ciuman liar beberapa jam yang lalu yang tertangkap basah di kedua bola matanya.

“Astaghfirullahaladzim.” Adiwangsa beristighfar seraya mengusap wajahnya.

***

To be continued.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

hadir thor

2022-09-09

0

Eti Rahmawati

Eti Rahmawati

mampir di sini

2022-01-26

0

dwikinko

dwikinko

mampir dulu

2021-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Pengkhianatan Sang Asisten
2 Keganjilan wanita itu
3 Terngiang-ngiang
4 “Ceritanya sangat panjang.”
5 Bukankah teh itu sangat enak?
6 Aku tidak bisa tidur 21
7 Merasa bersalah yang berlebihan
8 Hampir membunuhnya
9 Hampir ketahuan ....
10 Bagaimana hasilnya?
11 Cerita cinta putih abu-abu
12 Perkelahian dua anak remaja
13 Gagal dimalam pertama
14 Ada yang salah denganku (?)
15 Tamu membawa petaka
16 Tuduhan menyakitkan
17 "Kau keterlaluan!"
18 Dia tidak percaya
19 "Maaf, aku tidak bisa."
20 Lalu maumu apa?
21 Hampir tiga bulan
22 Menemukan kesibukan baru
23 Taruk ulur perasaan
24 Gimana kalau kita babymoon?
25 Perbuatan murahan suamiku!
26 Akibat mencari pelarian
27 Jiwanya sedang terguncang
28 Semacam timbal balik
29 Lebih baik kita berakhir di sini
30 Cara memulai pendekatan
31 Lagi2 terjebak dengan perempuan
32 Aku wangi atau tidak?
33 Tidak peduli apa katamu!
34 Itu tidak akan pernah terjadi
35 Rasanya seperti manis madu
36 Ketampanan yang meresahkan
37 Menikahlah denganku....
38 Mempunyai perasaan yg sama
39 Menindak tegas gadis itu
40 Begitu menggelegak
41 Dipergoki oleh seseorang
42 Tidak pernah diduga sebelumnya
43 Digrebek istri pertama
44 Bawa pengkhianat itu ke hadapanku!
45 Adi sudah dibunuh olehnya
46 Dia sudah kalah telak
47 Permintaan maaf M A N T A N
48 Mungkin mati lebih baik
49 Aku menemukanmu, sayang!
50 Last episode
51 Pengumuman, gak usah dibaca gapapa
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Pengkhianatan Sang Asisten
2
Keganjilan wanita itu
3
Terngiang-ngiang
4
“Ceritanya sangat panjang.”
5
Bukankah teh itu sangat enak?
6
Aku tidak bisa tidur 21
7
Merasa bersalah yang berlebihan
8
Hampir membunuhnya
9
Hampir ketahuan ....
10
Bagaimana hasilnya?
11
Cerita cinta putih abu-abu
12
Perkelahian dua anak remaja
13
Gagal dimalam pertama
14
Ada yang salah denganku (?)
15
Tamu membawa petaka
16
Tuduhan menyakitkan
17
"Kau keterlaluan!"
18
Dia tidak percaya
19
"Maaf, aku tidak bisa."
20
Lalu maumu apa?
21
Hampir tiga bulan
22
Menemukan kesibukan baru
23
Taruk ulur perasaan
24
Gimana kalau kita babymoon?
25
Perbuatan murahan suamiku!
26
Akibat mencari pelarian
27
Jiwanya sedang terguncang
28
Semacam timbal balik
29
Lebih baik kita berakhir di sini
30
Cara memulai pendekatan
31
Lagi2 terjebak dengan perempuan
32
Aku wangi atau tidak?
33
Tidak peduli apa katamu!
34
Itu tidak akan pernah terjadi
35
Rasanya seperti manis madu
36
Ketampanan yang meresahkan
37
Menikahlah denganku....
38
Mempunyai perasaan yg sama
39
Menindak tegas gadis itu
40
Begitu menggelegak
41
Dipergoki oleh seseorang
42
Tidak pernah diduga sebelumnya
43
Digrebek istri pertama
44
Bawa pengkhianat itu ke hadapanku!
45
Adi sudah dibunuh olehnya
46
Dia sudah kalah telak
47
Permintaan maaf M A N T A N
48
Mungkin mati lebih baik
49
Aku menemukanmu, sayang!
50
Last episode
51
Pengumuman, gak usah dibaca gapapa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!