RAHASIA NAURA DIBALIK JERUJI PENJARA
Namanya Naura Salsabila. Wanita berusia 31 tahun itu didakwa sebagai pembunuh suaminya dua minggu yang lalu.
Aksi bungkamnya ketika diruang penyidik membuat pengacaranya cukup stres dan semakin kehilangan keinginan untuk membelanya.
Memang pengacara itu tidak mendapat bayaran dari wanita itu. Melainkan dipilih oleh pihak negara karena terdakwa tidak sanggup menyediakan pembela hukumnya sendiri.
Sedari awal, Polisi mencokoknya dari rumah yang ia dan almarhum suaminya tempati selama 10 tahun, Naura hanya diam. Tak mengucapkan sedikitpun pembelaan.
"Pusing aku menangani kasus wanita ini. Awalnya aku tertarik karena dia cantik. Tapi ternyata, kecantikan itu lama-lama membosankan. Terlebih setelah ia seolah menganggapku tak ada. Shit!" gerutu Wildan S.H sang lawyer diantara para lawyer lainnya disebuah Firma Hukum.
Affandi Rajata S.H yang sedari tadi hanya menyimak mendengarkan ocehan rekan sejawatnya itu, terkejut ketika Wildan menyodorkan map berisi berkas kasus Naura Salsabila.
"Apa ini, mas?"
"Sampeyan saja yang tangani Fan! Aku emoh urusi kasus pidana model begituan!"
Affandi mengambil berkas itu. Senyum tipis segaris, menandakan ia siap melanjutkan kerja mas Wildan.
Wildan memang seorang pengacara yang cukup genit meski usianya telah 47 tahun. Dia sudah berkeluarga bahkan memiliki 3 anak yang mulai beranjak remaja. Mungkin karena sedang terkena sindrom puber kedua. Jadi jika sang klien sulit ia taklukkan, ya begitu jadinya. Seenaknya mengundurkan diri jadi pembela/pengacara. Apalagi ini adalah kasus kere'.
Affandi kini menjadi pengacara Naura selanjutnya. Ia memang sudah setengah bulan nganggur. Tidak ada kasus yang ia tangani saat ini. Baik pidana maupun perdata.
Wajahnya menandakan keseriusan ketika membaca biodata calon klien yang akan ia bantu itu.
Naura Salsabila. Kini berumur 31 tahun. Menikah 10 tahun dengan Fendy Martin, korban pembunuhan yang juga adalah suaminya.
Naura dituntut atas pembunuhan suaminya dengan alat bukti sebilah pisau dapur. Dengan luka 9 kali tusukan tepat dijantung korban.
Semua bukti dan alibi mengarah padanya. Jelas dan tak terbantahkan. Termasuk sidik jari yang sangat jelas digagang pisau berlumuran darah yang berada diatas tubuh suaminya itu.
Bahkan tersangka Naura tidak mengeluarkan sepatah katapun ketika Polisi menemukan mayat suaminya yang tergeletak bersimbah darah tak bernyawa di lantai dapur rumahnya. Sedangkan dia hanya duduk dipinggir ranjang kamarnya, terdiam sendirian.
Seorang anak tetangga rumahnya, remaja berusia 14 tahun yang tak sengaja masuk pintu dapurnya, karena mengejar anak kucing peliharaannya. Melihat sesosok tubuh tinggi besar tidur terlentang dengan dada terluka parah. Hingga gegerlah kompleks perumahan itu seketika.
Sejam kemudian, Polisi memborgol tangannya serta membawanya ke polsek setempat untuk dimintai keterangannya.
Setelah 5 hari di polsek, Naura tetap bungkam meskipun penyidik selalu mencecar dan menyudutkannya dengan berpuluh-puluh pertanyaan. Naura tidak menjawab semua pertanyaan itu.
Bahkan ketika pihak pengadilan memberinya kelonggaran dengan memberinya pengacara dari negara, Naura tetap tak bergeming.
Tak ingin membela dirinya sama sekali. Tak ingin juga mendapatkan keringanan. Seolah pasrah pada putusan hakim nanti. Hukuman apa yang akan Naura dapatkan, meski itu hukuman mati sekalipun.
Naura kini dipindahkan ke sel rumah tahanan pusat kota. Menunggu hingga sidang digelar dan putusan pengadilan dijatuhkan.
............
Klotak, klotak.
Seorang sipir datang membukakan pintu penjara Naura.
"Terdakwa Naura Salsabila! Ditunggu pengacara barumu diruang nomor 12!" suara sipir wanita yang terdengar besar menggelegar mengagetkan Naura yang tengah duduk dipojokan sel tahanannya dengan wajah kepala menghadap lantai.
Pengacara baru? Hhhh... Berarti pengacara yang mesum kemarin itu mengundurkan diri rupanya.
Naura bangkit perlahan. Membetulkan pakaian tahanan yang ia kenakan.
Bangsal nomor 12.
Ia mendapati seorang lelaki duduk memunggunginya. Cukup kaget Naura, setelah mengetahui pengacara barunya masih muda dan tampan pula.
"Naura Salsabila! Perkenalkan,... saya Affandi Rajata. Tidak mengapa khan kalau saya memanggil namamu saja, tanpa embel-embel Kak atau Mbak?"
Naura hanya mengangguk lesu. Ia hanya duduk dengan wajah ditekuk.
"Kita sepantaran! Bahkan hanya beda 10 hari ulang tahun kita, Naura!" kata Affandi membuat Naura menatap wajahnya tajam.
"Aku lebih tua 10 hari dari kamu. Aku tanggal 4 September 1990 dan kamu lahir 10 hari kemudian. Tapi kita masih berada dalam naungan zodiak bintang VIRGO. Dan Virgo adalah bintang paling keren diantara semua zodiak bintang! Hehehe.... betul khan?" tutur Affandi lagi seolah tak pusing pada tatapan Naura yang semakin menyeramkan.
Naura mengalihkan pandangannya pada dua buah dus sterofoam tertutup yang ada dihadapannya.
Juga dua cup jus segar. Yang satu berwarna merah hati dan satunya lagi berwarna hijau agak keputihan. Sepertinya jus buah naga dan jus alpukat. Keduanya adalah jus kesukaan Naura.
"Ah, saya belum makan siang Naura! Makanya saya beli bakmi ayam tadi dijalan Gajah Mada sekaligus jusnya. Saya ingin makan siang bersama Naura saat ini juga!"
Bakmie ayam Gajah Mada. Itu juga makanan favoritnya. Membuat airmatanya tiba-tiba menetes satu persatu. Hampir lima bulan lamanya, ia tak makan bakmie kesukaannya itu. Setelah....... Hhhh....
Affandi menyodorkan kotak tissue dihadapannya. Naura segera menarik lembarannya guna menyusut buliran bening yang jatuh dipipinya.
Pria itu juga membukakan penutup bakminya. Mendorongnya satu lengkap dengan sumpit alat makan tepat kearahnya. Hingga aroma sedap menggugah selera menusuk indera penciumannya. Terbit seketika air liurnya.
Ia tersenyum mengangguk ketika Naura menarik satu kotak, menatapnya seolah meminta izin untuk makan.
Keduanya makan bakmie tanpa banyak suara. Affandi kembali menyodorkan jus alpukat, sedang jus buah naga ia sendiri yang meminumnya.
"Terimakasih!"
"Sama-sama."
Keduanya kembali sibuk makan dan minum. Terlihat Naura mulai sedikit nyaman karena ia makan dengan lahap meski sesekali ujung matanya mencuri-curi pandang ke arah Affandi.
Hanya suara alat makan yang bergesekan dan plastik penutup cup jus yang terdengar. Mereka terlihat begitu menikmati menu makan siang mereka.
"Ini, buku teka-teki silang. Besok siang aku akan kemari lagi. Aku akan bawa bakso Malang jika tak ada halangan! Hehehe, tapi kumohon jangan terlalu diharapkan...karena sekarang ini Bakso Malang mulai sulit dicari!"
Naura hanya ternganga melihat senyum Affandi yang manis menawan. Sungguh indahnya ciptaan Tuhan. Pahatan-Nya begitu sempurna sedap dipandang mata.
"Aku pamit ya? Selamat siang Naura!" Affandi berdiri. Seperti hendak akan pergi.
"Pak Pengacara! Terima kasih!" kata Naura.
"Panggil saja aku Affan! Biar kita bisa akrab satu sama lain. Aku juga akan tetap memanggil namamu, Naura! Kita ini satu angkatan, lulus SMU tahun 2008." Affan menoleh kearah Naura.
Tinggal Naura sendirian, masih duduk dengan wajah memandang kearah Affan yang semakin jauh dan menghilang.
Affandi! Apakah kau bisa membelaku hingga mengurangi vonis tahananku? Hhhh.... Hanya Tuhanlah yang mengatur skenario ini untukku!
Wajah datar Naura kembali menguasainya. Seiring ia kembali masuk kedalam sel tahanan.
.........BERSAMBUNG.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ni.Mar
ternyata novel ka embun bagus bgt aku bayangin ini ola ramlan Sama sugar yg ganteng itu hee
2022-09-12
2
sasip
Bisa aja ini Bun bikin cerita out of d box tapi pake profile artis korea.. mantab dah.. 👍🏻 membuat mata tak bisa berhenti membaca..
2022-09-06
3
pensi
wah ini mah song song couple
2022-09-02
2