Malam ini, serasa panjang dan lama bagi Naura. Entah mengapa. Seolah ada banyak fikiran yang mengganjal dihati dan juga dikepalanya.
Ia kembali mengingat pertemuannya dengan pengacara barunya yang hanya berbeda 10 hari katanya, dengan Naura. Entah benar atau hanya mengarang saja, ia tak tahu.
Atau mungkin itu adalah taktik si laywer, agar bisa mengorek keterangan lebih lanjut tentang diri Naura.
Tapi yang ia bingung, hari ini si lawyer itu hanya datang untuk makan siang sekotak bakmi ayam Gajah Mada dan se cup juice buah kesukaannya.
Tak ada sepatah kata pun pertanyaan terlontar dari bibir pria pengacara yang begitu tampan mempesona itu. Bahkan setelah selesai makan, ia hanya beranjak begitu saja seraya memberinya buku TTS yang juga salah satu kegemarannya. Mengisi buku Teka Teki Silang.
Itu yang membuat Naura Salsabila salut pada 'pendekatan' persuasifnya.
Satu lembar kotak teka-teki berhasil ia selesaikan dalam beberapa jam saja. Masih ada puluhan lembar lagi. Sengaja ia simpan untuk esok hari. Karena buku TTS itu lumayan mengusir kejenuhannya dalam sel.
Memang untuk saat ini, ia masih dalam pengawasan dan penyelidikan pihak kepolisian. Otomatis ruang geraknya masih sangat sedikit, belum bisa beraktifitas layaknya penghuni LAPAS lainnya.
Hhhh..... Naura menghela nafas pendek. Ia memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena sudah dua minggu ia menjadi 'pesakitan'. Seminggu di polsek wilayahnya, seminggu di RUTAN ini.
Matanya menerawang ke arah beberapa orang perempuan yang satu sel dengannya. Tepatnya, ada 6 orang dalam sel yang kemungkinan berukuran 10×10 meter itu. Ada kamar mandi tak tertutup dengan benar dipojoknya.
Bersyukur Naura berada dalam penjara yang mayoritas penghuninya tidak suka buat keonaran. Hanya tatapan mata sinis saja yang ia dapatkan. Tidak membuat ia dan kelima orang lainnya saling baku hantam, apalagi jenggut-jenggutan seperti yang sering digambarkan di film-film atau drama Indonesia kebanyakan.
Entah pukul berapa ini. Terlihat kelima perempuan beda usia yang se-sel dengannya begitu lelap tertidur meski hanya beralas kasur lantai tipis dan bantal kecil tanpa guling saja.
Naura ikut merebahkan tubuhnya dipinggiran tembok. Ia orang baru. Cukup wajar jika hanya bisa melipir dipinggiran saja. Masih mending daripada harus tidur didalam kamar mandi yang lembab karena jamur didindingnya dan kusam gelap tanpa penerangan.
Tak ada pertanyaan basa-basi, apalagi sambutan dari sang penghuni lama. Begitupun ia, tak perlu senyam-senyum tebar pesona memperkenalkan diri pada mereka.
Bahkan hingga saat ini, ia telah 7 hari tinggal bersama mereka. Hanya untuk ke kamar mandi saja, ia harus mengalah menjadi yang terakhir mendapat giliran.
Airmata Naura, seolah telah mengering sumbernya. Tak lagi ia menangisi nasib buruknya yang harus meringkuk dibui tahanan polisi.
Naura berusaha memejamkan matanya, guna meredam semua rasa yang berkecambuk didadanya.
Nyamuk-nyamuk nakal sesekali mencuri darah manisnya dengan menancapkan jarum moncongnya pada kulit putihnya, membuat Naura sesekali menepuk bahkan kadang dengan kencang saking kesalnya digigit.
..............
"Mbak mau langsung dibawa pindah, Buk?" Naura kecil bertanya pada Ibuknya, tatkala melihat Mbak Ayuni Kartika dibawa suaminya langsung setelah ijab kabul sejam yang lalu.
Naura memandangi kakaknya dengan bingung. Pandangan seorang gadis cilik berusia 7 tahun, melihat kakak satu-satunya menangis sedih berpamitan satu persatu pada Bapak juga Ibuknya.
Mobil Toyota Kijang Innova berwarna hitam metalik itu meluncur membawa kakaknya pergi setelah mencium pipi Naura kiri kanan.
Suami Mbak Ayuni, seorang Kepala Dusun dikampung sebelah. Dan usianya terpaut jauh sekali dengan Mbaknya Naura. Bahkan mungkin lebih tua dari Bapak umurnya.
"Buk! Suaminya mbak sudah tua, ya?" kata Naura pelan tapi langsung dipukul pelan pipinya.
"Ndak boleh ngomong gitu!" bentak Ibuk setengah berbisik ketika Naura mendekatinya setelah ijab kabul mbak Ayuni selesai.
Naura kecil saat itu tak mengerti, ada konfrontasi apa antara Bapak-Ibuk dan mbak Ayuni.
Karena seminggu yang lalu, mbaknya itu menangis meraung-raung setelah ribut besar dengan Bapak Ibuk. Tapi sekarang, mbak Ayuni justru dinikahkan kepada seorang pria setengah baya yang nyaris seumuran Bapak.
Dan setelah Naura cukup dewasa, barulah ia tahu. Mbak Ayuni dinikahkan paksa dengan Kepala Dusun kampung sebelah, karena bapak memiliki banyak hutang padanya dan tak sanggup bayar. Jadi, mbak Ayuni adalah barteran nya agar hutang Bapak lunas.
Hhhhh......
Naura kecil sejak saat itu tidak pernah lagi bertemu mbaknya. Padahal jarak kampungnya dan kampung sebelah hanyalah beberapa kilometer saja. Tak perlu waktu berjam-jam untuk pulang kerumah.
Bahkan Mbak Ayuni tidak pulang di hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Hanya ada orang suruhannya suaminya yang sering datang sebulan sekali memberikan Bapak sepucuk amplop coklat, yang entah isinya apa. Dan baru Naura tahu setelah dewasa, kalau itu isinya adalah uang.
Dan Naura juga baru tahu, kalau dengan uang itu jugalah ia bisa melanjutkan sekolah menengah pertama dan menengah atasnya. Meski dengan imbalan menahan rasa rindunya pada kakak satu-satunya.
Enam tahun lamanya, mbak Ayuni tak pulang-pulang kerumah mereka yang memang sangat sangat sederhana. Apakah mungkin itu bentuk konsekuensi perjanjian suaminya dengan Bapak Ibuk, yang pasti....kedua orangtua Naura tak pernah sekalipun membicarakan alasan kenapa mbaknya tidak pernah pulang.
Bahkan disetiap hari Raya, mereka hanya bertiga. Bulan demi bulan, tahun demi tahun...hingga setamat Naura di bangku SMU.
"Bapaaak, Ibuuuk!!!"
Suara yang Naura rindukan itu terdengar menggema dirumah mungilnya yang sangat sederhana itu.
"Mbak Ayuniii!"
"Ya Tuhaaan, Cimplung-kuuuu!! Kau sudah besar, Dek! Kau sudah jadi gadis remaja!"
Naura terkejut seketika. Dihadapannya berdiri seorang perempuan bertubuh kurus kering. Sangat kurus bahkan, karena postur tubuh mbaknya yang cukup tinggi semampai begitu mempengaruhi penampilannya.
"Mbaaak! Mbak sakit? Kenapa tubuh mbak kurus sekali?"
Pecah airmata Naura dan Ayuni seketika. Keduanya berangkulan. Saling berpelukan erat satu sama lain.
Naura masih ingat. Masa-masa kecilnya yang bahagia bersama mbak Ayuni. Mandi dikali salah satunya. Saling mencipratkan air sungai yang dingin tapi menyejukkan. Saling mencubit dan menjahili satu sama lain.
Tubuh mbak Ayuni dulu begitu sintal. Meski kecil, tinggi semampai... Tapi bodi nya bohay dan aduhai. Dada mbaknya itu penuh berisi. Juga bokongnya, besar dan menggiurkan.
Tak jarang setiap hari sepulang dari kali, selalu ada laki-laki baik muda maupun setengah baya yang menggoda Ayuni walau hanya sekedar kenalan.
Umur Ayuni dan Naura terpaut 8 tahun. Dan mbak Ayuni dinikahkan Bapak disaat usianya baru menginjak 15 tahun.
Kini, wajah manis dengan pipi chubby dan bibir sensual itu telah berubah bentuknya. Tinggal mata yang semakin besar karena lingkaran hitam dan pipi tirus banyak bintik bekas jerawat.
Hidungnya mbak memang terlihat lebih bangir karena wajahnya yang kecil hingga tulang rahangnya menonjol jelas. Juga bibir indah yang dulu begitu mbak agungkan, seperti menghilang begitu saja. Menjadi bibir yang dobleh pucat pias tanpa pulasan lipgloss apalagi lipstik warna menggoda.
Naura menangis semakin kencang memeluk tubuh mbaknya. Teraba semua kerangka tulang punggungnya.
"Mbak! Apakah mbak menderita tinggal bersama suami mbak?"
.......BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ni.Mar
seru juga
2022-09-12
2
Jeje
bakmi ayam gajah Mada 😂 jangan2 kita satu server. itu fave makana dlu. Mie panjang umur katanya.
2021-09-03
5
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
bs d kirim skinker kek y, biar glowing pas kluar dr sel
2021-08-30
2