Gadis Milikku
Gabrian Gamaliel Atkinson, putra dari pasangan Drax Atkinson dan Kimberly Yovanka memasuki perpustakaannya dengan tegap dan percaya diri. Ia berjalan diikuti oleh sang asisten, Arav dan beberapa pengawal. Wajahnya yang tampan dan mata tajamnya menarik para pengunjung, apalagi para kaum hawa.
Ia terjadwal hari ini untuk mengunjungi dan mengecek data-data penting tentang perpustakaan yang ia dirikan setahun terakhir ini. Beberapa waktu lalu penjaga kamera pengawas melaporkan bahwa ada seorang penyusup yang berada di perpustakaan miliknya. Gabrian sangat geram dan ingin segera menangani insiden penyusup tersebut, meskipun waktunya bertepatan dengan istirahat makan siang. Nyali penyusup itu terlalu tinggi dengan berulah di daerah kekuasaannya.
Setengah jam berlalu, Gabrian sudah selesai mengecek data-datanya langsung memanggil Arav untuk membawa salah satu karyawannya untuk ke ruangannya untuk diinterogasi. Entah apa yang ia lihat dalam data-data itu dan juga rekaman kamera pengawas yang terpasang hingga membuat darahnya mendidih.
''Arav, panggil karyawan yang berjaga malam kemarin untuk menghadapku!'' kata Gabrian dengan tegas dan penuh penekanan.
''Baik tuan'' Arav bergegas mencari karyawan yang dimaksud oleh sang tuan
Sepuluh menit kemudian Arav datang bersama karyawan yang bekerja di shift malam yang sedang menundukkan kepala ke arah bosnya itu. Aura yang pria itu keluarkan membuat semua orang yang berada didalam merasa terintimidasi. Tatapan matanya yang tajam seperti elang dan juga alis yang tebal mempertegas bahwa ia mempunyai insting yang sangat tajam dan juga sangat menakutkan.
Gabrian yang melihat Arav datang dengan karyawan itu langsung mendekatinya dan langsung menatapnya dengan tajam. Karyawan yang bergender perempuan itu menatap kakinya dengan tangan yang sudah berkeringat dingin, walupun dirinya tidak mengetahui apa yang menjadi permasalahan saat ini. Namun, sangat jelas bahwa ia akan terkena amarah sang bos.
''Ini adalah karyawan yang berjaga kemarin malam disini, Tuan'' Ucap Arav dengan membawa seorang perempuan di belakangnya
''Baiklah, kamu keluarlah dulu!'' perintah Gabrian dan Arav mengangguk dengan setengah menundukkan badan langsung melenggang keluar ruangan.
''Duduklah!!'' perintah Gabrian kepada karyawan perempuan tersebut.
Karyawan perempuan itu sangat gemetar ketakutan lalu mendongak menatap sang boss dan bertanya,
''Tuan, saya duduk dimana?'' dengan polosnya sang karyawan itu bertanya
Deg .. deg... deg
Jantung Gabrian terpompa begitu cepat melihat perempuan di depannya itu. Ia terpana melihat kecantikan alaminya. Perempuan yang ditatap tak berkedip oleh Gabrian kembali menundukkan kepalanya kembali karena takut dengan tatapan tajam Gabrian.
Karyawan itu khawatir bahwa bosnya mungkin sudah mengetahui insiden buku yang tidak sengaja dijatuhkannya, meskipun ia sudah merapihkannya kembali.
''Tuan??'' Panggil sang karyawan dengan lirih tapi masih bisa didengar Gabrian
Gabrian seketika tersadar dari lamunannya dan kembali menormalkan ekspresinya, menampilkan wajah datar dan dingin biasanya
''Duduk saja di sofa itu!'' Gabrian dengan menatap perempuan itu dengan lucu dan menunjuk sebuah sofa agak panjang di ruangannya itu.
''Siapa namamu?'' Tanya Gabrian kepada perempuan yang sedari tadi menunduk itu.
''E..mm itu tuan nama saya Arelea Callista,'' ucap karyawan itu dengan menundukkan kepala nya kembali tanda sopan.
Namanya sangatlah cantik, sesuai dengan parasnya.
Gabrian tersenyum kecil, sesuatu yang jarang terlihat. Batinnya sedari tadi terpesona oleh kecantikan perempuan di hadapannya. Meskipun hubungannya dengan kedua orang tuanya sangat baik, senyum tersebut jarang muncul.
Setelah Gabrian menanyakan identitas gadis itu, ia kembali duduk di kursi kebesarannya untuk melontarkan beberapa pertanyaan kepada gadis di depannya.
"Apa kau tahu di mana letak ruang rahasia perpustakaan ini, gadis kecil?" tanya Gabrian, seraya menatap tajam Arelea.
"Maaf, bos. Saya tidak tahu. Memangnya ada ruang rahasia di sini?" tanya Arelea dengan suara pelan, takut dengan tatapan tajam Gabrian.
Gabrian yang penasaranpun akhirnya bertanya, "Sudah berapa bulan kamu bekerja di perpustakaan ini, gadis kecil?"
"Saya baru masuk dua bulan yang lalu, Bos." jawab Arelea dengan suaranya lirih.
Gabrian berdiri dari kursinya dan langsung mengambil ponsel di sakunya untuk menelepon seseorang.
"Tolong bawakan rekaman pengawas yang tersembunyi di ruang rahasia saya," perintah Gabrian kepada orang kepercayaannya.
"Baik, bos," jawab suara diujung telepon, sebelum Gabrian memutuskan panggilan.
Lea yang bingung menatap Gabrian, bertanya-tanya dalam benaknya mengapa sejak tadi Gabrian tidak langsung melihat kamera pengawas dan malah memanggilnya untuk ditanya soal ruang rahasia, padahal dirinya tidak mengetahui sama sekali. Arelea mengerucutkan bibir dengan ekspresi imut.
Gabrian yang mendengar suara hati Arelea hanya menatapnya dengan pandangan lucu. "Ya ampun, gadis ini, ingin sekali rasanya aku bawa pulang," batin Gabrian merasa gemas.
Beberapa saat berlalu dalam keheningan, hingga terdengar ketukan keras di pintu.
Tok... tok... tok...
Gabrian segera mengambil remote control dan membuka kunci pintu. Begitu pintu terbuka, dua anak buahnya masuk dan memberikannya sebuah flashdisk yang berisi rekaman pengawas. Di beberapa sudut tertentu dalam perpustakaan terdapat kamera pengawas tersembunyi dan letaknya tidak ada yang tau kecuali dirinya dan beberapa kepercayaannya.
"Maaf, bos, kami tidak tahu kalau ada tamu," ujar kedua anak buahnya.
"Ya," jawab Gabrian singkat
"Ini, bos, kamera pengawas dari ruang rahasia itu," ujar salah satu anak buahnya.
Dengan segera Gabrian mengambil flashdisk itu dan menancapkannya ke laptop, menampilkan gambar rekaman pengawas dari ruang rahasia.
"Apa ini! jelas jelas ini seorang pria dan bukan seorang gadis!" ujar Gabrian seraya menunjuk Arelea.
Ia menatap Arelea dengan diam lalu bertanya,"Arelea, apakah kamu mengenal pria yang ada di gambar ini?" Gabrian berbicara dengan nada sedikit lebih lembut, yang membuat anak buahnya sangat terkejut.
Anak buah Gabrian berpikir dalam hati bahwa Tuan sangat lembut sekali bicaranya kepada gadis kecil itu. Mereka juga berpikir bahwa gadis itu ternyata cantik dan menggemaskan. Karena itu, mereka merasa wajar jika Tuan muda bersikap berbeda padanya, sambil menatap Arelea yang sedang duduk di sofa panjang.
Mendengar hal itu, darah Gabrian langsung mendidih. Ia merasa tidak rela jika orang lain memuji kecantikan gadis itu. Ada perasaan yang aneh dalam dirinya, namun ia tidak sadar jika itu adalah perasaan cinta pada pandangan pertama. Selama ini, ia tidak pernah tertarik pada wanita, apalagi mencintainya. Ia adalah pria normal, jangan salah menyangka.
Gabrian melempar tatapan tidak sukanya dan membuat satu ruangan merasa terancam. Semua yang ada di sana merasa bulu kuduk mereka merinding, terintimidasi oleh aura yang dikeluarkan Gabrian.
"Ehmm... Bos, maaf, bagaimana dengan rekaman pengawasnya? Apakah sudah ada petunjuk?" tanya salah satu anak buahnya dengan gemetar. Meskipun tubuh mereka besar dan wajahnya sangar, mereka tetap merasa takut di hadapan bos yang mengeluarkan aura mengerikan itu.
"Ya! Arelea, bagaimana? Apakah kau mengenalnya?" tanya Gabrian kepada Arelea.
"Ehm aku tidak mengenalnya, akan tetapi aku tahu dia. Dia adalah pria yang kemarin menawarkan aku minuman..." Arelea terhenti saat terdengar teriakan seseorang di pintu.
"Hi, brother! Long time no see!" teriak seseorang dengan wajah ceria, tampak tanpa dosa. Dia adalah Nathan Arsenio, sepupu Gabrian.
"Apa-apaan kamu ini? Aku sedang membahas sesuatu yang penting, jangan ganggu! Lagipula, apa yang kamu lakukan di sini, Nathan? Sampai kapan kamu di negara ini?" tanya Gabrian, karena Nathan jarang pulang tanpa memberi kabar.
"Baiklah, aku minta maaf. Aku baru saja sampai di mansion utama. Kata bibi, kamu sedang berada di perpustakaan ini, jadi aku datang mencarimu! Aku sangat merindukanmu, sepupu." sahut Nathan dengan nada kesal.
Gabrian menjawab dengan hati-hati, "Aku sedang sibuk hari ini dan tidak bisa menyambut kedatanganmu." Ia tahu betul bahwa menghadapi sepupunya ini memerlukan ekstra kesabaran. Salah bicara sedikit saja, Nathan bisa mengadukannya ke ibunya, yang akan membuatnya marah.
Nathan berjalan menuju Gabrian dengan senyum lebar, tapi terhenti begitu melihat gadis cantik dan imut yang duduk di sofa panjang, menatap lantai dengan tubuh agak gemetaran.
Nathan menggoda sepupunya dengan senyuman mengejek."Wah, wah! Ternyata sepupuku ini tidak akan jadi perjaka tua lagi, selamat bro!"
"Diamlah, Nathan!" Sentak Gabrian dengan geram.
"Baiklah, sepupu." Nathan menyahut dengan santai lalu berjalan menuju sofa tempat Arelea duduk.
Gabrian segera mencegah Nathan untuk duduk di sana, menyuruh anak buahnya untuk membawa kursi lain untuknya. Ia tak akan membiarkan sepupunya itu duduk di dekat gadis yang mulai ia anggap 'miliknya' itu.
"Baiklah. Arelea, lanjutkan penjelasanmu tadi," kata Gabrian, seraya menatap gadis itu dengan tatapan serius.
"I... iya, bos. Kemarin itu, pria yang ada di dalam rekaman itu menawarkan aku segelas minuman, dia berkata kalau dia juga berjaga pada malam itu dan kasihan melihatku membereskan buku jadi memberikan aku minuman. Lalu dia berjalan ke rak paling kanan." jawab Arelea dengan seksama dan tampang serius, meskipun itu membuatnya terlihat imut di mata mereka berdua.
"Lalu, setelah itu apa yang terjadi?" tanya Nathan, yang sudah mulai paham dengan situasi dan memperhatikan dengan seksama sejak tadi.
"Setelah sampai di rak kanan aku sudah tidak melihatnya lagi, pria itu langsung menghilang begitu saja. Aku sempat mengira bahwa itu bukan manusia," sahut Arelea, bergidik ngeri membayangkan jika itu memang makhluk halus.
Gabrian dan Nathan hanya mencerna perkataan Arelea yang terdengar sedikit aneh.
Gabrian merasa sangat penasaran sambil bertanya-tanya dalam hati apakah mungkin ada makhluk halus di perpustakaan miliknya, karena dia tidak pernah melihatnya di mana pun selama berada di sana.
Nathan berpikir bahwa yang terlibat pasti adalah orang dalam, karena hanya orang-orang tertentu yang mengetahui tentang ruang rahasia itu.
Gabrian yang mendengar hal tersebut langsung mencoba menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Jika itu benar, dia merasa kesal karena tidak tahu siapa orang yang dimaksud. Dalam hati, dia merasa bahwa orang tersebut berani membangunkan "singa yang sedang tidur". Nathan pun berpikir hal yang sama.
"Memangnya apa yang terjadi di ruangan rahasia itu, bos?" tanya Arelea, wajahnya penuh rasa ingin tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
PEROA
haii thoor!! ❤❤❤
2022-05-23
3
Age Nairie
seru
2022-04-24
1
Ryoka2
Enak banget langsung dibawa pulang
2022-03-26
1