Balada Istri Pertama
"Aku menikah lagi!" kata Andre dengan santainya.
Meski kalimat itu diucapkan dengan nada santai namun di telingaku bagaikan suara petir dan guruh yang saling bersahutan.
"Ba.. bagaimana bisa?" kataku tergagap. Aku kaget dan sedih. Hatiku sangat sakit.
"Ya.. semuanya kan ada sebab akibatnya. Kamu dulu kan sering menolak saat aku ajak bercinta ya sebagai laki-laki aku butuh, jadi aku menikah lagi.'
Apa? Hanya itu alasannya.
" Mas, aku sering menolak itu dulu. bukankah belakangan aku tidak pernah menolak ajakanmu. Bahkan aku sering menawarkan diriku padamu. Justru kau yang mengabaikanku!!" jawabanku setengah berteriak menumpahkan segala sesak yang ada di hatiku.
Mas Andre diam.
"Apa ini pembalasan karena sikapku dulu, Mas? Kau ingin menghukumku?"
"Aku ingin punya anak!" Mas Andre mengutarakan alasannya yang lain.
"Kau pikir aku tidak ingin punya anak mas? Dokter bilang aku tidak mandul. Aku sehat. Kalau sampai sekarang kita belum dikarunia keturunan, itu bukan salahku, mas." aku mulai terisak.
Bukankah kau yang bermasalah mas, kenapa aku yang kau hukum.
"Kau juga terlalu pilih kasih. Kau lebih mementingkan Ryan daripada aku. Kau selalu membelikan makanan yang enak enak buat dirinya, tapi tidak buatku."
"Apa, Mas? Bukankah setiap beli aku juga selalu membelikanmu? Dan selama ini aku berpikir, kau dan aku adalah orang tuanya, meski hanya orang tua angkat, kupikir kau rela berkorban untuknya, sama dengan aku." Aku mulai tergugu. Tangisku pecah.
"Ini balasanmu mas, setelah semua yang aku lakukan untukmu. Begini balasanmu padaku. Baiklah kalau memang begitu, lebih baik kita cerai saja." kataku sambil berdiri hendak meninggalkan mas Andre.
Mas Andre ikut berdiri lalu memelukku dari belakang.
"Tidak! Aku tidak ada keinginan untuk tuk menceraikanmu."
"Lalu apa maumu mas?" tanyaku dengan suara lemah karena tangisku kian kuat.
"Tolong aku... kita coba hidup bertiga ya.. kumohon terimalah dia sebagai istri kedua ku!" pinta Mas Andre.
Hatiku kian hancur. Kupikir ia tidak mau cerai karena akan meninggalkan wanita itu, namun ia ingin agar aku bersedia dipoligami. Seumur hidupku tidak pernah terbayangkan akan dipoligami. Selama ini i aku memandang suamiku sebagai laki-laki setia.
Dia memang banyak kekurangan, tapi di mataku dia adalah pria baik.
Aku terduduk lemas.
"Siapa dia?"
Mas Andre ikut duduk.
"Dia orang dari kota ini juga."
"Dimana kalian bertemu?" tanyaku. Nggak mungkin ia rekan kerja karena yang ku tahu rekan kerja Mas Andre semuanya adalah pria.
"Di Klub." jawabnya.
Ah ya aku lupa. Klub atau perkumpulan itu.
Aku diam. Dulu aku sering menemaninya kumpul kumpul dengan teman temannya di klub itu. Namun lambat laun aku merasa tidak nyaman. Akhirnya aku menarik diri. Rasa tidak nyaman ku muncul tatkala aku melihat betapa pergaulan di klub itu sudah tidak sehat. Laki dan perempuan berbaur dan saling bercanda tanpa ada batas batas mana mahram mana bukan. Itu juga yang membuatku sering bersitegang dengan mas Andre. Kegiatannya di klub itu.
"Dia anggota klub?" tanyaku dengan nada putus asa.
"Bukan. Ia hanya pengunjung. Aku membantunya saat ia mengalami kesulitan."
"Dan akhirnya kalian intens berhubungan, kan? Mas tahukah bahwa kau sudah selingkuh. Mungkin sekarang hubungan kalian halal. Tapi sebelumnya kalian sudah selingkuh. Astaghfirullah, mas. Sudah berapa kali aku bilang, jangan ber chat yang intens dengan wanita yang bukan mahrammu. Inilah yang aku takutkan." kembali aku menangis. Sakit sekali rasanya.
Mas Andre memelukku. Alih alih ia minta maaf ia justru kembali memohon agar aku menerima wanita itu.
"Dia orang baik. Dia mirip kamu. Dia juga nggak suka kegiatanku di klub. Sama seperti kamu."
"Kalau yang ada di dirinya ada di diriku, buat apa mas menikahinya." raungku sedih.
Mas Andre melepaskan dekapannya pada tubuhku. Wajahnya berubah.
"Semua kan ada sebab akibatnya." katanya kemudian.
Aku tahu, ia menyalahkanku. Ia ingin bilang semua ini terjadi karena salahku sendiri.
"Telpon dia mas!"
"Untuk apa?"
"Aku ingin bicara dengannya."
"Bicara apa?"
"Ya bicara sesama wanita. Kau memintaku menerima orang yang aku sama sekali tidak kenal. Telpon dia mas!" kataku memaksa.
Mas Andre akhirnya menelpon wanita itu.
"Hallo." suara wanita terdengar mengangkat telpon. Suara yang entah mengapa aku merasa kalau wanita ini jahat. Di lihat dari suaranya.
"Umi, istriku mau bicara." kata Mas Andre.
Umi.. Mas Andre memanggilnya Umik.
"Untuk apa, Bi? Nanti dia menghinaku." balas si wanita.
Oh mereka memanggil umi dan abi.
"Aku bukan orang seperti itu mbak." aku menyahut karena Mas Andre meloud panggilan itu. Mas Andre menyerahkan ponselnya padaku.
"Mbak aku istri Mas Andre." kataku menyapa sambil menguatkan hati.
"Ya." jawabnya jutek.
"Mbak kenapa mbak mau dinikahi Mas Andre?" tanyaku memancing.
"Kenapa nggak? Saya wanita single, dan laki-laki kan boleh menikah lebih dari satu." jawabnya enteng.
Jleb... hatiku bagai tertusuk beribu ribu pisau. Wanita seperti ini yang kau bilang baik mas. Wanita yang tega menyakiti wanita lainnya.
"Salah sendiri kamu nggak bisa merawat suamimu, jangan salahkan dia kalau mencari istri lagi. Makanya kalau punya suami itu di perhatikan, jangan gila kerja. Meski banyak kerjaan, tapi tetap suami itu diperhatikan." panjang lebar wanita itu menceramahiku.
Ya Allah... darimana ia punya pikiran seperti itu. Mas Andre kah yang bilang kalau aku tidak memperhatikannya. Tega kau Mas. Kau suamiku. kau laksana baju bagiku. Penutup aibku. Tapi kau juga yang membukanya.
Dari percakapan singkat ku dengan istri kedua suamiku, aku tahu. Hubungan mereka berawal dari saling curhat. Suamiku curhat padanya tentang ketidakpuasan dirinya atas sikapku.
Hatiku remuk. Lima belas tahun aku mendampinginya tanpa menuntut apapun padanya, seperti ini balasan yang aku terima.
Aku berdiri dan meninggalkan Mas Andre sendirian di kamar.
"Dik, mau kemana?" tanyanya.
"Biarkan aku sendiri, Mas. Aku butuh sendiri." jawabku. Aku pergi ke kamar anakku. Ia sedang tidur. Ku belai kepalanya. Air mataku berderai tanpa bisa ku bendung.
Rupanya isakanku membangunkannya.
"Bunda kenapa?" tanyanya sambil tangannya berusaha menghapus air mataku.
"Bunda kangen sama adik. Bunda sayang adik." jawabku sambil memeluknya. Ia menepuk punggungku seolah berusaha menenangkan diriku.
Ya Allah, kuatkan hamba. Beri hamba petunjuk.
Ryan, anakku, kembali melanjutkan tidurnya. Aku berbaring di sisinya sambil. menatap langit langit kamar. Teringat semua perjalanan rumah tangga ku.
Apakah semuanya memang harus berakhir di sini Ya Rabb. Lima belas tahun, apakah rumah tanggaku hanya berumur lima belas tahun. Sepertinya tidak ada masalah berat selama ini Ya Rabb. Kenapa tiba-tiba ini terjadi.
Aku bangkit lalu berjalan keluar untuk mengambil wudhu. Ku tunaikan sholat dua rakaat lalu ku curhatkan semua pa Rabbku. Ku tumpahkan airmataku. Aku menangis sejadi-jadinya di atas sajadah.
Ya Rabb... apa maumu padaku.
...🍃🍃🍃...
Ini episode pertama. Semoga bisa masuk di hati pembaca sekalian. Kritik dan saran kirim di grub chat ya. Gabung saja....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tati Suwarsih Prabowi
istri keduannya jutek y...itulah Islam melarang berkumpul dg yg bkn mahram apalagu curhat,naudzubillah
2023-02-06
0
Sulati Cus
baru baca udah bikin emosi
2022-12-05
0
Sulati Cus
orang baik kok merebut py orang lain
2022-12-05
0