Malam hari aku bangun untuk mempersiapkan makan sahur. Ya saat ini adalah bulan Ramadhan. Kami sedang menjalankan ibadah puasa
Aku membangunkan mas Andre. Biasanya ia akan melaksanakan sholat tahajud sebelum makan sahur, begitupun aku.
Kuhamparkan sajadah ku. Aku melaksanakan sholat dengan konsentrasi penuh kepada Rabbku. Selesai sholat aku tumpahkan semuanya dalam doaku. Kusampaikan rasa sakit di hatiku ini kepadaNya.
"Dik!" panggil Mas Andre. Aku segera menyudahi doaku.
"Iya Mas?!" tanyaku sambil. membuka mukena.
Ia mendekat, "Jangan minta cerai, ya!" pintanya.
Aku diam. Jujur pikiranku kosong. Jika menuruti kata hati, aku ingin pisah. Aku merasa sudah tidak ada harapan lagi hidup bahagia bersama Mas Andre. Bagaimana aku bisa bahagia kalau dalam hati dan kehidupan Mas Andre ada wanita lain.
"Kita makan sahur, Mas. Aku akan membangunkan Ryan." jawabku tanpa menghiraukan permintaan Mas Andre.
Aku pergi ke kamar Ryan dan membangunkannya. Kami bertiga makan sahur dalam diam, hanya Ryan yang sesekali berbicara dan Mas Andre menimpali perkataan Ryan. Sesekali mas Andre mencoba melemparkan pertanyaan Ryan kepadaku, tapi aku hanya diam. Masih terngiang suara wanita itu yang menyalahkan ku atas perselingkuhan mereka. Tak terasa airmataku menetes.
Aku segera menghapusnya, takut Ryan melihat kesedihanku.
Selesai makan sahur, Mas Andre mengajak Ryan bersiap pergi ke masjid u tuk melaksanakan sholat Subuh.
"Bunda nggak ikut?" tanya Ryan.
"Bunda sholat di rumah saja." jawabku sambil mengelus kepala anakku itu.
Merekapun berangkat. Aku masuk ke kamar dan bersiap untuk melaksanakan sholat Subuh. Sambil menunggu adzan, kupakai untuk berdzikir. Namun aku tidak bisa konsentrasi.
Akhirnya aku berkeluh kesah pada Rabbku.
"Ya Allah, jika ini adalah hukuman atas semua dosa hamba, maka ampunilah dosa-dosa hamba. Jika ini adalah teguran atas kelalaian hamba dalam beribadah, maka tolong hamba agar hamba bisa lebih mendekat kepadaMu. Namun jika ini ujian untuk meningkatkan derajat hamba, kuatkan hamba agar hamba mampu melewatinya sesuai dengan perintahmu." ucapku dalam tangis.
"Ya Rabb, aku tahu kau tidak membuat ujian untuk menyengsarakan hamba hambaMu, karena rahmad dan kasih sayangMu mendahului murkaMu."
Airmata semakin deras.
"Ya Rabb, jika perjodohan kami sampai di sini, sesungguhnya Engkau lebih tahu daripada hamba, maka pisahkan kami dengan cara yang baik Ya Allah."
Tubuhku bergetar hebat selesai aku mengucapkan kalimat itu. Seakan bendungan yang jebol, air mataku membuncah keluar. Aku tersungkur bersujud. Dalam pikiranku aku sedang bersujud di hadapan Rabbku yang Maha Pengasih.
"Jangan tinggalkan hamba, Ya Rabb." rintihku dalam tangis.
Selanjutnya aku tidak tahu apa yang terjadi. Ketika aku sadar, tanganku sudah terpasang selang infus. Mata berputar memandang sekeliling. Aku melihat Mas Andre tertidur di kursi di samping ranjangku.
"Mas!" panggil ku dengan suara serak.
Mas Andre tidak mendengar karena tidurnya yang sangat lelap. Aku berusaha bangkit. Tenggorokan ku terasa kering. Ku lihat ada gelas berisi air di meja samping ranjang. Aku ingin minum tapi ingat sedang puasa. Saat mataku melihat cairan infus, aku jadi sadar kalau puasaku sudah batal.
Akhirnya aku berusaha meraihnya, namun gagal dan justru gelasnya jatuh.
Mas Andre kaget oleh suara berisik yang timbul karena gelas yang jatuh.
"Dik, kau sudah sadar?" ia bangkit dan mendekatiku.
"Mas, kenapa aku diinfus?"
"Kamu pingsan. Lama nggak sadar. Jadi aku khawatir. Aku memanggil. perawat untuk memberimu cairan infus."
Aku pingsan. Hal yang kuingat terakhir kali adalah aku sedang bersujud.
"Oh.. aku belum sholat subuh." gumamku. "Mas, aku mau sholat subuh dulu."
"Dik, ini sudah jam tujuh lebih." jawab Mas Andre.
"Nggak Mas. Aku harus sholat. Toh tadi aku meninggalkan sholat karena pingsan bukan karena sengaja. Jadi nggak papa aku sholat sekarang." Aku bangkit lalu dengan dibantu Mas Andre aku mencoba berwudhu sebisaku. Setelah itu aku sholat sambil duduk di ranjang.
Saat aku melepas mukena selesai sholat, Mas Andre datang sambil membawa makanan.
"Dik, kamu makan dulu. Kata perawat tadi kamu sementara makan bubur dulu." Mas Andre menyerahkan bubur yang ia bawa ke atas pangkuanku lalu mengambilnya lagi.
"Aku suapin saja ya?" kata Mas Andre dan mulai menyuapiku.
"Aku bisa makan sendiri, Mas."
Aku mengambil bubur dari tangan Mas Andre dan mulai memakannya. Entahlah, aku merasa sakit diperhatikan oleh Mas Andre. Aku merasa ia melakukannya dengan terpaksa.
Tiga hari aku di rawat karena asam lambung ku yang tiba tiba tinggi. Selama sakit ponselku terus berdering. Teman-teman kerjaku terus menanyakan keadaanku. Ada rasa bahagia menerima perhatian dari mereka.
Pada hari ke empat aku diijinkan pulang. Keesokan harinya Mas Andre pamit karena sudah saatnya ia kerja.
"Dua hari ini aku nggak pulang ya, aku pulang di dia." pamit Mas Andre tanpa beban.
Aku diam tak menjawab. Hatiku sangat sakit. Tanganku mengepal kuat menguatkan diriku.
Sepeninggal Mas Andre, aku kembali menangis. Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan. Aku ingin berteriak dan menjerit minta tolong. Tapi percuma, selain Dia tidak ada yang bisa menolongku.
Tapi pertolonganNya juga tidak datang secara Sim salabim. Semua butuh waktu. Apa aku sanggup menunggu waktu itu tiba.
Dua hari kemudian Mas Andre pulang. Pagi ia datang dan langsung mengajak Ryan jalan jalan pagi. Sedangkan aku berangkat bekerja seperti biasa.
Malam harinya, aku mencoba membicarakan masalah kami lagi. Aku menanyakan kepada Mas Andre, sebenarnya apa yang membuat dia nekat menikah lagi bahkan tanpa ijin ku.
"Bersamanya aku merasa sebagai laki-laki. Dia wanita baik. Ilmu agamanya juga baik." jawabnya dengan santai.
Ya Allah, apa selama menjadi suamiku, Mas Andre tidak merasa sebagai laki-laki. Tapi kenapa Apa karena ia membantuku mencuci pakaian. Bukankah itu komitment kami dari awal menikah bahwa kami bagi tugas. Lalu, dia bilang wanita itu wanita baik. Apa aku bukan wanita baik.
Dia juga bilang ilmu agamanya bagus,. Ya Allah, aku ingat sekali apa jawaban Mas Andre saat aku mengingatkan untuk. mengurangi chat dengan wanita yang bukan mahram. Saat itu ia bilang kalau ilmu agamaku nanggung, jadi jangan sok menasehati.
Hatiku hancur. Aku benar-benar merasa kalah. Pengabdian ku selama lima belas tahun, dikalahkan oleh seorang wanita yang batu setahun ia kenal.
Kutinggalkan Mas Andre. Aku kembali ke tempat sholat.
Aku sholat dua rokaat untuk menenangkan diri. Ku tumpahkan semua yang aku rasakan kepadaNya.
"Ya Allah, ijinkan aku berbicara dengan seseorang. Dan ku mohon, jadikan orang itu saranamu untuk menolongku. Tunjukkan siapa orang itu, Ya Rabb." rintihku dalam doa.
Selesai berdoa aku merebahkan tubuhku di atas sajadah. Aku enggan kembali ke kamar dan melihat Mas Andre.
Aku tertidur. Dalam tidurku aku melihat adikku. Ia tersenyum dan merentangkan tangannya lalu memelukku.
"Sabar, mbak." bisiknya menenangkan.
...🍃🍃🍃...
Alhamdulillah
jangan lupa jejaknya ya readers
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Cut Nyak Dien
bersamanya q menjadi laki2 emang selama ini jadi perempuan,dia ilmu agamanya tinggi pngen ketawa q jawabane andre, ada ya kalau agamanya tinggi mainnya ke club,ypi g tahu juga ya,intine q g respeck aja ssma andre
2022-01-01
0
abang A🦋💜🐰🐹
matan suamiku dulu juga bilang gitu calun istrinya bakalan maduku baik ilmu aganya baik dia wanita baik baik, 😭😭😭😭 dan benarkah wanita baik menyakiti wanita lain, apa baik kerna mau di poligami😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-12-27
0
Masiah Firman
nyesek
2021-11-01
0