Nama gue Elang Geraldy Rifaldo, gak peduli dengan semua tanggapan manusia tentang gue. Apapun itu, gue termasuk orang yang disegani di sekolah, karena apa? Karena Papa gue Kepala Sekolah SMA Bina Bangsa. Dan yang paling gue gak suka adalah pemaksaan.
Gue gak suka kebebasan gue diganggu, tapi lelaki tua sialan itu membuat gue benar-benar harus menurut kayak kacung. Salah satu bentuk pemaksaannya adalah dengan diri gue menjadi Ketua Osis, itu bukan kemauan gue. Apalagi harus jadi murid pintar kayak kemauan dia.
Bahkan anak dari istri barunya, Refan. Dia gak dipaksa apa-apa, malahan hidup bahagia tanpa pemaksaan. Ibu kandung gue udah meninggal, 2 tahun yang lalu gantung diri karena lelaki sialan itu. Gak ada satupun sisi baik yang gue lihat dari dia. Cuma kata 'brengsek' yang pantas.
Gue gak begitu suka dengan yang namanya perempuan, pengecualian buat Mama gue. Tentunya dengan banyak alasan untuk hal itu. Itu bukan hal yang harus dijelasin sekarang.
Satu pemaksaan lagi yang membuat gue makin terkekang adalah perusahaannya yang nanti bakal sepenuhnya diserahkan ke gue. Sedangkan Refan? Hidup sesuai kemauan dia bahkan semuanya dikasih. Gue? Belajar mati-matian, ikut ekskul ini itu ditambah lagi dengan les sialan. Rasanya hidup gue kayak ada di tangan Papa, jadi boneka sesuai kemauan dia. Mungkin bagi orang lain hidup gue sempurna, justru yang gue rasakan gak sesempurna itu.
Kadang gue sering risih melihat para cewek kekurangan belaian yang ngacir sana-sini pas gue lewat. Apa segitunya, kah? Menjijikkan. Kasar? Memang.
Gue gak akan pernah berurusan lagi dengan cewek seperti yang terakhir kali gue rasain, dulu.
Dari pengalaman gue belajar, kayak sebuah vas kaca, retak lalu disatukan lagi. Pada akhirnya bakal retak kembali. Itulah hati.
Bukannya lebih baik membekukannya saja dari pada retak lagi?
Beban hidup membuat gue stress berat, gue cuma hidup kayak manusia biasa, hidup untuk mati. Tanpa ada hal yang membuat bahagia. Semesta terlalu membosankan buat diajak bicara, saat gue berharap bahagia yang ada malah sebaliknya. Semesta selalu memberikan pilihan. Memilih itu bukan hal sulit, tapi menjalaninya butuh rasa sakit.
Sejak kenal dengan Nauval gue mulai terhibur, apapun yang dilakuin semuanya menyenangkan. Keluarga, teman dan kehidupan dia jauh beda dengan gue. Dia sempat ngenalin dunia anime dan itu menjadi alternatif buat meredakan stress berat yang gue alami. Yah... sejak bertemu Nauval hidup gue jauh lebih menyenangkan.
Di sisi lain gue mempunyai tugas penting selama menjadi Ketua OSIS yaitu memastikan semua orang patuh dengan aturan sekolah. Tapi hari ini gue mendapat sebuah kesialan, seorang cewek primitif dengan tampang sok jagoan mulai mengusik segalanya.
Ck.
"Gara-gara si cicak kabel headset gue putus. besok mau gue apain yah dia?" Pikir gue sambil tersenyum iblis. Gue punya banyak siasat buat bikin dia malu, lebih dari yang gue lakuin tadi siang.
Gue menggeleng menepis semua akal unfaedah tadi, yakali gue ngutilin gembel? Apa haji Rhoma Irama ntar?
"Bisa rusak image gue kalo ngutilin gembel kaya dia." gue mengangguk sambil ketawa sinis.
"APA!! BANG ELANG UDAH ADA CIMEWEW NIH??? CIYEEEEE," teriak Refan tiba-tiba berdiri di depan pintu dengan wajah jahil persis kek bebek perosotan, sialan.
"Beneran tuh bang? " sahut ibu tiri gue di dapur.
"Yah enggaklah, siapa juga yang mau sama gembel," tukas gue marah.
"Addaawww... Gembel gembel ntar suka," goda Refan dengan wajah minta ditonjok.
"..."
Mata gue beralih ke layar monitor memainkan game tanpa melirik Refan yang udah cekikikan di sana.
Sumpah, kalau bukan adek udah gue lelepin dia di got tetangga.
__________
Pagi harinya gue buru-buru ke sekolah tanpa pamit ke Papa, masuk ke kelas sekedar menaruh tas lalu ke pintu gerbang, sesekali menegur siswa tengik yang pake baju panjang sebelah.
15 menit...
Sial! Gue ngapain di sini sih?
Gue menatap jam tangan dengan gusar, sebentar lagi pelajaran Buk Siska bakal dimulai.
________
Author's Pov
Tanpa sepengetahuan Elang, Rafael menguntiti dari balik tembok sambil tertawa cekikikan. Tertawaannya itu mengundang tatapan penuh memuja dari kalangan para kaum hawa, jadi tak heran kadang mereka memekik saking gemesnya dengan wajah baby face itu.
"Si abang Elang udah gede rupanye wkwkwk," batin Rafael sambil megangin perutnya, para gadis yang melihatnya langsung pingsan di tempat.
"Oh my day..." ucap salah satu gadis tersebut mengangkat tangan ke atas seolah ia akan mati di sana.
"Seuh, we kagak peduli yeee... baebae." Rafael lari ke kelas berniat mengabari ketiga temannya.
Sudah 15 menit dia berdiri di depan gerbang tapi orang yang ditunggunya itu belum datang juga.
"Wtf?!! Sejak kapan gue mau nungguin gembel kaya dia," batin Elang berniat kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Mendadak ia dikagetkan oleh seseorang.
"Nungguin gue lo? kangen yah? Wuahaha!" cetus Gabriel berkacak pinggang tepat di depan Elang.
"Heh, siapa mau nungguin Anaconda bulukan macam lo?" sanggah Elang dengan wajah dingin.
"Ananda wak, bukan Anaconda. Telinga lo kemasukan *** ayam sampe tuli kaya gitu?"
"....." Elang berjalan mendahuluinya tanpa basa-basi.
Sedangkan Gabriel tersenyum lebar melihat Elang. Sebentar lagi ia akan mendapat kejutan luar biasa.
Elang berjalan melewati koridor sekolah hingga langkahnya terhenti saat melihat orang-orang sibuk melihat papan mading.
Penasaran, Elang mendekat lalu melihat sebuah bencana di sana.
"Kenapa gambar gue ada di mading!?" batinnya berteriak seakan tubuhnya mati rasa.
Elang memang suka menggambar anime khususnya karakter kesukaannya tapi dia tidak pernah menyangka gambarnya akan terpampang jelas dan terdapat tulisan;
'buatan kak Elang lho...bagus gak? muehehehe'
Sudah ditebak, pasti Gabriel yang melakukan itu. Tangan Elang mengepal bersiap untuk mencari orang yang menempel gambarnya di mading.
Tapi tanpa dicari pun Gabriel sudah berdiri di belakang dan kembali mengejeknya.
"Kuy dilihat!!! Gambar kak Elang bagus banget! Ada cewek pake kutang barendo!" teriak Gabriel keras membuat kerumunan cowok mendatangi mading.
Elang hanya mematung, antara mau marah dan malu mungkin mukanya sudah kotak, yang jelas dia tiba-tiba ingin memakan kepala anaconda sialan itu sekarang juga.
Tanpa pikir panjang, Elang mencopot gambarnya lalu mengusir orang yang sibuk ingin melihat gambarnya.
Saat semuanya sudah bubar, Gabriel berkacak pinggang dengan wajah merdeka. Namanya juga rakyat +62 jadi memerlukan kemerdekaan seperti manusia tak berotak macam Gabriel. Apalagi saat dilihat wajah Elang berubah menjadi mode zombie membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.
"Kita seri oke," ucap Gabriel berlari menuju kelas sambil menertawakan keadaan Elang yang mengeneskan ralat mengenaskan.
"Gabriel ya? Kita lihat siapa yang sebentar lagi ketawa," ucap Elang sangat pelan namun pasti.
Elang akan membuat mulut Gabriel bungkam setelah menertawainya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Seru kayaknya..Mampir thor🙋🙋🙋
2022-06-28
0
Cintami fiah Margaretha
kutang oh kutang dimana kamu.. di cari elang lo kutang wkwkwk akward abis 💯
2022-04-22
0
Syarifah21
ada nama gw gaes
2022-02-04
2