Panji & Nadin
Nadin Azzahra Salsabila,19 tahun, gadis cantik yang berasal dari keluarga pas-pasan, dan tinggal disebuah rumah kecil dipinggiran ibu kota. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara yang baru satu tahun lulus dari SMU. Semenjak lulus sekolah, Nadin langsung mencari pekerjaan, karena ingin membantu menghidupi keluarganya.
Dia tinggal bersama ayah, adik dan juga nenek dari ayahnya. Sedangkan sang ibu sudah meninggal saat Nadin duduk di kelas 5 sd karena penyakit kanker payudara yang sudah lama dideritanya.
Ayah Nadin sendiri dulunya adalah seorang pekerja disebuah gudang kain. Dia memutuskan berhenti kerja, saat kondisi istrinya semakin memburuk. Ayah Nadin ingin merawat istrinya sendiri, hingga akhirnya sang istri menghembuskan nafas terakhirnya.
Semenjak sang istri meninggal, pak Samsudin tidak pernah berniat mencari pengganti istrinya, dan memilih fokus memikirkan masa depan anak-anaknya. Selain karena sangat mencintai almarhumah istrinya, dia juga tidak ingin membagi cinta antara anak dan istri barunya, kalau seandainya dia menikah lagi.
Sang ayah merasa takut tidak akan bisa mencukupi kebutuhan anak juga istrinya, seandainya dia menikah lagi, mengingat pekerjaannya sekarang yang hanya seorang buruh bangunan.
Nadin bertekad ingin membantu ayahnya mencari uang, untuk menghidupi keluarganya juga biaya sekolah Hirlan, adiknya yang sekarang masih duduk di kelas satu SMU. Nadin sangat menyayangi keluarganya, terutama sang ayah yang menurutnya sangat baik dan setia terhadap ibunya.
Apalagi saat dia ingat, bagaimana sabar dan telatennya sang ayah saat merawat ibunya kala beliau terbaring sakit. Nadin bisa melihat betapa besarnya cinta ayah kepada ibunya itu. Nadin bercita-cita ingin membahagiakan ayahnya suatu saat nanti.
Beruntung, Nadin selalu dengan mudah mendapatkan pekerjaan, namun sayangnya dia tidak pernah lama bertahan di tempat kerjanya. Ada saja kejadian yang menyebabkannya berhenti atau diberhentikan dari tempat kerjanya.
Terakhir, dia bekerja disebuah mini market dan memutuskan berhenti, karena selalu di ganggu dan dipalak oleh preman yang ada didaerah itu.
Kini Nadin bekerja disebuah konveksi rumahan yang kebetulan pemiliknya adalah majikan bibinya. Gedung konveksi itu berada tepat di belakang rumah pemiliknya, yang ada disebuah komplek perumahan elit dan cukup besar. Konveksi itu juga lumayan besar. Ada sekitar 70 atau 80 orang karyawan yang bekerja disana termasuk Nadin.
Konveksi itu memproduksi barang-barang berkualitas A grade yang dipasarkan keluar negeri, dan sistem kerja disana juga tidak berbeda dengan di pabrik-pabrik besar.
Mereka dibayar dengan gaji umr, bonus produksi, premi hadir juga poin prestasi. Poin A plus adalah poin tertinggi, dan biasanya tukang jahit jarum dua, dan jarum empat(obras), atau karyawan dengan multi skill yang bisa mendapatkan poin ini. Selain itu peraturan yang ada disana tidak kalah ketat dengan pabrik besar.
Tak heran, tidak mudah untuk bisa masuk dan bekerja disana, karena semua pekerja disana sangat terampil dan mahir. Kalau bukan karena bibinya, Nadin juga tidak mungkin bisa dengan mudah masuk kesana.
Semenjak Nadin bekerja, tak sehari pun Nadin lalui tanpa omelan atau komplen dari QC ( quality control) kepadanya. Nadin selalu menerima semua itu, walau terkadang dia juga tidak tahan mendengar omelnya. Menurut Nadin, kata-kata yang QC (dibaca qiusi) ucapkan terkesan kasar dan keterlaluan.
Aku harus kuat demi bapak. Aku tidak mau terus-terusan pindah-pindah kerja. Aku tidak mau mempermalukan bibi, yang sudah membawaku bekerja disini. Aku harus kuat menghadapi omelan si nenek lampir itu.
Gumam Nadin dalam hatinya.
....
Walaupun hidup pas-pasan, Nadin tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari keluarganya. Semua keluarga ayahnya sangat baik, begitupun keluarga almarhum ibunya yang juga tidak kalah baik, hanya saja keluarga almarhum sang ibu berada jauh darinya. Mereka ada di daerah Purworejo, jawa tengah, jadi Nadin dan Hirlan jarang bertemu dengan mereka.
Sepulang bekerja di konveksi, Nadin suka membantu neneknya berjualan mie rebus, kopi dan juga nasi rames, disebuah warung kecil yang terletak di dekat proyek pembangunan sebuah mall, yang tidak jauh dari rumah mereka.
Para pekerja proyek adalah pelanggan tetap di warung mak Ebah, nenek Nadin. Kebetulan ayah Nadin bekerja menjadi buruh di proyek itu. Warung mak Ebah buka dari pagi sampai larut malam, karena pekerja proyek disana kadang kerja lembur sampai larut malam.
Nadin mempunyai sahabat karib bernama Doni, yang sangat baik kepadanya. Nadin dan Doni bersahabat sejak kecil, dan mereka memang sangat dekat. Keduanya bersahabat sejak dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, dan mereka juga bertetangga. Susah senang mereka lalui bersama.
Doni sekarang bekerja disebuah butik. Dari dulu Doni bercita-citanya ingin menjadi seorang desainer atau seorang penata rias. Dia memang seorang lelaki yang menyukai pekerjaan yang berbau fashion atau kecantikan.
❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁❁
Panji Dwitya Prasydia Bahtiar (28 tahun) seorang laki-laki tampan, mapan, pendiam, angkuh dan sangat dingin. Dia adalah Ceo muda berdarah campuran etnis Tionghoa dan Indonesia.
Ayahnya Muhamad Anas Bahtiar, berdarah asli Indonesia, dan Ibunya Rika Lusiana Bahtiar, keturunan Tionghoa.
Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya Wily Arganexaputra Bahtiar, 35 tahun, sudah menikah dengan wanita cantik bernama Jesika Anastasya. Dan adik perempuannya Prisa Kirana Pratista Bahtiar, 19 tahun, seorang mahasiswi cantik dan juga baik hati.
Dengan wajahnya yang tampan, tak heran banyak sekali gadis-gadis cantik yang tergila-gila dan mengejarnya. Tapi sedikitpun Panji tidak pernah memberi respon pada mereka semua.
Banyak diantara gadis itu merasa sakit hati dan tak sedikit yang membencinya, karena Panji menolak mereka mentah-mentah, dengan sikap acuh dan tatapan begitu dingin, yang seolah merendahkan mereka. Seperti melihat sebuah kotoran yang menjijikan, begitulah dia melihat gadis-gadis itu.
Panji adalah sosok yang tegas, dan sangat serius, tidak ada kata bercanda dalam hidupnya. Dia juga sangat irit bicara, dan terkesan seperlunya. Dia hampir tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan kepada kliennya sendiri.
Panji jarang berkomunikasi dengan siapapun, termasuk dengan keluarganya. Dia seperti menutup diri, dan hanya sibuk dengan dunianya sendiri.
Panji memilih tinggal dirumah pribadinya, bersama dua orang art , satu orang tukang kebun, dan dua orang satpam yang bertugas secara bergiliran. Dia tidak betah tinggal bersama keluarga besarnya, dan lebih suka menyendiri, karena memang hubungan Panji dengan keluarga besarnya kurang baik.
Panji tidak percaya kepada siapapun di keluarganya. Dan menurut Panji, tidak ada satupun anggota keluarganya yang percaya dan mengerti dirinya. Hanya Adam, asisten pribadi yang setia kepada Panji, satu-satunya yang Panji percaya dan juga mengerti dirinya.
Berbeda dengan Panji yang pendiam, Adam justru sebaliknya. Dia sosok yang periang, suka bercanda, dan juga murah senyum. Dia mengenal panji dengan sangat baik.
Adam selalu siaga 24 jam seperti mini market atau klinik jaga yang selalu buka saat Panji membutuhkannya.
Adam sudah seperti Rex*na yang selalu setia setiap saat kepada Panji. Dia selalu ikut kemanapun Panji pergi, kecuali ke kamar mandi atau toilet. Dimana ada Panji disitu pasti ada Adam. Hanya kepada Adam lah Panji tidak mengirit suaranya.
Kendati demikian, tidak semua hal Panji ceritakan kepada Adam. Ada masalah besar lain yang tidak pernah dia ceritakan kepada Adam atau siapapun, ada masalah yang dia genggam sendiri sampai sekarang.
Dan itu adalah salah satu penyebab Panji menjadi sosok yang pendiam dan menutup diri dari wanita manapun, selain kisah cintanya yang berakhir menyakitkan.
Walau hidup bergelimang harta, tapi Panji kadang tidak merasa bahagia. Jiwanya kosong dan merasa sangat kesepian, apalagi setelah ibu kandungnya meninggal dunia dua puluh tahun lalu, dan Pak Bahtiar memutuskan menikah lagi dengan ibu tirinya, yang tidak dia sukai.
Panji dan istri baru ayahnya memang tidak pernah cocok. Panji merasa sangat kesal dan muak dengan kelakuan bu Soraya, (ibu tirinya) yang selalu berusaha menjodohkan Panji dengan gadis pilihannya, hingga akhirnya Panji memutuskan pergi dari rumah pak Bahtiar.
Selain itu, alasan kepergian Panji dari rumah itu adalah karena kehadiran Mikha. Gadis kecil yang disebut-sebut sebagai anak Panji dari hasil hubungannya dengan Vanesa.
Panji tidak pernah mau mengakui Mikha sebagai anaknya, karena dia tidak merasa melakukan hubungan terlarang dengan Vanesa, walaupun Panji akui, dia sangat mencintai Vanesa waktu itu.
Tapi tidak ada satupun keluarganya yang percaya kepadanya, bahkan pak Bahtiar sempat menamparnya, karena Panji dianggap mempermalukan keluarga dengan menghamili Vanesa.
Saat itu Panji sangat sakit hati dengan apa yang dilakukan pak Bahtiar kepadanya, juga semua tuduhan yang membuatnya merasa terpojok.
Panji sudah melakukan tes DNA, tapi bu Soraya mengatakan kalau itu semua hanya rekayasa Panji, dan semua keluarganya percaya kepada bu Soraya. Sejak saat itu, Panji semakin membenci ibu tirinya.
Semenjak meninggalkan rumah, Panji jarang sekali datang atau berkunjung ke rumah itu, kecuali ada urusan pekerjaan yang mendesak dan penting. Dia memang sangat malas bertemu dengan keluarganya, terutama dengan bu Soraya.
Tbc🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Eti Rahmawati
aku mampir ya
2022-01-12
1
Naza fath
Aku mampir thor.
2022-01-03
1
Nani Evan
awal cerita bagus,mudah2an sampe tamat tetep bagus ga keluar dari alur cerita..
2021-07-28
1