Nadin menatap bodi mobil mewah yang sedikit penyok akibat lemparan batu yang dia lakukan. Dia tersentak kaget, dan jujur saja sedikit takut sekarang.
Dalam hati Nadin menyesal dengan apa yang dia lakukan tadi. Karena tidak bisa menguasai emosi, mungkin saja sekarang dia akan mendapatkan masalah besar.
Mati aku, gimana kalau dia minta ganti rugi?
"Hey!! kamu denger aku kan?. Apa kamu yang sudah melempar batu ini ke mobilku? JAWAB!!! Tanya lelaki itu, dengan nada tinggi dan tatapan dingin, tapi air wajahnya semakin terasa panas, karena amarah di dadanya semakin dia rasakan.
Ya Tuhan gimana ini? Sepertinya dia sangat marah, dan pasti akan minta ganti rugi. Gimana ini? Dapet uang darimana aku? Gajiku saja bahkan aku belum menerima dan tidak tahu berapa? .Tolonglah hambaMu ini, ya Tuhan. Do'a Nadin dalam hati.
"Kamu nggak tuli kan?."Tanya lelaki itu lagi.
"Iya!! Aku memang pelakunya. Siapa suruh bawa mobil ngebut dijalan komplek kayak gini. Anda tidak lihat, akibat perbuatan anda aku sampai basah kuyup kayak gini?." Sahut Nadin, mencoba menutupi kesalahannya.
"Kamu pikir baju kamu itu lebih mahal dari ongkos perbaikan mobilku heh?." Sahut pemilik mobil masih dengan nada tinggi.
Tuh kan bener, dia pasti minta ganti rugi, aku sangat yakin. Tuhan...tolong selamatkan aku.
Dan tiba-tiba, sang ojol pesanan Nadin datang tepat waktu. Do'a Nadin dikabulkan Tuhan. Malaikat penyelamatnya datang disaat yang tepat. Tanpa buang waktu, dia segera menaiki ojol itu.
"Maaf ya pak, saya gak sengaja. Nanti saya akan ganti kerugiannya, kalau saya punya uang dan kalau kita ketemu lagi. Kalau enggak, saya minta keridhoan bapak ya, anggap saja sedekah" Ucap Nadin pada pemilik mobil
"Mas..mas...cepetan jalan mas!! Ayo mas!! Titah Nadin sembari menepuk-nepuk punggung pengemudi ojol.
"Hey...hey jangan kabur hey." Teriak pemilik mobil itu, setengah berlari ingin mengejar Nadin, namun sayang dia tidak bisa mengejarnya.
"Cewek sialan." Maki lelaki itu, yang tak lain adalah Panji, si jaran goyang, eh bukan jarang ngomong.
Awas aja dia. Aku pasti akan menemukannya.
"Sudahlah man, ngapain harus diributin masalah kecil kayak gini? Gue janji, besok sore mobil lo sudah mulus kembali seperti sedia kala." Kata Adam, sahabat merangkap asisten pribadi Panji.
"Masalah kecil lo bilang? Mobil gue penyok, dan pelakunya malah lari dari tanggung jawab. Nggak bisa, gue nggak bisa terima ini. Gue paling benci orang yang lari dari tanggung jawab, sekalipun itu gadis kecil kayak dia tadi." Ujar Panji.
"Iya gue tau. Tapi kita juga yang salah. Tadi mobil ini, udah bikin dia basah kuyup. Itu juga kan gara-gara elo, yang suruh gue ngebut, jadi kecipratan air genangan kan dia. Wajar sih dia marah. Dan kalau menurut gue, dia lari karena dia takut. Mungkin dia tahu lo bakal minta ganti rugi, mungkin dia gak punya duit." Ucap Adam.
"Walaupun dia gak punya duit, harusnya dia jangan main pergi gitu aja. Minta maaf kek, atau apalah sebagai bentuk pertanggungjawaban dia. Gue minta lo jangan perbaiki mobil ini, sebelum lo bisa temuin gadis itu. Ngerti lo Dam." Pungkas Panji lalu masuk kembali ke mobilnya.
"Iya deh, terserah lo bapak Panji." Gumam Adam, lalu dia juga masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan mereka.
Mood panji memang sangat tidak baik sore itu. Untuk pertama kalinya dia kalah tender, ditambah kedatangan Jovanka ke kantornya, yang membuat emosinya semakin meledak-ledak. Apalagi setelah mendengar ucapan Jovanka, yang mengatakan kalau keluarga Panji dan keluarga Jovanka sudah menentukan tanggal pertunangan mereka.
Darahnya semakin mendidih mendengar hal itu. Dia tidak pernah menyukai Jovanka atau gadis manapun. Panji sudah berkali-kali menolak Jovanka, tapi gadis itu memang tidak punya kemal*an, eh tidak punya malu maksudnya.
Sore itu, Panji berniat ingin menemui kedua orangtuanya, untuk menegaskan sekali lagi, kalau dia tidak mau dijodohkan apalagi bertunangan, baik itu dengan Jovanka atau dengan gadis manapun.
"Lo kenapa sih Ji, kayaknya gak suka banget kalau orang tua lo, nyuruh lo berhubungan ama cewek? Apa lo udah gak suka sama cewek?. Jangan bilang lo suka sama gue, Ji. Karena lo gak akan bisa bikin gue hamil, dan gue gak bisa ngelahirin anak lo." Celetuk Adam.
Panji sama sekali tidak menanggapi ucapan Adam, dan Adam sudah terbiasa dengan hal itu. Adam tahu sekuat apapun dia menggoda Panji, dia tidak akan pernah tergoda apalagi tertawa.
Panji memang sering menampakan senyumnya dihadapan Adam, tapi tawanya, Adam sudah lama tidak pernah melihatnya.
"Kenapa sih, lo kayaknya susah move on dari si Vanesa? Padahal banyak banget cewek cantik yang ngejar-ngejar lo? Emang lo nggak pernah tertarik sama satupun dari mereka? Gue kok jadi curiga, jangan-jangan bener lo udah nggak suka ama cewek."
"Gue udah pernah bilang sama lo, jangan pernah sebut-sebut nama Vanesa lagi dihadapan gue, atau lo gue cip*k, mau lo?." Sahut Panji.
"Ya Tuhan, apa hamba-Mu ini bermimpi? Apa yang berbicara barusan itu benar-benar Panji si manusia dingin sedingin salju? Hamba sangat bersyukur seandainya dia kembali menjadi Panji yang dulu. Panji manusia aluminium, yang baik hati, tidak sombong, suka menolong orang dan juga membasmi kejahatan. Aamiin."
"Biar sekalian lo gue basmi." Sahut Panji
"Hahaha." Adam tertawa mendengar ucapan Panji. Dia senang karena merasa seperti mendengar Panji yang dulu.
𑁍𑁍𑁍𑁍𑁍
Maafkan aku wahai pemilik mobil mewah tadi. Aku tidak bermaksud kabur. Tapi aku yakin anda akan meminta ganti rugi. Aku tahu ongkos perbaikan mobil mewah seperti itu pasti sangat mahal, aku tidak punya uang sebanyak itu.
Gajiku satu bulan mungkin tidak akan cukup. Aku harap, kamu pemilik mobil itu tidak akan mencari ku. Lagian kenapa tadi aku harus melemparnya dengan batu sih? Kenapa nggak sekalian aja tadi aku lempar pake pot beton yang ada dipinggir jalan, dasar bodoh kamu Nadin.
ini semua gara-gara si kuda nil. Kalau saja dia tidak membuatku emosi, mungkin kejadiannya tidak akan seperti itu. Awas kamu. Batin Nadin,saat dalam perjalanan pulang
Jam setengah enam sore, Nadin tiba dirumahnya. Dia langsung mandi dan menganti bajunya. Hirlan sang adik, membuatkan minuman hangat untuk Nadin, karena Hirlan tahu kakaknya pasti kedinginan. "Nih kak, minum dulu." Ucap Hirlan.
"Terima kasih adik manis." Sahut Nadin. Setelah itu Nadin makan, lalu pamit pada Hirlan, karena dia akan membantu neneknya berjualan.
"Sebaiknya kakak istirahat saja, kakak kayaknya sangat capek, biar aku yang bantu nenek jualan malam ini." Saran Hirlan.
"Tapi kan kamu udah dari tadi bantuin nenek, sekarang giliran kakak."
"Gapapa kak. Kakak istirahat saja malam ini. Biar aku yang gantiin kakak. Lagipula besok aku libur." Ujar Hirlan.
"Libur?."
"Iya kak. Katanya semua guru akan mengikuti rapat di kantor dinas."
"Oohh, tapi kamu beneran gapapa kalau gantiin kakak?."
"Ya bener lah kak, asal nanti kalau kakak gajian jangan lupa traktir aku ya."
"Ah siaap." Sahut Nadin.
"Ya udah, aku ke warung sekarang."
"Eh Lan, ngomong-ngomong besok kamu bisa kan anterin kakak ke tempat kerja ?."
"Bisa kak, tapi gimana kalo ada polisi?." Kata Hirlan sedikit takut.
"Ya nggak gimana-gimana, orang tiap hari juga ada polisi kok dikantornya." Sahut Nadin.
"Aku kan gak punya sim kak, gimana kalau kita kena tilang?."
"Besok kita berangkat lebih awal, kakak yakin gak ada patroli kalau masih pagi."
"Oke deh kalo gitu." Sahut Hirlan, lalu pergi ke warung, membantu neneknya berjualan. Sedangkan Nadin pergi ke kamarnya, dan beristirahat.
Dia memang sangat capek hari ini, karena pekerjaannya dua kali lebih banyak dibandingkan hari-hari sebelumnya. Walau sebenarnya pekerjaannya masih sama saja, tapi gara-gara Nina menyuruhnya menyapu, membuat kerjaan Nadin yang biasanya mengalir one piece flow, tapi tadi siang kerjaan menumpuk diprosesnya, membuat dia harus bekerja ekstra cepat, agar proses selanjutnya tidak menganggur, karena menunggu kerjaan darinya.
Untungnya Nadin bisa dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menggunung, walau harus mendengar omelan bu Ratna. Dan untungnya lagi, ada yang membelanya tadi, dengan mengatakan kepada bu Ratna kalau Nadin disuruh menyapu oleh Nina, tapi bu Ratna malah semakin memarahi Nadin.
"Supervisor disini saya. Yang berhak menyuruh kamu itu saya, bukan Nina. Kenapa kamu nurutin dia?. Tugas dia hanya mengecek kualitas, bukan nyuruh-nyuruh operator, harusnya kamu tahu itu."
Kata-kata bu Ratna, masih terngiang jelas ditelinga Nadin, membuat Nadin serba salah.
Tapi kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan bu Ratna tadi bener juga. Si kuda nil kan bukan atasanku, kenapa juga aku harus nurutin dia.
Baiklah Nadin, mulai besok kamu nggak perlu dengerin dia. Yang harus kamu dengerin itu bu Ratna dan pak Sambaru. Kata Nadin dalam hati, lalu dia pun tidur.
Tbc🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
kyara manda
aku baca thor,,inget waktu kerja di garmen semuanya ada
2022-01-07
1
istiqomah 12345
thaor kyaknya ini cerita yg aq cr deh
aq ksh like sm ku masuki favorit ya thor
semoga g ngecewain ya endingnya nt
2021-08-14
1
Diniari
lanjut mom
2021-07-18
1