Selesai makan di restoran itu hari sudah beranjak siang.
Kemudian Clarissa mengajak Adrian pulang sebelum ibu panti mencarinya karena pulang terlambat.
" Rian, ayo kita pulang. sudah siang nih. nanti aku kesorean sampai di rumah." kata Clarissa.
" Baiklah, ayo kita pulang. jangan lupa membawa makanan yang ku pesankan tadi." jawab Adrian.
Setelah membayar semua makanan yang di pesannya, Adrian dan Clarissa kembali ke tempat mobilnya di parkir.
Mereka membangunkan sopirnya yang ketiduran di mobil karena kelamaan menunggu.
" Mang Ujang, bangun. kami mau pulang sekarang." kata Adrian sambil menggedor jendela mobil agar sopirnya terbangun.
Setelah menggedor kaca jendela mobil itu tiga kali, barulah sopirnya terbangun.
Segera saja ia membukakan pintu mobil untuk anak majikan dan temannya itu.
" Maaf den, mang Ujang ketiduran. habis ngantuk nunggu den Rian belanja." kata sopirnya Ujang.
" Iya gak apa-apa mang. gak usah takut gitu." kata Adrian.
" Kita kemana lagi den ?" tanya mang Ujang.
" Kita ke panti asuhan kemuning dulu sebentar mengantar temanku ini baru kemudian kita pulang." kata Adrian.
" Baik den. di mana letak panti asuhan kemuning itu den ?" tanya mang Ujang lagi.
" Aku juga gak tau mang, aku kan belum pernah kesana. tanya sama Clarissa dong mang." jawab Adrian.
" Betul juga kata den Rian, di mana panti asuhannya non ? tolong tunjukkan jalannya." kata mang Ujang.
" Dari sini lurus terus sampai simpang dua itu lalu belok kanan. maju sedikit lagi lalu belok kiri. stop di depan. kita sudah sampai." kata Clarissa.
" Yang mana panti asuhannya sih ? kok belum kelihatan." tanya Adrian.
" Dari pinggir jalan, kita masuk jalan kecil ini sejauh seratus meter." kata Clarissa.
" Alamak, jauh juga jalannya. jadi setiap hari kamu berjalan kaki ke sekolahmu sejauh ini ?" tanya Adrian.
" Iya, aku sudah biasa jalan kaki kok." jawab Clarissa.
" Pantas saja kaki kamu jadi besar gitu ya, gara-gara kebanyakan jalan." kata Adrian berkelakar.
" Apa kamu bilang barusan ?" tanya Clarissa pura-pura marah.
" Aku gak bilang apa-apa, iya kan mang ?" kata Adrian mencari dukungan dari sopirnya.
" Apa den ? saya tidak dengar apa-apa den." jawab sopirnya.
" Huh dasar mang Ujang tulalit. sudah sampai belum Risa ? aku sudah capek nih." kata Adrian.
" Nah, itu dia tempatnya sudah nampak. ayo cepat." kata Clarissa.
Akhirnya sampai juga mereka di panti asuhan kemuning.
" Assalamu'alaikum. Bu, Risa sudah pulang." kata Clarissa berseru memanggil ibu asuhnya.
" Wa'alaikumsalam. ada apa Risa teriak-teriak ?" tanya Bu Andini pengurus sekaligus pemilik panti asuhan kemuning.
" Ini Bu, ada teman Risa berkunjung. dia juga membawakan makanan ini untuk semua anak yang ada di sini." kata Clarissa.
" Wah, baik sekali kamu membelikan makanan untuk semua anak yang ada di sini. nama kamu siapa nak ?" tanya Bu Andini.
" Nama saya Adrian Bu, teman Clarissa. saya kemari karena mengantar Risa saja, sudah sore Bu. saya permisi pulang." kata Adrian.
" Baiklah, terimakasih banyak ya nak Rian." kata Bu Andini.
" Sama-sama Bu. Risa tadi mana Bu ? saya ingin pamit sekalian memberikan ini untuknya." kata Adrian sambil memberikan kotak berisi kalung mutiara hijau yang di belinya di pasar tadi.
" Dia mungkin sedang main dengan anak-anak yang lebih kecil di kamarnya. biar nanti ibu saja yang berikan kepadanya." kata Bu Andini.
" Kalau begitu baiklah, terimakasih banyak Bu." kata Adrian lalu pergi dari panti.
Ia dan mang Ujang segera pulang ke rumahnya.
Tidak lama kemudian Adrian sudah sampai di rumahnya.
Dia terkejut melihat mobil ayahnya sudah terparkir di garasi.
" Papa sudah pulang rupanya." gumam Adrian langsung menuju ke kamarnya.
Belum sampai ia di depan pintu kamarnya, ayahnya sudah memanggilnya.
" Darimana saja kamu hari ini Adrian ?" tanya papanya.
" Rian pergi ke pasar baru pa, membeli hadiah untuk ulang tahun mama." kata Adrian.
" Kalau begitu bersiaplah, kita akan pergi ke Inggris malam ini. mamamu sedang di rawat di sana. rumah sakit di sana adalah rumah sakit yang paling lengkap fasilitasnya untuk pengobatan mamamu. sebelum mulai pengobatannya, mamamu ingin bertemu denganmu." kata papanya.
" Baiklah pa, aku juga sudah rindu dengan mama." kata Adrian.
Ia segera pergi ke kamarnya untuk membereskan pakaian yang akan di bawanya ke dalam sebuah koper.
Selesai berkemas, Adrian memasukkan kopernya ke mobil.
" Aku sudah siap pa." kata Adrian kepada papanya.
" Baiklah, kita pergi sekarang agar tidak terlambat sampai di bandara.
Adrian dan papanya segera berangkat ke bandara di antar oleh mang Ujang.
flashback on.
Waktu Adrian berumur lima tahun, mamanya yang seorang dokter bedah di vonis menderita kanker rahim hingga membuatnya tidak bisa mempunyai anak lagi.
Walaupun ia sudah di operasi, ternyata sel-sel kankernya masih ada.
Dan sekarang penyakit kankernya sudah masuk stadium empat.
Seminggu sekali ia harus menjalani kemoterapi untuk membunuh sel kankernya.
Tetapi belakangan ini, mamanya sudah hampir menyerah dengan penyakitnya itu karena ia merasa tidak ada perubahannya.
Hanya karena permintaan papanya lah mamanya masih mau menjalani pengobatan di negara Inggris ini.
Flashback off.
Hari ini kebetulan adalah hari ulang tahun mamanya.
Jadi, hari ini mereka akan merayakannya bersama-sama.
Setelah sekian lama mereka hampir tidak pernah berkumpul sekeluarga karena kesibukan masing-masing papa dan mamanya.
Bagi mamanya, penyakitnya ini mungkin hukuman untuknya karena mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ibu.
Tetapi pekerjaannya sebagai dokter ahli bedah juga tidak bisa di tinggalkannya begitu saja.
Adrian dan papanya membawakan kue ulang tahun yang cukup besar untuk mamanya.
Mereka merayakannya di kamar perawatan mamanya di ruangan VVIP.
Keluarga itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama, setelah itu mamanya memotong kue ulang tahunnya dan di berikan nya sepotong untuk suaminya dan sepotong lagi untuk Adrian.
Setelah memakan kue ulang tahunnya, mamanya mengatakan ingin tidur karena sudah mengantuk.
Adrian dan papanya membiarkan mamanya tidur, lalu mereka juga beristirahat di sofa yang ada di kamar itu.
Mereka berdua tidak merasakan ada yang aneh dengan mamanya malam itu.
Baru setelah pagi hari ketika suster datang untuk memeriksa pasien, mereka jadi sangat terkejut mendengar suster mengatakan bahwa pasien sudah meninggal dunia.
Ternyata kemarin adalah perayaan ulang tahun yang terakhir untuk mamanya itu.
Seketika air mata Adrian mengalir dengan sendirinya tanpa bisa di tahan lagi.
Ia menangis tersedu-sedu di samping tubuh mamanya yang sudah dingin seperti es.
Hari itu adalah hari yang paling menyedihkan bagi Adrian dan papanya.
Setelah mengurus administrasi rumah sakit, Aditya dan papanya membawa jenazah mamanya kembali ke Indonesia.
Mereka akan menguburkan mamanya di kampung halamannya, di samping makam orang tua mamanya yang juga sudah meninggal semua.
bersambung....
Hallo readers, jumpa lagi di karya author yang kedua. tolong dong beri like dan komentarnya untuk karya author ini ya. terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments