Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Dunia Yang Berbeda

Alice Patricia tampak kepanasan, cuaca siang ini sangat terik. Dia menggulung lengan bajunya sampai ketiak, lalu mengambil sebotol air dan meminumnya. Airnya sedikit tumpah dari ujung mulutnya, kemudian Alice menyekanya dengan cepat.

Alice adalah seorang gadis yang langsing dengan bentuk wajah oval, hidung yang mungil, bibir yang kecil, bulu mata lentik dan mata yang bulat. Alice berkulit putih dengan rambut coklat panjang dan bergelombang, tingginya kurang dari 160cm, katakanlah dia gadis yang mungil.

Siang ini dia sedang sibuk melamun dibawah sebuah pohon sambil memainkan satu-satunya Hp jadul miliknya.

"Alice.. kemarilah.

"Bisakah kau membantuku?" suara wanita setengah baya memanggilnya.

Kemudian Alice pergi menghampirinya.

"Ada apa Bibi Anna? sudah selesai merajutnya?" Alice bertanya pada seorang perempuan yang Dia sebut Bibi Anna.

"Bisakah kau menelepon Kakakmu? Aku ada perlu dengannya." Tanya Bibi Anna sambil menyelesaikan baju hangat yang dirajutnya.

"Ok, aku akan melakukannya." Jawab Alice.

Tak lama kemudian Alice menelepon Kakak laki-laki nya yang bernama Hans.

Satu jam kemudian Hans datang kerumah Bibi Anna.

Alice kembali menghabiskan waktunya dengan melamun sambil memutar MP3 kesukaannya.

Alice sudah lulus SMA, dia sekolah dirumah karena Bibi dan Kakaknya tidak mengijinkan Alice keluar dari rumah seorang diri. Alice tidak mengetahui alasannya. Jika keluar atau ada keperluan maka Bibi atau Kakaknya yang ikut menemani. Sebenarnya keluarga Alice adalah keluarga bangsawan, namun karna Ayah dan Ibunya telah tiada, maka tidak ada lagi penghormatan untuk keluarga Alice yang miskin. Sekarang Alice tinggal bersama Bibinya, sedangkan Kakaknya bekerja dan tinggal diluar kota.

"Alice..

"Aku ada perlu denganmu, bisakah kita berbincang? " Tanya Hans.

"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan?" jawab Alice semangat.

"Alice..

"Maukah kau bekerja untukku? Aku memerlukan bantuanmu, tapi Aku ingin ini jadi rahasia Kita berdua saja. Apakah Kau sanggup?" tanya Hans.

Alice menutup mulutnya, dia sangat senang sekali kakaknya memerlukan bantuannya untuk bekerja, matanya melotot dan bibirnya tersenyum. Hans adalah seorang Agen rahasia pemerintahan, biasa mereka sebut sebagai mata-mata.

"Ok, aku mendengar kan." Jawab Alice dengan antusias.

"Dengarkan baik-baik..

"Aku tidak akan mengulangnya." Hans menengok ke kiri dan ke kanan. Dia tidak ingin ada yang mendengarkan pembicaraannya dengan Alice.

"Kau ingat kasus yang kemarin aku ceritakan? tentang seorang laki-laki yang kehabisan darah? aku ingin kau membantuku menyamar. Tapi ini sangat beresiko, aku takut kau akan terluka." Hans berkata dengan hati-hati.

"Aku senang sekali kau butuh bantuanku, kapan kita pergi?" tanya Alice.

"Aku akan menjemputmu, besok malam pukul 7. Kau harus bersiap." Kemudian Hans pergi meninggalkan Alice yang penuh dengan pikiran nya sendiri.

* * *

Keesokan harinya Alice telah bersiap. Dia terus melihat ke arah jam dinding dan melihat Hp nya, berharap Kakaknya akan menelepon atau sekedar mengabari.

Tepat pukul 7 malam, terdengar suara mobil diluar, Alice berlari keluar rumah. Kakaknya membukakan pintu mobil, dan kemudian Alice masuk dengan cepat. Dia tidak mau Kakaknya berubah pikiran dan membatalkan rencana yang telah disetujui.

"Alice, mau kemana?" Bibinya bertanya.

"Hans mengajakku makan malam, Aku akan pulang sebelum tengah malam. " Jawab Alice.

Dalam perjalanan tidak ada seorang pun yang berbicara. Hans memang tipe orang yang pendiam, diam bukan berarti dia tidak peduli. Hans memikirkan rencananya berulang dalam kepalanya. Dia takut Adiknya akan mengalami kesulitan dan berada dalam bahaya.

"Alice, aku bertanya sekali lagi, apakah kau benar-benar ingin membantuku? " tanya Hans khawatir.

"Aku ingin membantumu, aku berjanji aku akan berhati-hati" Alice menjawab kekhwatiran Hans dengan tenang.

Satu jam kemudian mereka sampai disebuah tempat yang asing. Di sana terdapat sebuah Bar yang cukup besar. Namun tempat ini tampak mewah. Dua orang berbadan tinggi, berpakaian hitam dan mengenakan kacamata berjaga di pintu masuk. Sesekali mereka membetulkan earphone yang terpasang di telinganya. Suasana tampak tenang diluar.

Alice merasa tegang, jantung nya berdegup lebih kencang, tangannya dingin. sebenarnya ini bukan kali pertama Alice membantu Hans, tugasnya merekam secara diam-diam kegiatan yang berlangsung. Namun tempat kali ini berbeda dan ini tampak lebih berbahaya. Hans terlihat lebih gugup, dia terlihat merasa menyesal telah membawa adiknya ketempat seperti ini. Dia merasakan bahaya akan terjadi jika membawa adiknya masuk.

"Alice, ayo kita batalkan saja rencana hari ini" ujar Hans.

"Ayolah Hans, kita sudah sampai, jadi jangan dulu pulang, mari kita lakukan, aku berjanji akan berhati-hati. " Jawab Alice.

"Baiklah Alice.. tapi ingat, ini rahasia, kau mengerti maksudku bukan?" Hans mengingatkan.

Kemudian Hans dan Alice memasuki Bar itu. Hans mengatakan pada penjaga bahwa Alice adalah tunangannya, dan dia sudah dewasa. Penjaga terus memperhatikan Alice, bagi mereka Alice terlihat masih dibawah umur dan tidak pantas ada ditempat ini.

Setelah agak lama akhirnya mereka membiarkan Hans dan Alice masuk. Hans tampak lega namun Alice semakin tegang.

Ketika mereka masuk tercium aroma minuman keras, suasana tampak remang, tempat ini sangat high level, didominasi warna ungu, lantai marmer dan cahaya temaram.

Terdengar alunan musik yang tenang. Seorang Pramutama memberikan 2 buah topeng kepada Hans dan Alice. Kemudian mereka menggunakannya. Hans tampak tegang, dia terus *** tangan Alice yang mungil.

"Aww.. Hans, bisakah kau melepaskan tanganku?" Alice berbisik.

Hans adalah tipe orang yang tenang dimanapun dia berada, namun sekarang berbeda.. yang bersama dia disini adalah adiknya.

"Tidaklah kau melihat? mereka menatapmu!!" Hans menjawab.

Alice memutar kepalanya, melihat siapa yang melihatnya. Ada 5 pasang mata yang terus-menerus melihatnya tanpa menyembunyikan sikap sama sekali. Alice menjadi sedikit gelisah.

Setelah beberapa saat, pintu Bar terbuka. Seseorang memasuki Bar perlahan. Alice tak mampu menurunkan pandangannya. Matanya seakan terhipnotis pada sosok yang baru saja memasuki tempat itu. Pria itu tinggi, lebih tinggi dari Hans, mungkin sekitar 189cm. Rambutnya hitam pekat seperti malam. Warna matanya merah seperti darah, sorotan matanya mengatakan bahwa dia adalah seorang yang berbahaya, bibirnya tersenyum tipis. Wajahnya sangat tampan bahkan lebih dari sekedar tampan. Dia memancarkan aura yang membuat siapa saja yang melihat tidak akan bisa berpaling darinya. Matanya berkeliling mencari sesuatu, kemudian Pramutama dengan sopan menyerahkan sebuah topeng. Tapi Alice tau dia tidak akan pernah melupakan sosok dingin itu meskipun dia memakai topeng sekalipun.

Dia duduk tepat disebelah Alice, tercium aroma yang lembut dari badannya dan Alice menyukainya namun Alice merasa tidak nyaman mereka duduk terlalu dekat.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu? " Pramutama bertanya pada sosok yang baru datang.

"Satu Cocktail.."

Pramutama meracik dan memberikan minuman padanya. Hans semakin erat memegang tangan Alice. Alice mengerang "Arhg .." suaranya cukup keras sehingga menarik perhatian pria disebelahnya.

"Nona, apakah ada masalah?"

Suaranya berat dan berbisik, membuat Alice terlonjak kaget, kemudian Hans melepaskan tangannya.

Alice terdiam, dia tidak mampu menjawabnya, jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengalir di punggungnya, dia gemetar takut penyamarannya terbongkar. Dengan terbata-bata dia menjawab.

"..hmm, aku baik-baik saja.." jawab Alice.

Pria disebelahnya tersenyum misterius, kemudian dia menyentuh lengan Alice. Sentuhannya menyebarkan sensasi yang dingin, membuat Alice terlonjak untuk yang kedua kalinya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, dia kemudian menggenggam tangan Alice. Sadar Alice terlalu dekat dengan Pria itu, Hans kemudian berdiri.

"Sayang, maukah kau berdansa bersamaku?" tanya Hans. Pria itu kemudian melepaskan tangannya namun tetap melihat Alice tanpa menurunkan pandangnya. Dia tersenyum penuh misteri. Alice berdiri dan berdansa bersama Hans. Dia sedikit lega Hans menyadari kekhawatirannya.

"Terimakasih.." ujar Alice.

"Sama-sama. Alice bisakah kau mulai merekam semua kejadian dimulai dari sekarang?" tanya Hans.

"Baiklah.." jawab Alice singkat.

Kemudian Alice menyalakan kamera yang terdapat di kalungnya. 'Klik.. dan dia berkeliling ruangan. setelah merekam semua orang yang ada disana, dia ijin untuk pergi ke toilet.

Alice berjalan menyusuri lorong yang gelap, kemudian dia menemukan toilet di ujung lorong sebelah kanan, namun pandangannya tertuju pada sosok laki-laki yang duduk disebelahnya, dia menyandarkan seorang wanita ke tembok.

Wanita itu tampak pasrah dengan apa yang akan terjadi, kemudian lelaki itu membuka mulutnya, terlihat 2 taring kecil yang tajam, lalu terjadi begitu cepat.

'Ahhh..

Terdengar suara dari wanita itu. Tidak lama kemudian wanita itu terbakar dan berubah menjadi abu. Dengan cepat Alice membekap mulutnya.

Jantungnya berdegup dengan kencang, semua adrenalin dalam tubuhnya bereaksi, dia tidak mampu berdiri.

'Bruuuk!!

Alice ambruk karena terlalu shock dengan apa yang baru saja dia lihat. Kemudian dia mematikan rekaman, tepat setelah sosok laki-laki itu berdiri didepannya.

"Halo. ."

"Adakah yang bisa saya bantu nona?" ujarnya dingin.

Lelaki itu kemudian membantu Alice berdiri, merapikan rambut Alice yang berantakan dan membelai pipinya.

"Kau terlihat terkejut, apakah kau melihat sesuatu yang tidak seharusnya?" dia bertanya tanpa mendesak Alice.

Tangannya terus membelai pipi Alice, kemudian membelai tengkuknya, Alice bergidik.

"Tidak Tuan, saya hanya sekedar lewat saja, permisi.."

Lelaki itu tidak membiarkan Alice lewat dengan mudah, dia menarik tangannya dan Alice berputar dan masuk kedalam pelukannya.

Sensasi dingin menyebar ditubuhnya. Dia bergetar dengan hebat, jantungnya tak kuasa menahan lonjakan kaget bersamaan. ini adalah kali pertama Alice berdekatan dengan Pria selain Kakaknya.

"Ada apa? apakah kau takut padaku? aku tidak akan menggigitmu jika kau tak bersalah." Pria itu kemudian melepaskan topeng Alice.

Sesaat kemudian dia terkesima dengan wajah dibalik topeng yang dikenakan Alice. Dia terdiam, sehingga Alice merasa tertekan.

"Kembalikan topengku, tolonglah.." Alice memohon.

Air mata tampak akan menetes, pria itu membelai wajahnya, menyebarkan sensasi dingin dipipinya, membelai rambutnya, matanya, bibirnya, wajahnya semakin dekat dengan wajah Alice, dia memegang dagunya dan perlahan mendekatkan bibirnya ke bibir Alice. Alice tidak tau apa yang terjadi dan dia tidak sempat menolak karena terjadi begitu cepat. Alice mendorong, namun tenaga seorang gadis mungil tidak dapat merubah apapun, pria itu terus menciumnya, membuka bibir Alice dengan lidahnya, mencari lidah Alice dan menariknya dengan bergairah. Tangannya mengelus punggungnya, masuk kedalam blouse yang Alice kenakan, Alice kaget dan menangis.

"Tolong berhenti, aku mohon..."

"Ahh.. apakah kau tidak menikmati nya? ingin ketempat yang lebih baik? " pria itu berkata dengan dingin.

"Tidak tolonglah.. aku sudah punya kekasih, kekasihku menunggu, jika tidak segera kembali dia akan mencari ku, tolonglah.." Alice memohon.

Pria itu tidak menghiraukan keluhan Alice dia tetap tidak membuat Alice pergi. Dia mendekap Alice begitu erat.. matanya menatap Alice.

"Tidak bisakah kau tetap bersamaku?" tanyanya.

"Aku harus pergi.. kumohon.." Alice tetap ingin pergi.

"Bisakah kau mengingatku? panggilah namaku." ujar Pria itu.

"Aku tak tau namamu..."

"Namaku Gara.." jawab Gara cepat.

"Panggil aku.. " Gara mengulang keinginannya.

Alice terdiam, dia tidak menyangka akan mendengar namanya. Gara.. nama yang terdengar tidak asing, dimana dia pernah mendengarnya. Alice bingung, ekspresi nya berubah. Gara memandang Alice, mendekatkan wajahnya dan mencium Alice kembali. Alice tidak menolak, dia bingung dengan tubuhnya sendiri, seakan dia di khianati oleh dirinya sendiri. Gara menciumnya dengan begitu dalam, membelai rambut Alice, membuka kancing baju Alice, mencium lehernya dan mencium dadanya dengan lembut. Alice kaget dengan perubahan yang terjadi, dia menjauh.

"Gaara..." Alice menyebut namanya dengan ragu.

"Aku harus pergi.." Alice mengulangi kalimat itu dalam hatinya, dia tidak siap dengan apa yang terjadi begitu cepat, dia melihat Gara. Gara menatapnya dengan lembut. Gara memegang tangan Alice.

"Nona.. siapakah namamu..." Gara bertanya.

Alice bingung harus menjawab apa, dia takut rahasianya terbongkar. Gara menatap nya.

"Aku tak akan menggigitmu..." ujar Gara.

"Aku ... aku..."

Alice berlari dengan cepat menuju kakaknya, kemudian dia mengajak Kakaknya pulang. Alice melihat kebelakang, dan Gara hanya tersenyum.

Alice membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa, kepalanya hampir terbentur atap mobil. Jantungnya masih berdegup kencang, dia membayangkan adegan tadi berulangkali dalam kepalanya. Nafasnya belum bisa terkontrol. Dia memejamkan matanya, mencoba tenang dan mengatur detak jantungnya. Hans tidak bertanya apa-apa. Dia membiarkan Alice tenang terlebih dahulu. Mobil melaju dengan kecepatan penuh dan pulang menuju rumah Bibi Anna.

Alice membuka pintu mobil dan masuk kedalam rumah, dia berlari seakan menghindari tatapan Hans. Alice tau dia tidak bisa berbohong pada Hans. Alice memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Bibi Anna bertanya pada Hans mengapa Alice mengunci pintu dan bahkan tidak menyapanya. Hans hanya diam tidak menjawab. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Hans, Bibi Anna mengetuk pintu dan bertanya, namun.. tidak ada jawaban.

Alice menutup wajahnya, dia berharap semua itu hanya mimpi yang akan membuatnya bangun. Namun, itu adalah kenyataan yang harus dia hadapi. Dia terus mengulang adegan yang terjadi di Bar, ketika Gara mencuri ciuman pertamanya, dia kesal. Begitu banyak bayangan tentang ciuman pertama yang romantis bersama seseorang yang dia cintai namun yang terjadi malah diluar dugaannya. Dia bersumpah tak ingin lagi kembali bertemu dengan Gara.

Setelah tenang Alice menemui Hans dan menyerahkan rekaman dalam kalungnya. Hans ingin bertanya apa yang terjadi namun dia mengurungkan niatnya. Hans menyadari bahwa Alice tak ingin mengatakan apapun tentang yang terjadi. Hans bersyukur Alice bisa pulang kerumah dengan selamat.

Terpopuler

Comments

Inyhhlstryyy

Inyhhlstryyy

Klw Alice tingginya segitu di katakan mungil, apa kabar denganku yang tingginya hanya 154 cm

2023-01-14

1

Anna Joanna John

Anna Joanna John

a

2022-03-29

0

Alikayus

Alikayus

setelah"pesona sang perompak"aku mampir kesini Thor taa kasih like tiap bab nya ma favorit..

2021-07-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!