Hasrat Yang Tak Terbendung

Dia berjalan semakin dekat ke arah Alice, Alice tidak merasa curiga sedikitpun. Disisi lain Wiliam terlihat tegang, dia melihat sepupunya tertarik melihat ke arah Alice.

Alice melihat lelaki yang terus memandanginya itu mempunyai warna rambut pirang dengan 2 warna mata yang berbeda, dia dapat merasakan aura yang sama dengan William. Namun Laki-laki ini terlihat sedikit lebih berbeda.

"Halo William..

"Siapakah Gadis ini?" Tanya Luca penasaran.

"Halo Luca, Aku sedang mengantar tamu." William ingin mengakhiri pembicaraan dengan Luca, namun terlambat, Luca menyadari bahwa Alice memiliki aroma yang memikat, dia menyentuh rambut Alice dan mencium wanginya.

Alice berlindung dibelakang William.

"Aroma yang memikat.. siapa namamu Gadis?" Tanya Luca.

"Dia sedang buru-buru Luca, nanti saja berbicaranya." William mengakhiri pembicaraan sepihak lalu dia menarik tangan Alice dengan paksa.

Terlihat Luca tersenyum penuh arti dari kejauhan.

Jantung Alice berdegup kencang, keringat mengalir deras di punggungnya, tangannya terasa sakit karena William terlalu erat memegangnya. Namun Alice terlalu takut untuk bicara. Alice tidak menyadari bahwa kakinya terluka saat berjalan terlalu cepat. Dengan cepat aroma darahnya memenuhi aula. Pesta yang tadinya penuh senyum dan tawa berubah menjadi bencana.

Semua mata tertuju pada Alice, William diam terpaku. Dia mencoba menahan gejolak hasratnya untuk meminum darah. Dari kejauhan Gara mencium aroma darah Alice, dengan cepat dia mencari keberadaan Alice. Alice bingung dengan tatapan semua orang, dia mencoba mencari perlindungan, namun sia-sia, semua mata terlihat kelaparan dan mereka mulai menunjukan taringnya, Alice merasa tubuhnya tiba-tiba terasa lemas dan akan terjatuh dengan cepat.. namun, tepat pada saat itu Gara datang dan menopang tubuh Alice.

* * *

Saat terbangun Alice bingung, dia berada ditempat tidur yang tidak dikenalnya. Ruangan itu gelap dan hanya bercahaya kan cahaya bulan. Bulan malam ini terang seperti lampu yang berpijar.

Alice melihat sekeliling, seseorang berdiri tepat didepan jendela, dia tersenyum. Terlihat taring putih yang berkilau dan matanya yang merah seperti darah. Alice tau lelaki itu adalah seseorang yang dia kenal. Gara, nama itu muncul dengan cepat dalam benaknya. Terlihat perban putih melilit pergelangan kakinya yang terluka. Alice merasa tenang.

Gara berjalan mendekat, Alice masih lemas dan tidak bisa bergerak. Gara membelai rambut Alice dan mencium keningnya dengan lembut. Alice tidak melakukan penolakan, dia merasa damai dan bahagia bisa melihat Gara lagi, sesaat dia lupa keberadaanya di istana.

"Alice.. apakah kau merasa lebih baik?" Tanya Gara lembut.

"Aku baik-baik saja Gara.. terimakasih." jawab Alice.

Muka Alice memerah, dia sadar hanya berduaan dengan Gara. Dia kembali memikirkan ciumannya saat pertama bertemu di Bar saat itu.

"Alice, mukamu memerah, apa Kau demam?" Gara menyentuh kening Alice dengan keningnya yang dingin. Alice bergidik.

"Ahh.. maaf, tidak, tidak aku baik-baik saja." Jawab Alice dengan cepat (Apa yang kau pikirkan Alice, dia Vampire bagaimana mungkin kau membayangkan dirimu sedang bercumbu, dasar bodoh..!) ucap Alice dalam hatinya.

Mereka saling bertatapan cukup lama, setelah itu terdengar suara perut seseorang.

"Grrrmble ..."

"Perut bodooh!!" Gumam Alice.

Gara tertawa pelan, dia menatap wajah Alice yang berubah menjadi merah lagi.

"Alice kau yakin tidak sakit?" tanya Gara lagi.

"Aku baik-baik saja, berhentilah mengkhawatirkan ku Gara!!" Alice merasa sangat malu sekali, ingin rasanya dia menghilang saat itu juga.

Gara berdiri kemudian membuka pintu.

"Dean.. bawakan makanan untuk Nona Alice." Gara berbica pada Dean yang berdiri tepat didepan pintu.

Dean pergi kedapur membawa makanan untuk Alice.

"Apakah Tuan Muda memang perhatian seperti itu terhadap wanita?" Dean berpikir dengan keras.

Dengan cepat Dean membawa makanan yang cukup untuk 2 orang.

"Tuan muda, ini makanan yang anda minta." Dean menaruhnya diatas meja.

"Terimakasih Dean.." Ucap Alice dengan pelan.

Dean hanya mengangguk dan pergi keluar.

"Kukira nama pelayanmu Sebastian.." Gumam Alice.

"Kau terlalu banyak membaca komik Alice.." Gara menjawab dengan sarkasme.

"Memangnya kenapa dengan komik? Aku lebih suka membaca komik dari pada keliaran tidak jelas." Jawab Alice.

Gara diam dan berpikir.

"Ah, tentu saja.

"Lantas, apakah ada komik Vampire yang Kau baca?"

"Hmm..

"Aku mempunyai beberapa seri tentang vampire kurasa."

"Tentu saja kau membacanya, Aku ingat Kau bertanya tentang bawang putih."

"Yaaa, mereka mengatakan jika vampire takut bawang.

"Aku mengetahuinya dari komik yang kubaca."

"Kurasa, mereka mencoba membodohimu."

"Aku tidak percaya 100% Kau tau, Aku hanya sedikit penasaran." Alice tertawa dan mengambil sepotong kue dan memasukannya kedalam mulut lalu mengunyahnya dengan lahap.

"Tentu saja Kau begitu.

"Ok, sekarang aku benar-benar tidak paham, jadi apa yang kau lakukan di Bar malam itu Alice?" Gara kembali bertanya dengan curiga.

Kue yang Dia pegang terjatuh. Alice terdiam, Dia tidak mengatakan sepatah katapun, Dia tetap bungkam. Gara menyerah, Dia tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali malam ini.

"Baiklah Alice, untuk sementara Aku menyerah. Kau boleh merasa lega sekarang." ujar Gara.

Air muka Alice berubah lebih cerah, sekarang dia terlihat tersenyum dan dapat menyantap makanan lagi dengan lahap.

"Galaa.. Kau mahuu ini? " Tanya Alice dengan mulut penuh makanan.

Apa yang sebenernya gadis bodoh ini pikirkan, ucap Gara dalam hati.

"Boleh aku mencicipi?" Tanya Gara kemudian.

"Boleh...silahk.." Belum selesai Alice menyelesaikan kata-kata nya, Gara menyela.

"Darahmu." ucap Gara.

"Tidak Gara, aku sekarang tidak enak, badanku kecil, rasa darahku pahit, bagaimana jika darahku mengandung racun? apa yang akan terjadi?" Alice membujuk Gara.

"Terlambat Alice, aromamu sudah meracuniku sejak awal, aku tak akan teracuni lebih dari ini." Jawab Gara.

Alice pura-pura tidak mendengar apapun, dia terus makan dengan lahap. Gara tersenyum, dia menyukai semua hal yang Alice lakukan. Alice terlihat berantakan, namun tetap cantik di mata Gara.

Setelah semua makanan habis, Alice kembali melihat Gara.

"Sudah selesai? Apakah sekarang aku menarik bagimu?" Tanya Gara.

"Kenapa?? Aku sudah kenyang, terimakasih Dean.." Seru Alice.

"Aku yang menyuruh Dean mengambil makanan untukmu, mana ucapan terimakasih untukku?" Gara menjawab dengan pertanyaan.

"Baiklah, terima kasih Gara.." Alice tersenyum puas.

Gara memandang Alice dengan tatapan lembut.

"Alice, mana hadiahku?" tanya Gara.

"Apa yang kau inginkan? aku hanya orang miskin, Kau tidak akan mendapatkan apapun meskipun menculiku." Jawab Alice percaya diri.

"Alice, Kau tau apa yang lebih kubutuhkan.." Gara tersenyum, terlihat Kilauan taring keluar dari bibirnya yang sexi.

Alice merinding, Dia ketakutan. Alice tanpa sadar memegang lehernya dan berlari kesebrang ruangan.

"Garaa, tolong jangan lakukan itu. Bagaimana jika aku mati? aku masih belum bisa mengabulkan keinginan orang tuaku!!" jawab Alice.

"Alice, Kau terlihat bodoh. Mengapa kau menutup lehermu?" Tanya Gara dengan polos.

"Kau.. kau akan menggigit leherku kan? Kau akan membuatku menjadi abu!!" jawab Alice.

Gara hanya tertawa mendengar Alice ketakutan. Gara mendekati Alice, dia memeluk tubuhnya dengan erat, menghirup rambutnya, namun Alice tidak menolak nya.

"Alice, Aku minta sedikit saja, Aku tidak akan menggigit lehermu dan membuatmu menjadi abu, bagaimana jika jarimu, aku akan menghisapnya dengan pelan..

"Aku berjanji.." Gara membujuk Alice.

Alice berpikir cukup lama.

'Gara menyelamatkan ku, dia memberiku makan, mungkin setetes darah tidak akan membuat ku mati' ucapnya dalam hati.

"Oke.. jangan membuatku mati Gara, ingat setetes saja." Jawab Alice.

Gara membawa Alice ke tempat tidur, membuatnya duduk dalam posisi nyaman, kemudian Gara memasukan jari Alice yang kecil kedalam mulutnya.

"Uuhh.." Alice mengerang.

Gara menghisapnya dengan perlahan, darah Alice terasa manis dilidah Gara, Alice merasakan badannya panas.

"Aahh.. Garaa.."

Gara berhenti menghisap jarinya dan mencium Alice dengan cepat. Bibir Gara membuka bibir Alice, memasukan lidahnya, menjelajahi setiap inci mulut Alice.

Tangan Gara membelai rambut Alice, mengusap punggungnya dengan lembut, jemarinya yang dingin membuat tubuh Alice rileks. Bibir Gara menjelajahi telinga Alice, tangannya membuka Gaun yang Alice kenakan dengan cepat.

"Nngg..Garaa"

Alice menjerit ketika Gara menghisap Payudaranya dengan lembut. Gara mencium bibir Alice, membuat Alice susah bernafas.

"Garaa.. ku mohoon Gara..." Seru Alice.

Gara terdiam, dia kembali mengontrol emosinya.

"Alice.. Alice ku yang manis.. panggil namaku sayang.." Gara memohon.

"Garaaa..

"Garaa...

"Kumohon Garaa.. berhentilah.." Alice memohon untuk kedua kalinya.

Kemudian Gara benar-benar berhenti, dia mencium kening Alice dengan lembut. Alice masih mengatur nafasnya, jantungnya berdegup dengan kencang.

Setelah lebih tenang, Alice menatap mata Gara. Disana terlihat penyesalan. Mata merahnya terlihat sedih.

"Alice.. maafkan aku.. Aku tidak bisa mengontrol keinginan ku Alice." Gara merasa menyesal.

"Gara.. aku baik-baik saja, Kau lihat? Aku tidak mati " Alice tersenyum dengan tulus. Tanpa ragu-ragu Gara memeluknya dengan erat.

"Garaa! itu sakiit, kau tau badanmu seperti besi, itu menyebalkan!!" Alice menggerutu.

Gara melepaskan Alice dengan enggan. Alice merasa sedih ketika Gara melepaskan pelukannya, refleks Alice memeluk Gara kembali, Gara kaget dan senang bukan main. Kali ini Gara memeluknya dengan lembut.

Setelah Alice cukup tenang, Gara membawa Alice menemui Raja. Alice berjalan berdampingan bersama Gara, semua mata memandang ke arah Alice, pandangan mereka penuh rasa iri.

Banyak suara-suara yang terdengar ditelinga Alice 'Siapa wanita itu? mengapa tercium aroma aneh padanya? ah sepertinya darahnya segar seperti wajahnya, siapa wanita itu? apakah dia bangsawan.

Suara-suara tersebut membuat Alice gugup.. dengan cekatan Gara memeluk pinggang Alice dengan lembut.

"Alice.. tenanglah.. aku akan melindungimu, kau tidak usah gugup, tenanglah.." Gara mencoba menenangkan Alice.

Alice menjadi tenang, degup jantungnya stabil, dan dia bisa bernafas dengan normal. Paduka Raja telah menunggu kedatangan Alice.

"Salam hormat Saya yang Mulia." Alice menundukkan kepalanya dengan hormat.

"Alice..anakku, kemarilah.." Raja memberikan perintah.

Semua orang yang melihat maupun mendengar merasa takjub, ada pula yang benci melihat manusia berada di istana. Bahkan segerombolan perempuan bangsawan terang-terangan merasa jijik melihat Alice yang tidak diketahui asal-usulnya itu.

Alice mendekat, dia menunduk tidak berani menatap yang Mulia Raja.

"Alice, adakah yang ingin kau tunjukan kepadaku?" Tanya Raja.

Alice dengan sigap memberikan sepucuk surat berlambang kerajaan berwarna merah darah. Gara melirik ke arah Alice. Tampaknya Alice tidak mengerti maksud dan tujuan dari surat tersebut.

"Alice.. Kau harus menikah dengan salah satu anakku." Ucap sang Raja spontan.

Semua orang yang mendengar terperanjat. Raja dengan terus terang melamarkan Alice untuk anak-anaknya.

Terpopuler

Comments

Jan ngadi²🐊

Jan ngadi²🐊

Ha gmna? Alice Vampire juga?

2020-12-14

2

Sumiyati

Sumiyati

ini keluarga kerajaan vampir semua ya thor

2020-03-20

5

Hanik Suyanti

Hanik Suyanti

ak suka ceritanya

2020-02-26

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!