Alice melamun lagi, ini kali ke 5 hari ini Bibi Anna harus menegurnya. Pikiran Alice terombang-ambing kesana-kemari. Dia menatap langit, menghela nafas dengan berat.
Alice mengikat dengan asal rambutnya yang panjang. Sebagian rambutnya yang pendek tidak ikut terikat dan dibiarkan. Dia tampak berantakan, namun itu membuatnya terlihat sexi, tentu saja Dia tak menyadarinya.
Alice menatap layar Hpnya yang berlampu biru. Dia tidak seperti kebanyakan wanita pada usianya yang sering keluar untuk sekedar bermain atau berpacaran. Alice lebih suka menghabiskan waktunya dibelakang rumah sambil melihat langit dan mendengarkan musik lewat Hpnya.
Udara hari ini tercium wangi tanah, pagi tadi turun hujan pertama dibulan ini. Alice menyukai wanginya, dia berulang kali menarik nafas dengan penuh senyuman diwajahnya. Kemudian Alice kembali melamun. Dia teringat kembali wajah Gara, rambut dan matanya, sentuhannya yang dingin dan ciumannya yang bergairah.
"Aku pasti sudah gila. Ini pasti karena ciuman itu, Aku bukan jatuh cinta, ini pasti karena Dia memaksaku bukan berarti Aku mau." Alice bergumam. Dia berulang kali mengatakan hal tersebut.
Waktu terus berputar, namun Alice tetap tidak beranjak dari posisinya, mungkin jika Bibi Anna tidak menariknya dan memaksanya untuk makan, Alice akan tetap berada disana dengan lamunan yang lebih tidak masuk akal.
Setelah makan malam selesai, Dia membersihkan meja dan mulai mencuci seluruh piring kotor, lalu kemudian pergi mandi air hangat dikamarnya.
Malam itu hujan mulai turun lagi, wangi tanah yang berhasil membuatnya membuka jendela kamar. Dia mengambil headset dan memutar MP3 dari Hpnya. Tanpa sadar dia bergumam.
"Gaara..."
Terdengar suara angin masuk kedalam kamarnya, Alice terkejut dengan apa yang kemudian terjadi. Dia melihat sosok laki-laki yang dirindukannya tepat berdiri didepan matanya.
Gara menatapnya dengan penuh misteri. Warna matanya merah dan rambutnya hitam seperti gelapnya malam. Gara berpakaian hitam dengan gaya yang sangat eksentrik. Dia tersenyum dan mendekati Alice yang terlihat terkejut.
Alice mengedipkan matanya berkali-kali, dia berharap ini bukan mimpi. Dia menyentuh Gara hati-hati dengan tangannya yang mungil. Alice menengadah melihat mata Gara, ada perasaan aneh dalam hatinya yang tidak bisa diungkapkan, Alice menyentuh rambutnya perlahan, dia masih tidak percaya dengan kenyataan yang dilihatnya.
"Gaara..." Alice bergumam kembali.
Entah mengapa sekarang dia tidak merasa takut sama sekali dengan sosok Gara yang berada dekat sekali dengannya. Alice terdiam, menikmati setiap momen yang Dia rasakan. Menghirup aromanya dalam-dalam seakan-akan takut akan kehilangan sosok itu lagi.
Gara membelai rambut Alice, Dia merasakan perasaan yang tidak pernah Dia rasakan sebelumnya. Dia menunggu saat-saat ini, berharap Alice akan memanggil namanya, namun tidak kunjung juga. Saat rasa frustasinya datang, tiba-tiba tubuhnya tertarik pada suatu tempat, dan disinilah Dia berada sekarang, tepat di depan Alice.
"My dear.. mengapa lama sekali kau memanggilku.." Gara berkata.
Alice masih terdiam, belum mengerti apa yang terjadi, kemudian dia tersadar dan menjauh.
"Garaa!! mengapa Kau ada disini? lewat mana Kau masuk? ini lantai 2 Kau tau?! dan.. apa-apaan pakaian itu? apakah Kau sedang bercosplay?" tanya Alice dengan membabi-buta.
Tanpa sadar Alice membekap mulutnya dengan cepat dan berharap Bibi Anna tidak mendengar apa yang dia katakan sebelumnya.
Gara tersenyum, membelai rambut Alice dan mencium keningnya. Tidak tampak penolakan dari Alice, lalu kemudian Gara memeluknya dengan lembut.
"Apakah pakaianku seaneh itu My Dear??" tanya Gara.
"Berhentilah memanggilku My Dear My Dear!!" jawab Alice ketus.
"Baiklah My Dear, Aku ingin tau namamu kalo begitu.." tanya Gara.
"Kau bisa melompat ke lantai 2 dan berpakaian aneh tapi Kau tak bisa menebak namaku??" jawab Alice.
"Ayolah My Dear Aku bukan pembaca pikiran Kau tau" Gara tertawa.
"Jadi kau itu apa?" tanya Alice penasaran.
"Baiklah Aku akan memberi tahumu tapi sebelumnya kau harus memberi tahu namamu dulu.'' jawab Gara senang.
Alice ragu-ragu untuk menjawab, namun pada akhirnya dia mengatakannya.
"Hmm.. Aku Alice" jawab Alice singkat.
Gara tersenyum dan memanggil namanya.
"Alice... seperti Alice in Wonderland? " tanya Gara bercanda.
Alice kesal dan memukul Gara dengan kencang, tapi perbuatannya itu malah menyakitinya.
"Awww.." Alice menjerit.
Gara terlihat khawatir.
"Kau baik-baik saja Alice??"
"Apakah Aku terlihat begitu? kenapa Aku yang merasa sakit? sudah jelas-jelas Aku memukulmu, apakah kulit mu sekeras baja? itu menyebalkan!!" gumam Alice kesal.
Gara tertawa senang, dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan gadis mungil ini. Pandangan mata Gara melembut, dia mendekati Alice dengan cepat, membelai rambutnya dengan lembut. Alice tidak menunjukan penolakan terhadap perlakuan Gara, dia menatap Gara penasaran dan bertanya.
"Garaa..kenapa kau bisa ada disini? kenapa pakaianmu begitu? diluar hujan tapi kau tidak basah, kau itu apa?" tanya Alice.
Gara tersenyum, dia memandang Alice.
"Alice, Kau tau Aku apa, apakah Kau sudah melupakan kejadian malam itu??" tanya Gara.
Alice berpikir, dia mencoba mengingat apa yang terjadi malam itu, kemudian dia tersadar bahwa Gara adalah seorang yang berbahaya, dan bodohnya dia, dia hanya mengingat moment saat Gara mencuri ciuman pertamanya dengan penuh gairah. Setelah tersadar Alice menjauh dan bersandar pada tembok kamarnya.
"Gaara.. kau..
"Kau vampire Garaa.. Ya tuhan..." Alice bergidik membayangkan saat Gara menghisap leher perempuan itu.
Gara mendekat ke arah Alice, Dia tidak menghiraukan reaksi Alice yang ketakutan.
"Apakah Kau takut my Dear? Aku tak akan menggigitmu. Tapi Kau tau? sejujurnya Aku tak tahan berada di dekatmu. " Gara berkata.
"Aku tak tahan dengan baumu." tambahnya.
Kemudian Alice mengendus badannya, namun dia tidak mencium bau apapun pada tubuhnya. Dia hanya mencium bedak bayi yang dia pakai setelah mandi tadi sore.
"Apakah Aku sebau itu??" tanya Alice penasaran.
Gara tertawa.
Alice tidak sadar bahwa bau darah yang mengalir dalam tubuhnya merupakan candu bagi Gara yang seorang Vampire. Gara bisa menahan godaan terhadap siapapun, kecuali aroma tubuh Alice. Badan Alice tercium wangi sekali sehingga Gara harus extra sabar berada di dekat Alice.
Alice bingung dan tetap tidak mengerti. Dia mengerutkan dahinya, dan mulai berpikir.
"Gara.. apakah kau takut sinar matahari? takut salib? air suci? kitab suci? atau kau takut bawang putih??" tanya Alice penasaran.
Gara bingung dengan perubahan sikap Alice, mana rasa takut yang dia rasakan tadi? dia berpikir bagaimana bisa badan sekecil itu menyimpan begitu banyak pertanyaan.
Gara merasa nyaman dengan keadaan ini. Dia senang sekali Alice tidak takut terhadapnya. Gara membelai rambut Alice, mengusap bibirnya, sensasi dingin mengalir ditempat yang disentuh Gara. Alice tidak bisa menolak, rasanya seperti tubuhnya sendiri mengkhianatinya dan memilih untuk diam dan menunggu perlakuan Gara berikutnya.
Gara mengangkat dagu Alice dan mendekatkan kearahnya, lalu Dia menciumnya. Lidahnya masuk kedalam mulut Alice mencari lidahnya dan menariknya dengan lembut, tangan nya terus membelai rambutnya.
Alice berusaha menyesuaikan diri. Namun tubuhnya tidak bisa merespon dengan cepat, saat Alice akan terjatuh, Gara menopang tubuhnya, tangannya memegang pinggang Alice.
Gara merasa begitu haus akan ciumannya dengan Alice. Bahkan Alice sudah tidak melakukan perlawanan, tubuhnya merasa lemas hanya dengan ciuman itu. Gara membawa Alice ketempat tidurnya, saat Gara perlahan membuka kancing baju Alice, Alice tersadar dan mendorong Gara.
"Hentikan Garaa.. tolong.. aku tidak mau berbuat sejauh itu." Alice memohon.
Dia terlalu takut dengan apa yang akan terjadi jika Gara meneruskan lebih lama lagi. Gara berusaha mengontrol emosinya. Sekarang Dia terlihat lebih tenang.
"Maafkan Aku Alice.. Aku hanya.. Aku hanya tidak tau mengapa aku seperti itu.." ungkap Gara menyesal.
Alice tidak mengatakan apapun, dia hanya terdiam dan berusaha mengontrol degup jantungnya. setelah lebih tenang Alice berbicara kembali.
"Aku tidak apa-apa Gara.. hanya saja ini hal pertama untukku, aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya." jawab Alice.
Setelah mendengar ungkapan Alice, Gara merasa sangat bahagia sehingga tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Namun kemudian Gara teringat kejadian malam di Bar itu dan bertanya.
"Alice.. Aku ingin bertanya, apa yang Kau lakukan malam itu di Bar?" tanya Gara.
Raut muka Alice berubah, keringat dingin mengalir di punggungnya dengan deras. Jantungnya berdegup lebih kencang, Dia merasa jantungnya akan meledak saat itu juga.
Alice terdiam, tidak mungkin dia mengkhianati Kakaknya, dan dia tidak akan mengatakan apapun pada Gara, karena Alice sudah berjanji.
Alice mencoba lebih tenang, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Gara.. sebaiknya kau pergi.. aku tak mau melihatmu lagi.. tolonglah.." Alice memohon dengan sedih. Dia tidak mampu menatap mata Gara.
Gara terdiam, emosinya mulai menguasainya, dia merasa kesal dan marah. Namun dia tidak berkata apapun, Gara pergi meninggalkan Alice. Alice merasa lega dan kecewa.
Dia merasa sedih Gara pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Alice sadar bahwa itu adalah akibat dari perbuatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ratna Komalasari
gara gara jadi bucin...
2020-11-01
2
Annisa lie
suka bhhanget
2020-09-07
1
xiao meow~
.seneng bat sama novel/komik yang berbau vampire mksii author
2020-05-13
6