PENANTIAN CINTA

PENANTIAN CINTA

1

Pagi itu, hidupku berubah. Bukan karena hal besar seperti kenaikan jabatan atau menang undian, melainkan karena seorang Bagas Suseno, manajer di tempat aku bekerja.

Aku yang baru saja menyelesaikan pekerjaan, hendak menuju kantin pabrik. Nayla, dia sudah duluan untuk mengantri jatah makan siang kami, sedangkan aku kebagian membeli minuman.

Akan tetapi, ketika berjalan melewati lorong dekat ruang manajer yang terbuka, aku melihat dia, Pak Bagas masih duduk di depan laptopnya. Entah sedang mengetik laporan atau mengerjakan apa pun, aku nggak tahu pasti. Tapi, mataku tetap saja tertarik menatap ke arahnya sebentar lebih lama.

Tepat saat aku kembali menatap ke depan, dia tiba-tiba berdiri. Aku terkejut. Spontan, aku memalingkan wajah, pura-pura nggak lihat. "Ya ampun, jangan bilang tadi dia sadar aku mandangin dia? Malunya!"

Tapi ternyata, dia malah berjalan keluar dan menyamai langkahku. Ini orang kenapa tiba-tiba udah sebelah gue aja, sih? Jantung, Lo aman, kan di situ?

Aku jadi kikuk sendiri. Saking groginya, aku bisa mendengar jantungku yang berdetak tak karuan. Namun, aku juga gak mungkin hanya diam saja. Akhirnya, aku memberanikan diri bicara lebih dulu.

“Mau ke kantin, Pak?” tanyaku, gugup. Ini pertama kalinya aku menyapa dia duluan.

Dia menoleh, lalu tersenyum. Senyuman yang bisa bikin oleng siapa pun yang lihat lama-lama.

“Iya. Kamu juga mau ke kantin?”

Astaga. Kalau dia senyum terus gitu, bisa-bisa aku jatuh di tempat.

Aku buru-buru membetulkan posisi seragam dan menunduk sedikit. “Ehm, kalau begitu, saya duluan ya, Pak. Permisi.”

Baru mau jalan cepat, tiba-tiba. “Tunggu!” suara Pak Bagas menahan langkahku.

Aku refleks berhenti dan menoleh ke belakang. “Iya, Pak?”

Pak Bagas menatapku dengan alis sedikit naik, ekspresinya penasaran. “Kamu nggak ikut antre makan? Kok, langsung jalan ke kantin?”

“Oh, itu, Pak. Makanan saya sudah diambil oleh teman. Saya ke kantin hanya mau membeli minuman, gantiin dia.” Tanpa sadar, mulutku kembali bergerak tanpa perintah. “Bapak mau sekalian saya beliin minuman juga? Biar sekalian, Pak?”

Pluk! Aku spontan memukul mulutku sendiri.

Ya ampun! Kenapa barusan aku sok-sokan nawarin? Bisa dibantai fans Pak Bagas, kalau sampai tahu aku begini! Malu, sumpah.

Alih-alih terlihat terganggu, dia malah tersenyum lagi. “Boleh, deh. Air putih aja, ya. Ini uangnya.” Dia mengulurkan selembar uang merah ke arahku.

Aku ragu-ragu menerima. Tanganku refleks menggaruk belakang kepala yang tiba-tiba gatal. Mata kulirik kanan-kiri—beberapa karyawan masih lalu-lalang menuju kantin.

Bimbang. Ambil nggak, ya? Namun, akhirnya aku pasrah dalam hati. Bodo amatlah. Ambil aja.

Aku ambil uangnya pelan, lalu mengangguk.

“Baik, Pak. Saya belikan sekarang.”

Setelah itu aku langsung berbalik dan jalan menuju kantin. Di tengah keramaian dan suara bising kantin shift pagi, aku masih bisa merasakan jantungku berdetak cepat, kencang banget, kayak baru lari lima putaran lapangan.

Setelah selesai antre dan membeli minuman, aku terima kembalian dari kasir, lalu menoleh ke sekeliling mencari Pak Bagas dan Nayla. Kaki ini rasanya ringan, tapi tangan yang menggenggam botol air mineral, justru berkeringat.

Langkahku membawa ke arah hall dalam kantin, mencari sosok manajer yang barusan bikin aku salah ucap dan salah gerak. Entah kenapa, hari ini rasanya seperti bukan hari biasa.

Sebenarnya gampang banget mencari keberadaan Pak Bagas. Seragam kami saja sudah beda warna, jadi dari kejauhan pun dia mudah dikenali.

Benar saja, dia duduk di tempat yang sama seperti biasanya. Masih dengan posisi menyamping, dikelilingi beberapa atasan lain yang sedang makan siang bersama.

Aku langsung terdiam di depan pintu partisi. Aduh, mana banyak banget lahi atasan di sana.

Tapi, dari Pada kelamaan mikir dan makin grogi, aku menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri maju. Bodo amat sama rasa malu, yang penting ini cepat berlalu.

“Permisi, Pak Bagas. Maaf, ini minumannya tadi. Dan ini uang kembaliannya,” ucapku pelan sambil berjongkok di sebelah kursinya. Suaraku kutahan agar cukup didengar oleh beliau saja—karena ya ampun, diliatin semua orang kayaknya bukan rencana hidupku hari ini.

Pak Bagas menoleh, lalu tersenyum santai. Ia mengambil botol minumnya. Tapi, tidak dengan uang kembaliannya.

What? Apa maksudnya coba? Aku mengernyit. Bingung. “Maaf, Pak. Ini uangnya," ulangku pelan sambil menyodorkan uang itu lagi.

“Buat kamu aja,” jawabnya santai sambil kembali menyuapkan nasi ke mulutnya seperti nggak ada yang perlu diperdebatkan.

Aku menahan napas. Wah! Sepertinya, dia sedang menguji gue. Ok, mari kita liat siapa yang paling keras kepala di sini! Sambil tetap menunduk sopan, aku akhirnya memilih menaruh uang itu pelan-pelan di samping kakinya. Lalu berdiri, membungkuk sedikit, dan pamit ke semua atasan yang duduk di meja itu. “Permisi, Pak, Bu.”

Aku mundur pelan dan langsung melipir cepat sambil menenteng dua botol minuman—satu buat Nayla, satu buat diriku sendiri. "Maaf, ya, Pak Bagas. Gue bukan tipe orang yang suka makan uang orang lain, apalagi tanpa kejelasan," gumamku.

Setelah itu, aku langsung mencari Nayla. Ternyata, dia lagi duduk di tengah hall kantin, santai banget, bahkan makanannya udah dimakan setengah. "Woi!" Aku langsung duduk di sebelahnya dan buru-buru membuka kotak makananku.

Belum sempat suapan pertama masuk, PLAK Tiba-tiba punggungku dipukul dari belakang. “Uhuk!” Aku tersedak.

Astaga! Aku langsung buru-buru membuka botol minumku, meneguk cepat tanpa pikir panjang. “Alhamdulillah,” desahku lega setelah tenggorokan mulai normal.

"Dih, lebay!" cibir Nayla dari samping.

Mataku langsung melotot ke arah Nayla, yang kini malah tertawa puas sambil makan tempenya. “Loe, ya! Temen lagi tersedak, bukannya nolongin, malah diketawain! Nyebelin banget sih loe!”

“Sorry,” jawabnya setengah nyengir. “Lagian loe beli minuman ke Korea apa gimana? Lama banget."

Aku memelototkan mata sambil bersuara datar, “Iya. Emang gue tadi beli ke Korea. Terus ketemu Taehyung. Terus ngobrol lamaaaaa banget sama dia. Puas lo sekarang?!”

PLAK!

"Yakh, sakit oneng!"

Tanpa rasa bersalah, Nayla malah tertawa.

Wah, ini anak beneran ngajak ribut!

Punggung dipukul, sekarang kepala. Komplit.

Daripada tambah dikerjain, aku langsung menghabiskan makananku dengan cepat. Setelah itu, berdiri dan meninggalkan Nayla begitu saja di hall.

“Eh, eh! Nindy! Tungguin, woy!”

Aku pura-pura nggak dengar.

Aku berjalan cepat ke tempat penyimpanan kotak makan, menaruh bekalku, lalu segera mencuci tangan. Waktu istirahat tinggal 15 menit lagi dan aku masih harus salat Dzuhur.

Langkahku bergegas menuju mushola yang berada di area belakang gedung.

Setelah mengambil wudhu, aku masuk ke mushola. Pada saat aku melangkah masuk ke mushola, langkah kaki dari arah berlawanan membuatku reflek menoleh.

Pak Bagas.

Kami berpapasan hanya beberapa langkah dari pintu. Dia menatapku sebentar, lalu menggerakkan bibirnya perlahan—tanpa suara. "Are you okay?"

Aku menjawab dengan isyarat tangan, jempol tegak, tanda "OK".

Dia tersenyum. Senyum yang entah kenapa, terasa lebih hangat dari biasanya. Aku hanya mengangguk kecil, lalu masuk ke dalam dan segera mengambil tempat.

Sholat Dzuhur kulaksanakan sendirian. Suasana mushola sunyi, hanya suara kipas angin dan detik jam dinding yang menemani. Selesai salam, aku melipat mukena dan membereskan sajadah. Waktu istirahat nyaris habis.

Kurang dari tiga menit lagi masuk shift. Aku bergegas kembali ke area produksi, tapi saat melewati lorong utama…

“Nindy!”

Aku menoleh. “Iya, Pak?” Aku melangkah mendekat, tapi kami sama-sama tahu tempat kami berdiri sekarang terlalu terbuka.

Lorong itu ramai. Banyak mata memperhatikan. Aku segera menepi, berdiri di dekat rak tools. Pak Bagas ikut menyamakan langkah.

Bel masuk berbunyi. Tapi, sebelum aku sempat bicara, dia sudah menyodorkan selembar kertas ke arahku.

“Ini buat kamu. Saya permisi, ya.”

Aku belum sempat bertanya, belum sempat berpikir apa-apa, dia sudah membalikkan badan dan pergi—melangkah cepat ke arah ruangannya.

Terpopuler

Comments

Rajo kaciak

Rajo kaciak

deg deg deg itulah bunyi jantung ku ,saat baca cerita mu thor 😁😁😁

2022-08-17

0

Susana

Susana

i'm coming. 😘😘

2022-03-20

1

less22

less22

hay, kakak manis aku mampir

2022-03-02

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 chapter 2
3 chapter 3
4 chapter 4
5 chapter 5
6 chapter 6
7 chapter 7
8 chapter 8
9 chapter 9
10 chapter 10
11 chapter 11
12 chapter 12
13 chapter 13
14 chapter 14
15 chapter 15
16 chepter 16
17 chapter 17
18 chapter 18
19 chapter 19
20 chapter 20
21 chapter 21
22 chapter 22
23 chapter 23
24 chapter 24
25 chapter 25
26 chapter 26
27 chapter 27
28 chapter 28
29 chapter 29
30 chapter 30
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter END
84 EXTRA PART
85 EXTRA PART Bag. 2
86 Ekstra part bag 3
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1
2
chapter 2
3
chapter 3
4
chapter 4
5
chapter 5
6
chapter 6
7
chapter 7
8
chapter 8
9
chapter 9
10
chapter 10
11
chapter 11
12
chapter 12
13
chapter 13
14
chapter 14
15
chapter 15
16
chepter 16
17
chapter 17
18
chapter 18
19
chapter 19
20
chapter 20
21
chapter 21
22
chapter 22
23
chapter 23
24
chapter 24
25
chapter 25
26
chapter 26
27
chapter 27
28
chapter 28
29
chapter 29
30
chapter 30
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter END
84
EXTRA PART
85
EXTRA PART Bag. 2
86
Ekstra part bag 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!