Cinta Dalam Diam
Kini hari kelulusan siswa SMA negeri salah satu yang ada di kota Medan. Semua siswa tentu saja menyambut kelulusan mereka dengan sukacita. Begitu juga dengan Marisa Miller dan Alex Fernando. Yang selalu disebut sebagai king dan queen di sekolah mereka. Mereka disebut king dan queen bukan karena mereka ganteng dan cantik saja, tapi karena mereka juga siswa yang berprestasi.
Mereka berdua selalu disebut sebagai pasangan yang sangat serasi, seluruh teman satu sekolahnya dan para guru beranggapan kalau mereka pacaran. Tapi kalau setiap ada yang bertanya pada Alex, Alex selalu mengatakan pada semuanya kalau mereka berdua hanya sebatas sahabat tidak lebih. Sedangkan Marissa yang diam saja kalau orang bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Alex. Karena diam-diam Marissa memiliki rasa pada Alex.
Tapi lucunya kalau ada yang mendekati Marissa, maka Alex langsung menyuruh mereka untuk pergi. Marissa sangat bingung dengan apa yang dilakukan Alex, tapi ada rasa sedikit senang karena dia beranggapan bahwa Alex juga menyukainya tapi belum menyadari perasaannya.
Kedua anak muda itu memutuskan untuk langsung pulang, dan tidak mau bergabung dengan teman-teman mereka yang mau merayakan hari kelulusan dengan coretan baju. Karena bagi mereka itu hal yang tidak penting dan lebih baik mereka mempersiapkan diri untuk belajar mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi.
"Cha... Kamu mau kemana lanjut kuliah nya?" tanya Alex yang masih fokus dengan menyetir mobilnya.
Biasanya Alex selalu membawa kereta king nya kalau ke sekolah bersama Marissa. Tapi karena keretanya lagi di bengkel, Alex memutuskan untuk membawa mobil hadiah ulangtahun dari papanya yang ke tujuh belas tahun. Alex dan Marissa selalu berangkat bersama, kerena rumah mereka bersebelahan. Keluarga mereka juga sangat dekat.
Marissa hanya tinggal bersama mamanya saja, karena kedua orangtuanya sudah bercerai disaat umur Marissa 12 tahun. Papanya sudah menikah dan tinggal di ibukota Jakarta. Sedangkan Marissa tinggal bersama mamanya dan mamanya lah yang selama ini memenuhi kebutuhannya. Sedangkan papanya memang selalu mengirimkan duit untuknya tapi sama sekali tidak dia gunakan, karena bentuk ketidaksukaannya terhadap papanya. Papanya telah menghianati mamanya dan memilih selingkuh dengan wanita masa lalu papanya. Setelah bercerai papanya langsung menikah dengan wanita selingkuhannya.
Setelah mamanya dan papanya bercerai, mamanya memutuskan untuk membuka usaha boutique dari hasil uang warisan kakeknya dari mamanya. Karena mamanya anak satu-satunya, jadi rumah kakeknya yang ada disalah satu kota Medan diwariskan untuk mamanya. Mamanya langsung menjual rumah kakeknya setelah kakeknya meninggal karena mendengar perceraian mamanya. Dari uang jual rumah itulah mamanya bisa membuka usaha. Sedangkan rumah yang mereka tempati itu rumah yang diberikan kakeknya Marissa dari mamanya sebagai hadiah untuk kelahiran Marissa. Kakeknya langsung membuat nama rumah itu dengan nama Marissa. Maka karena itu papanya tidak bisa menuntut rumah itu.
Sedangkan Alex keluarga yang sangat cukup kaya, meskipun kaya tapi keluarga Alex tidak sombong sama sekali. Mereka lah yang selalu membantu Marissa dan mamanya kalau mengalami kesulitan semenjak papanya Marissa menceraikan mamanya.
"Aku tidak tahu, Lex. Tapi aku ingin kuliah di Medan saja, ya kau tau lah kalau belakangan ini kesehatan mama semakin menurun. Kalau aku kuliah di luar, maka siapa yang menjaga mama dan mengurus boutique nya?"
"Benar juga sih. Yang penting kau tetap kuliah. Aku sudah memutuskan untuk lanjut kuliah di Singapura. Aku mendapatkan beasiswa disana, kau tidak apa-apa kan tanpa ku disini?"
"Hahaha. Ya, tidak apa-apa lah. Memang aku anak kecil yang tidak bisa jaga diri"
Dalam perjalanan pulang kerumah mereka, mereka selalu bercerita dengan penuh canda tawa. Mereka juga tidak lupa membeli kue untuk merayakan kelulusan mereka dengan keluarga mereka.
Saat mereka sampai di rumah Marissa, mereka langsung disambut dengan orang tuanya Alex dan mamanya Marissa. Karena Alex meminta kedua orangtuanya untuk kerumah Marissa.
"Akhirnya kalian pulang juga..." ucap Jenar mama dari Alex.
"Tante, om, mama..."
"Mama, papa, Tante..."
Marissa dan Alex bersamaan menyapa orang tua mereka dan langsung mencium punggung tangan orangtuanya.
"Sekarang waktunya kita makan-makan..." ucap Alex dengan bahagia sambil mengangkat bungkusan yang mereka beli tadi.
"Jadi kalian berdua lulus?" tanya Firgo dengan serius, papanya Alex.
"Ya, iyalah pa. Kami tidak mungkin tidak lulus. Asalkan papa tahu kalau kami mendapatkan nilai yang tertinggi." ucap Alex.
"Selamat untuk kalian berdua, Tante senang kalian berdua bisa lulus" ucap Jessie dengan tersenyum bahagia.
Akhirnya kedua keluarga itu merayakan kelulusan mereka dengan bahagia. Mereka berdua juga menceritakan tentang kelanjutan studi mereka selanjutnya. Kedua orang tua mereka mendukung segala keputusan mereka yang penting mereka harus tetap mempertahankan prestasi mereka.
Saat mereka lagi menikmati makanan mereka, Jessie mendapatkan telepon dari mantan suaminya. Dengan terpaksa Jessie mengangkat teleponnya.
"Kenapa Chaca tidak mengangkat teleponku dari tadi? Dimana dia?" tanya papanya Marissa langsung dengan tutup poin.
"Cha, papa mu menghubungi mu dari tadi nak. Kenapa kamu tidak angkat? Ayo bicara dengan papa mu." ucap Jessie dengan lembut.
"Untuk apalagi sih dia nelpon terus! Chacha sudah kan bilang kalau Chaca tidak mau lagi bicara dengannya!" ucap Marissa dengan emosi sambil meninggalkan tempat duduknya.
Ya, begitulah Marissa sejak papanya memutuskan untuk pergi dan meninggalkan dirinya maka sejak itu Marissa tidak akan pernah lagi berbicara dengan papanya. Papanya juga menghubungi mereka setelah Marissa sudah masuk SMA. Setiap papanya menghubungi Marissa, Marissa tidak pernah mengangkat teleponnya. Kalau mamanya memaksa untuk mengangkatnya, dia membiarkan papanya bicara sendiri tanpa dia mengeluarkan satu suara saja.
Saat Marissa mengatakan hal itu, papanya mendengar ucapan Marissa. Dan papanya pun langsung mematikan sambungan teleponnya.
Mamanya hanya bisa diam melihat putrinya Seperti itu, dia sangat tahu kalau putrinya masih sangat kecewa pada mantan suaminya. Sedangkan Alex yang melihat Marissa pergi, langsung mengejar Marissa ke kamarnya.
Tanpa ijin dulu, Alex langsung masuk kedalam kamar Marissa karena Alex sudah biasa masuk kedalam kamar Marissa sejak dia masih kecil. Begitu juga Marissa juga sudah biasa masuk kamar Alex sejak dari kecil.
Sedangkan kedua orangtuanya Alex menghibur Jessie. Mereka juga mengatakan kalau apa yang dilakukan Marissa itu adalah hal yang biasa, karena Marissa masih sangat kecewa pada mantan suaminya.
"Sudah mbak, jangan banyak pikiran dulu. Chaca hanya saja masih sangat kecewa dengan papanya." ucap Jenar sambil merangkul mamanya Marissa.
"Aku takut mbak, kalau aku sudah tidak ada siapa yang akan urus Chaca. Hanya papanya saja yang masih ada, nantinya" ucap Jessie dengan sendu.
"Mbak jangan takut, kami yang akan menjaga Chaca. Kita sudah seperti keluarga, lagian dari bayi Chaca sudah sering saya gendong dan kami sudah menganggap Chaca sebagai putri kami. Ya, mbak kan sudah tahu sejak putri saya menikah saya jadi sering kesepian, untung saja ada Chaca sering main kerumah jadi rumah tetap ramai" ucap Jenar dengan tulus.
"Benar kata istri saya, Jes. Saya sangat senang kalau ChaCha bersama kami nantinya" sambung Firgo.
Sedangkan Alex menghibur Marissa di kamar. Alex membuat cerita lucu supaya melihat Marissa kembali ceria lagi. Tentu saja usahanya berhasil, Marissa langsung ketawa karena cerita lucu dari Alex.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments