Silence
*Mohon maaf kepada para Authors yang ingin saling dukung, jangan boomlike tanpa baca ya. Mari kita saling menghargai ****🤗****Happy reading**📖📖*
“Kalian mau ikut Papa atau mama? Kalau kalian pilih mama, kita tidak akan bertemu lagi selamanya.”
Pertanyaan dari Papa membuat kami berdua, aku dan adikku, yang sedang berdiri di depan pintu, terdiam dalam kebimbangan. Tubuh kami bergetar karena berusaha menahan air mata yang sudah siap meleleh.
Kami tidak mau memilih salah satu. Kami hanya ingin kondisi kembali seperti dahulu. Namun, bibir kami kaku untuk mengucapkannya.
Lama Papa menatap kami berdua. Hingga kemudian dia memutuskan atau lebih tepatnya mengambil kesimpulan sendiri. “Ok, tidak masalah. Kalian bisa tinggal bersama mama. Jaga diri kalian baik-baik.”
Tanpa menunggu respons dari kami, Papa melangkahkan kakinya dengan cepat. Melewati kami begitu saja, lalu membuka pintu dan menghilang dari pandangan kami.
Saat itu aku berumur dua belas tahun dan adikku, Maylin, berumur sepuluh tahun. Diusia yang dini itu, aku dipaksa untuk mengerti bahwa tidak semua keluarga dapat berakhir bahagia.
Aku tidak terlalu ingat, sejak kapan hubungan papa dan mama memburuk. Yang ku ingat, berawal dari cekcok. Lalu perbedaan argumen hingga mulai berdebat. Kemudian pertengkaran selalu terjadi setiap mereka membicarakan sesuatu.
Aku dan Maylin pada saat itu hanyalah anak kecil yang tidak berdaya. Yang hanya bisa melihat dan mendengar mereka bertengkar tanpa bisa berbuat apa-apa.
Setiap mereka usai bertengkar, papa meninggalkan rumah berhari-hari. Sedangkan mama menangis seharian di dalam kamar. Namun, papa kali ini pergi dari rumah ini untuk selamanya.
Aku dan Maylin membuka pintu kamar mama. Seperti biasa, terlihat Mama sedang menangis pilu di atas ranjang. Hatiku tersayat mendengar tangisannya.
Sambil menangis dengan keras, Maylin menghambur ke pelukan Mama sementara aku berjalan pelan mendekati mereka.
Aku berusaha keras tidak ikut menangis, tapi kandung air mataku tidak mau berkompromi. Hingga beberapa bulir air mata, akhirnya menetes membasahi pipiku.
Aku sangat sakit hati. Padahal, selama ini papa sangat menyayangiku dan memanjakanku. Aku selalu membanggakannya di depan teman-teman.
Apakah perasaan kasih sayangnya kepadaku, tidak cukup kuat membuatnya mempertahankan keluarga ini? Teganya papa meninggalkan kami.
Aku menyimpan kenangan buruk itu di lubuk hati paling dalam. Kenangan yang selamanya tidak akan pernah aku lupakan.
Saat itu, di suatu hari Minggu, pukul tiga sore. Hari di mana seharusnya sebuah keluarga menghabiskan waktu bersama. Namun, tidak berlaku untuk keluargaku.
*****
2 Tahun kemudian
Seperti biasa, Tante Fifi, kakak dari mama, datang ke sekolahku mengambil rapor. Tante Fifi memasang senyum bangga, pada saat Guru Wali kelasku menjelaskan nilai yang ada di dalam rapor.
“Rayla anak yang penurut dan prestasinya juga bagus. Saya rasa Rayla cocok melanjutkan bidang Manajemen atau Akuntansi,” tutur Guru Waliku mengemukakan pendapatnya.
Sepanjang jalan, aku dan Tante Fifi tidak berhenti tersenyum. Aku berhasil lulus SMP dengan nilai yang bagus. Aku tidak sabar ingin segera sampai di rumah dan menunjukkannya kepada mama.
Tidak lama kemudian, sebuah bangunan rumah yang sudah kutinggali sejak kecil itu mulai terlihat. Aku langsung berlari masuk. Tante Fifi tertawa melihat kelakuanku.
“Mama! Mama!” teriakku ketika sudah masuk ke dalam rumah.
Aku melihat Mama yang baru saja keluar dari kamarnya. Aku tidak begitu memperhatikan raut wajah mama. Yang ada di dalam pikiranku saat itu hanya ingin segera menunjukkan raporku kepada beliau.
“Lihat deh, Ma! Aku berhasil lulus dengan nilai terbaik.”
Aku berharap Mama ikut merasa bangga kepadaku, tapi ternyata respons yang ku dapatkan tidak pernah terlintas dalam benakku.
“Mama sibuk, Rayla. Sudah lulus, lanjutkan pendidikanmu ke SMA yang kamu inginkan. Kamu dan Agatha sudah pergi daftar? Berapa uang pangkalnya, kamu beritahu Mama lagi. Nanti Mama akan siapkan uangnya. Mama pergi dulu, ya.”
Kemudian Mama pergi dengan langkah terburu-buru. Aku mendengar suara Tante Fifi yang memanggil Mama. Mama menjawab, dia harus cepat-cepat ke Restoran karena banyak pekerjaan.
Aku memutar balik tubuhku. Punggung belakang mama terlihat semakin mengecil hingga akhirnya menghilang dari pandanganku.
Tanganku tiba-tiba tidak bertenaga. Buku tipis yang tadinya sedang kugenggam, seketika terasa berat hingga akhirnya jatuh ke lantai.
Saat itu, aku merasa sia-sia semua jerih payah yang kulakukan agar mama mau memberikan waktunya sebentar untukku. Mama selalu sibuk. Jarak di antara kami terbentang semakin jauh .
Usiaku yang baru empat belas tahun, ketika itu pun baru mengerti, janganlah terlalu berharap pada seseorang. Karena ketika dia tidak mampu memenuhi harapanmu, kekecewaan akan menghiasi harimu.
Hai Readers, semoga cerita ini kalian suka. Tolong kasih ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ 5stars sebagai dukungan semangat buat aku ya. Jangan lupa tambahkan ke Favorite lalu tinggalkan Komentar, Vote, Like dan Hadiahnya ya guys. Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rifka Aqila
cerita ini menyentuh hati, Aku dapat merasakannya
2024-04-22
0
linda sagita
Hai Thor aku kembali mampir
2022-10-25
0
Maya●●●
halo kak salam kenal.
mampir juga yuk di karyaku.
jangan lupa beri dukungan😊😊😊
2022-10-25
0