Happy reading 📖📖 guys
Aku melirik jam di meja nakas sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Aku pun memutuskan untuk bangun karena tidak dapat melanjutkan tidur lagi.
Walau waktu sudah siang, tapi bagiku ini masih termasuk pagi. Mengingat kebiasaanku saat libur adalah bangun saat pukul sebelas siang, terkecuali sudah memiliki janji dengan Erik atau Agatha dan Bella.
“Tumben lo bangun pagi, La? Kesambet apaan? Atau sebentar lagi ada badai datang, ya?” Maylin yang melihatku sudah bangun sebelum jam sebelas, tersenyum mengejek.
Tante Fifi tertawa mendengarnya. Aku memilih tidak menggubris ucapannya. Pandangan mataku teralih pada panekuk coklat dan stroberi di meja. Aromanya yang harum membuat perutku lapar.
Darwan muncul dari arah ruang dapur sambil membawa beberapa piring dan garpu kecil ditangannya. Kemudian dia memotong panekuk itu menjadi beberapa bagian lalu mengambil dua potong kedalam piring.
“Nih, Babe!” ucapnya sambil memberikannya kepada Maylin.
“Hey! Jangan bikin drama percintaan di depan gue! Membuat nafsu makan gue jadi hilang!” protesku.
Maylin menjulurkan lidahnya padaku. “Sirik bilang saja!”
Darwan menyuap panekuk itu sepotong demi potong kedalam mulut Maylin. Mereka sudah menjalin hubungan sejak SMA. Kurang lebih sekitar enam tahun. Dan hubungan mereka terlihat semakin mesra.
Maylin mendapatkan curahan kasih sayang dan perhatian dari Darwan. Kedua orang tua Darwan pun bahkan, juga sudah menganggap Maylin seperti anaknya sendiri. Aku turut senang atas keberuntungan Maylin.
“Pagi, Tante,” Tiba-tiba terdengar suara Darwan sedang menyapa dengan sopan.
Aku menoleh ke belakang. Melihat Mama yang sedang berjalan mendekat, aku segera bangkit berdiri dan berpindah duduk di samping Tante Fifi yang hanya menggeleng kepala melihat kelakuanku.
“Ini panekuk buatan mama. Silahkan di makan, Tante,” ucap Darwan lagi sambil memberikan piring yang telah berisi potongan panekuk kepada Mama.
“Mama kamu pintar sekali membuat kue. Kenapa tidak menyuruhnya membuka usaha toko kue?” tanya Mama sambil memuji sambil melahap potongan panekuk itu ke dalam mulutnya.
Darwan tersenyum. “Saya sudah pernah mengatakannya, tapi mama bilang ini hanya salah satu dari hobinya.“
“Sampaikan kepada mamamu, dia bisa bekerja sama dengan Tante. Di Restoran Tante ada etalase yang masih kosong. Kue buatan mama kamu di taruh di sana. Bisa dijadikan makanan penutup untuk pelanggan Tante. Bagi yang mau take out juga bisa,“ ucap Mama memberi pendapatnya.
Darwan menganguk. “Iya, Tante. Akan saya sampaikan pesan Tante.”
Mama beralih melirikku. “Rayla! Kenapa kamu tidak memberi tahu Mama kalau Selasa depan Erik akan pergi studi ke Aussie? Waktu tante Nia membicarakannya, Mama sampai tidak tahu harus bagaimana merespons. Mama merasa malu karena hal sepenting ini kamu tidak memberitahu Mama.”
“Mama tidak pernah ada di rumah. Bagaimana aku menyampaikannya kepada Mama?“ jawabku sekenanya. Mama tidak pernah membuka obrolan dengan menanyakan keadaanku terlebih dahulu.
“Kamu tidak bisa menggunakan teknologi canggih zaman sekarang ini yang bernama Whats App?” sindir mama.
Aku meletakkan piring di meja dengan sedikit kasar. “Kalau Mama anggap hal itu sangat penting, kenapa tidak langsung konfirmasi saja sama Erik? Mama punya nomor Whats App-nya Erik, kan? Aku akan berpesan padanya, ada apa-apa laporan juga sama Mama.“
“Rayla! Kamu ini makin lama semakin kurang ajar! Mama hanya bertanya kenapa tidak memberitahu Mama persoalan itu? Sampai-sampai Mama harus tahu dari tante Nia. Apa nanti yang dipikirkan tante Nia?” ucap Mama dengan berang.
Aku bangun dari tempatku duduk, menatap tajam pada Mama. “Selama ini kita memang hampir tidak pernah berkomunikasi, baik itu lewat Whats App maupun bertatap muka seperti ini. Mama tahu sekarang atau nanti, tidak ada bedanya, kan? Erik tetap berangkat ke Aussie dengan atau tanpa seizin dari Mama.”
Wajah Mama memerah. Emosinya siap meledak kapan pun. Tante Fifi segera melerai pertikaian kami. “Res, beberapa belakangan ini Rayla terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kamu pun juga sama sibuknya. Jadi, maklum saja kalau Rayla lupa memberitahumu.“
Mama mengabaikan ucapan Tante Fifi. Mama malah menghardikku. “Kalau bukan bantuan dari Mama, kamu tidak akan bertemu dengan Erik! Dia pilihan terbaik dari semua pria yang pernah kamu pacari itu! Seharusnya kamu berterima kasih pada Mama! Dasar anak tidak tahu diri!”
“Nanti malam kamu hadir di acara makan malam keluarga mereka, jaga sikap kamu! Jangan mempermalukan Mama! Ingat umur, La. Kalau kamu selalu bersikap seenaknya, tidak ada pria mana pun yang mau menikahimu!” lanjut Mama memperingatiku.
“Pilihan terbaik Mama itu apa, sih? Harta berlimpah yang tidak ada habisnya sampai tujuh turunan? Beli mobil BMW dengan uang cash? Memiliki rumah megah seperti istana lengkap dengan taman bunga? Apakah karena papa tidak memiliki kriteria ini, maka itu kalian memutuskan bercerai?”
Plak! Tiba-tiba terdengar suara tamparan keras.
Seluruh tubuhku gemetar. Jantungku berdebar sangat cepat. Aku bisa merasakan pipiku terasa panas.
“La....” Maylin menatapku dengan khawatir.
“Jaga sopan santunmu, Rayla! Berpendidikan tinggi, tapi tidak tahu tata krama, apa ini yang kamu pelajari dari sekolah? Apa kamu tidak malu? Apa yang kamu tahu tentang papa dan Mama, hah?” bentak mama.
Tante Fifi menarik lengan Mama, bermaksud meninggalkan ruang tamu. Namun, sepertinya Mama yang sedang tersulut emosi, tenaganya menjadi lebih kuat sehingga Tante Fifi tidak berhasil menyeret Mama pergi.
Aku tertawa parau, kemudian berkata, “Lantas, apakah Mama tahu dampak seperti apa yang aku dan Maylin terima karena keegoisan kalian itu?”
Mama terdiam. Bibirnya tidak mengucapkan sepatah kata. Hatiku terasa sakit. Satu lagi luka yang mama toreh dalam hatiku.
Aku melangkah pergi ke kamarku. Setelah kututup pintunya, air mata yang sedari tadi aku tahan, akhirnya mengalir dengan deras membasahi wajahku.
Not all scars show. Not all wounds heal. Not all illness can be seen. Not all pain is obvious. No medicine can heal a broken heart - Tidak semua bekas luka terlihat. Tidak semua luka disembuhkan. Tidak semua penyakit dapat terlihat. Tidak semua rasa sakit terlihat jelas. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan hati yang rusak.
*****
Aku memberikan sapuan lip gloss dengan warna nude pada bibirku, ketika ponselku berdering tanda panggilan masuk. Erik’s calling. Aku segera mengangkatnya.
“Lima menit lagi aku sampai. Kamu sudah selesai bersiap-siap, kan? Aku tidak mampir. Kita harus cepat kalau tidak mau telat. Aku juga sudah menelepon tante Restin,” ucap Erik menjelaskan.
“Ok. Aku segera keluar.”
Sekali lagi, kutatap wajahku di cermin. Setelah memastikan tidak ada yang kurang, aku bergegas keluar.
Tepat ketika aku sampai di gerbang rumah, mobil Erik juga berhenti. Aku pun segera masuk ke dalam mobilnya.
Alisku mengernyit mendapati tatapan Erik yang sepertinya tidak menyukai penampilanku. “Kenapa? Ada yang salah dengan penampilanku?“
“Bukannya bermaksud mengatakan kamu tidak cantik. Tentu saja kamu cantik, Beb, tapi khusus untuk acara malam ini, aku ingin kamu berpenampilan lebih special dari biasanya.” Erik meneliti penampilanku. Membuatku semakin bingung apa yang salah?
“Dress kamu terlalu sederhana, Beb. Kamu tidak mengenakan high heels? Lalu tas pesta kamu itu, apakah tidak ada yang terlihat lebih baik lagi?“
Aku termangu mendengar pertanyaan Erik. “This is me, Erik. Selama tiga bulan ini kita menjalin hubungan, seharusnyaa kamu sudah mengerti kalau aku tidak suka dengan make up dan high heels. Aku juga tidak suka repot-repot menggunakan tas pesta yang harus disesuaikan dengan waktu penggunaannya dan dress seperti apa yang aku kenakan. I’m not a model.”
Erik terlihat gusar. “I Know, But … Ok. Lupakan yang aku katakan tadi.” Kemudian dia menyetir mobilnya, meninggalkan rumahku.
“Selama ini kamu tidak pernah mempermasalahkan penampilanku saat kita kencan.” Aku merasa sangat tersinggung atas ucapannya.
Jika dia menganggap penampilanku ini tidak cocok bersanding dengan anggota keluarganya, dia bisa cari wanita lain.
“Aku tidak bermaksud seperti itu, Beb. Hanya saja, ini acara keluarga. Selain orang tuaku, masih ada anggota keluargaku lain yang akan hadir. Tidak ada salahnya aku berharap kamu bisa memberi kesan yang terbaik kepada mereka, bukan? Terutama kepada orang tuaku.” Erik menggenggam tanganku erat.
“Karena perbedaan derajat di antara kita?” ketusku.
Erik mengelus rambutku dengan lembut. “Jangan berpikiran seperti itu, Beb. Setelah enam bulan, kita akan menikah.”
Aku hanya diam. Kita lihat apa yang akan terjadi di acara makan malam nanti. Mungkin aku tidak perlu bersusah payah mencari cara untuk membuat Erik membatalkan keinginannya itu.
*****
Mobil Erik berhenti di sebuah gerbang pintu yang tinggi dan besar. Dia mengeluarkan sebuah remote lalu menekan salah satu tombol pada remote tersebut kemudian gerbang pun terbuka. Erik kembali menyetir mobilnya masuk.
Aku melihat sekeliling dipenuhi tanaman bunga yang mekar dengan indah. Juga terlihat pohon-pohon yang terawat dengan baik. Pasti ada orang yang mengurusnya setiap hari.
Setelah melewati taman bunga, kini terlihat sebuah bangunan yang megah dan mewah. Itu bukan rumah. Melainkan istana. Ya, Tuhan. Apakah aku sedang bermimpi tersasar ke dunia Disney?
Aku turun dari mobil dan sekali lagi menatap pintu istana di hadapanku ini dengan perasaan tidak nyaman.
Erik berdiri di sebelahku lalu menggenggam tanganku dengan erat. “Are you ready?”
“Apakah aku boleh menjawab tidak?”
“Of course don’t, Beb.”
Aku menarik napas dalam-dalam. Erik membuka pintu tersebut lalu membawaku masuk. Mewah. Megah. Indah. Semua perabotan di dalamnya terlihat berkualitas tinggi.
Aku menatap penampilanku. Pantas saja Erik terlihat ragu saat di mobil tadi. Penampilanku bagaikan rumput liar yang berada di tengah-tengah bunga hingga mengganggu keindahan di sekitarnya.
Erik membuka sebuah pintu lainnya, kemudian dari dalam terdengar suara keramaian. Mendengar suara pintu terbuka, semua orang menoleh ke arah kami. Mungkin lebih tepatnya ke arah Erik.
Jangan lupa tambahkan ke Favorite lalu tinggalkan Komentar, berikan Vote, Like dan Dukungannya ya guys. Terima kasih 🙏 🤗 Loph you all 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lia S
bagus ceritamu thor, bahasa dan alurnya sangat ternikmati. pertahankan kwalitas
2024-04-08
0
Vinoya Chan
mampir juga ya kak 🙏😊
2023-02-17
0
Winda Yunita
aku suka cerita kamu thor
2022-07-09
0