Rayu Candu
Di sebuah restoran terkenal, tepatnya di kota besar Jerman-manila. Beberapa kursi dan meja terisi oleh beberapa orang, yang sedang makan di tempat itu. Restoran yang bergaya vintage dengan bel yang bergerincing, ketika seorang pelanggan membuka pintu restoran tersebut. Para pelayan sibuk berlalu lalang, karena waktunya jam makan malam atau dinner dimulai. Hari yang telah gelap menambah suasana hangat, di restoran tersebut.
Di sebuah meja, terlihat seorang wanita yang berwajah datar. Ia meminum sebuah wine berwarna merah dan meletakkannya kembali di atas meja, yang ada di depannya. Raut wajahnya tampak kesal dengan dahi yang mengernyit dan tatapanya terus menatap kearah depan dimana pintu masuk berada. Ya, seorang wanita cantik dengan blus terbuka berwarna merah dan celana panjang ketat hitam berbahan kulit, mengikuti lekuk indah tubuhnya, terlihat sedang menunggu seseorang disana.
Drrrtt...drrrtt...
Suara getaran ponsel yang ada di meja membuatnya terkejut seketika. Ia meraih ponsel itu segera. “Apa kau sudah bertemu dengannya, Elena?” tanya suara seorang perempuan dari dalam ponsel tersebut. Elena tak lantas menjawab, ia terlihat menarik napas dan menghembuskannya seraya menenangkan diri. “HEI! Kau malah menggangguku! Sedari tadi kau terus menanyakan itu! Astaga, Lucy!” ujar Elena dengan seketika menutup panggilan itu karena kesal.
“Apa anak itu tak waras? Bagimana bisa, dia menjadi selebriti papan atas? Bahkan dia begitu cerewet dan tak sabar melebihiku!” gerutu Elena dengan meminum kembali wine yang ada pada gelas tinggi, di dekat tangan kananya. Elena masih mencoba menenangkan dirinya untuk bersabar.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada seseorang di ponselnya. Jemari tangannya terlihat menekan layar ponsel dengan cepatnya, dan menyimpan kembali ponselnya di meja. “Astaga! Aku tak pernah dibuat menunggu oleh orang lain!” gerutu Elena dengan melirik jam yang ada di restoran tersebut.
“Breng’sek! Pria itu tidak punya etika dan disiplin yang baik! Baiklah, aku harus akhiri ini secepatnya!” gumam Elena kembali dengan mengetukkan ujung sepatu depan pada lantai.
Elena kembali meraih ponselnya. Ia menekan layar ponsel itu, dan menghubungi seseorang sambil meletakkan ponsel ditelinganya. Terdengar suara sambungan telepon. Tetapi, tak ada jawaban dari panggilan itu. “Sial’an! Apa dia mencoba main-main dengan ku!?” gerutu Elena dengan mencoba menghubungi lagi dan lagi.
Hingga, satu jam berlalu. Tampaknya Elena begitu kesal dibuatnya bahkan ia telah murka dan tak bisa untuk menunggu lagi. Elena pun bangkit dari meja pesanannya dan tiba-tiba tatapannya terhenti ketika ia menatap kearah pintu masuk didepan mejanya. Ya, Elena terpana melihat seseorang datang dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya dan berpenampilan begitu tertutup serta mencurigakan.
“Apa dia seorang mata-mata aku penculik? Ah, mungkin saja dia seorang terori’s?” batin Elena yang masih mematung dengan tatapan tak kosong.
“Astaga! Bagaimana ini? Aku harus bergegas pergi dari sini!” batin Elena yang tersadar dari pandangannya itu.
Sosok berpakaian tertutup itu mendatanginya. Tiba-tiba ia duduk di kursi depan mejanya. “Hei, jika kau ingin berbicara lebih baik di mobilku saja!” ucapnya suara pria yang terdengar pelan, sambil menoleh ke kiri dan kanan seolah sedang mengamati situasi.
“Siapa kau? Kau salah orang? Aku tak menunggumu! Jangan kira aku berpakaian seperti ini, kau pikir aku adalah wanita murahan!” teriak Elena dengan suara lantang sambil menggebrak meja. Seketika semu orang melihat ke arahnya. Mereka menatap dengan penuh tanya dan kebingungan, bahkan beberapa orang terlihat tak suka dengan sikap Elena seolah mereka menghakiminya yang membuat keributan.
Hingga seorang pria berpakaian jas rapi, dengan sebuah tag nama disakunya yang bertuliskan manajer. Ia memberi salam pada Elena. “Selamat malam nona! Saya manajer tempat ini. Apa ada yang terjadi? Bisa saya bantu?” tanya pria berpostur tinggi tersebut. Elena menatap ke arah pria sang manajer dengan tatapan serius. “Orang ini tiba-tiba datang dan menghinaku! Cepat usir dia, Pak!” Elena murka. Ia sudah menunggu pria yang beberapa hari berkomunikasi dengannya, bahkan menunggu satu jam lebih.
“Tu-tunggu! Bukan! Saya tak menghinanya! Ini kesalahpahaman!” ucap pria berpakaian tertutup itu.
“Bohong! Seret saja dia, Pak! Lihat, pakaiannya saja sudah pasti dia mencurigakan!” ungkap Elena dengan kesal.
Sang pria pun kemudian di seret keluar sambil memberontak bahwa ia tidak bersalah. Ia pun meneriakkan nama Elena dengan melambaikan tangan seolah meminta tolong. Elena tak mendengarkan ucapan pria itu. Akhirnya Elena pun memutuskan untuk pergi dari restoran. “Sudah cukup aku bersabar menunggunya,” batin Elena dengan berjalan pergi dari sana setelah memberikan biaya minumnya tadi.
Ia berjalan keluar dengan derap langkah kaki yang mengentakkan secara paksa. Ya, Elema dibuat kesal bahkan bertemu orang gila untuknya sudah cukup buruk malam ini. Setibanya di depan pintu masuk, Elena tak lekas pergi dari sana. Ia kembali masuk karena ponselnya tertinggal diatas meja. Terlihat dari layar ponsel panggilan masuk banyak sekali. Yang diantaranya dari Lucy, Darren dan pria yang di tunggunya bernama Mike Lorraine.
Ia adalah bangsawan Jerman yang akan dijodohkan dengannya. Elena Leonard Prusia wanita dengab darah bangsawan yang di paksa untuk kembali ke istana kerajaan. Padahal sang ayah telah memutuskan untuk pergi dari kehidupannya di istana, serta memutuskan mencopot gelar pangeran mahkotanya, untuk menikah dengan ibu dari Elena, Rossaline.
Elena menghubungi pria itu. Pria yang bernama Mike itu berada di ruangan kantor dari restoran tersebut. Seketika mendengar ucapan dari pria yang bernama Mike itu pun, Elena masuk kembali ke dalam restoran. Ia bertanya mengenai kantor daro restoran tersebut karena temannya berada disana. “Oh, baik! Silakan ikuti saya,” ucap salah seorang pelayan di restoran itu.
Elena berjalan masuk dengan mengikuti sang pelayan wanita dengan wajah datarnya. “Mengapa ia tak masuk saja ke restoran? Apa ia sebetulnya pemilik restoran ini?” batin Elena yang tiba-tiba merubah raut wajahnya dengan terkejut. Tibalah, ia di depan sebuah pintu bertuliskan kantor. Tempat itu jauh dari tempat makan para pelanggan tadi. Sang pelayan tadi mengetuk pintu dan menyahut seseorang yang ada di dalam. Hingga suara jawaban seorang pria terdengar dari dalam.
“Silakan anda masuk, nona!” ucap sang pelayan wanita dengan ramahnya.
Elena melangkah masuk dengan mantap. Ia berjalan menuju kearah seorang pria yang membelakangi pintu masuk. “Selamat malam, Pak! saya datang untuk menemui teman saya, Mike.” Elena berkata begitu sopan pada sang manajer.
Seketika pria berpakaian sweater hitam seleher dengan celana hitam serta topi hitam pun mulai berbalik kearah Elena. “Astaga!” ucap Elena yang terkejut dengan melongo keheranan, sambil menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
miknik👾r*b*t
lanjtkan
2021-09-29
0
𝓡⃟ beby iu
mampir semangat thor
2021-09-08
0
wasuke
ok
2021-08-30
0