#Satu tahun sebelumnya
Matahari sedikit demi sedikit keluar, dengan pertanda semburat cahaya keputihan, muncul dari balik pegunungan tinggi yang terlihat didaerah itu. Terlihat pula, sebuah jendela yang berkaca besar dan dihiasi oleh tirai putih yang tampak berayun kesana kemari. Menandakan angin yang berembus masuk dari luar sama melalui jendela sebuah ruangan besar.
Rumah, yang memang untuk sebagian orang adalah tempat beristirahat. Juga sebagai tempat perlindungan dari kejamnya dunia luar. Disudut lain di rumah besar, tampak seorang wanita yang tengah terbangun dengan setengah kesadarannya karena Ia masih lelah dan mengantuk. Bagaimana tidak? Wanita dengan surai coklat kemerahan, mata yang besar dan bahkan lekuk tubuhnya seolah siapa pun yang melihatnya akan terpikat. Cantik, semua orang akan mengatakan itu hanya dengan sekali pandangan mata saja.
Ia menghabiskan malam panas, kemarin malam bersama orang yang di cintainya. Tubuh yang masih lemas, kini ia paksa untuk terbangun. Sambil sesekali ia gosok kedua matannya tangannya. Rasanya seperti mimpi. Karena selama beberapa tahun lamanya ia bertunangan dan selalu menjaga kesuciannya, tadi malam ia melakukan malam yang panas karena hari ini ia akan melangsungkan pernikahan.
Ya, Wanita yang bernama lengkap Elena Pierre itu telah menyerahkan seluruh miliknya, pada sang kekasih sekaligus tunangan yang akan menjadi suaminya hari ini. Elena tersenyum ketika mengingat kejadian tadi malam. Meskipun di sekujur tubuhnya tak ada tanda merah, yang menandakan bahwa tubuhnya telah diserahkan pada lelaki itu. Hanya karena sang lelaki itu berkata bahwa, Elena harus memakai gaun pengantin dengan atasan terbuka dan itu akan membuat dirinya bersalah dihadapan semua orang, yang ada ketika pesta pernikahan di langsungkan.
Elena kembali tersenyum ketika, wajah sang pria yang dicintainya terbayang saat ini. Ketika pria itu mengecup mesra bibirnya dan membuatnya merasa bahagia. Ia merasakan hal yang tak pernah ia rasakan selama ini, rasanya seluruh dunia hanya miliknya. Walaupun daerah sensitif yang ada di bawahnya kini, terasa begitu perih tetapi, itu tergantikan dengan perasaan bahagia yang kini akan membuatnya menjadi nyata.
Elena menoleh kearah jam yang ada di atas nakas, disamping ranjang tidur besarnya. Terlihat saat ini waktu yang telah menunjukkan pukul, empat pagi. Seketika itu Elena bergegas bangkit dan berjalan dengan langkah gontai menuju kesebuah pintu yang ada di paling ijung ruangan itu. Disana ia bergegas membuka pakaiannya untuk membilas tubuh indahnya itu.
Tok...tok...tok...
Suara pintu yang di ketuk begitu nyaringnya, membuat sang wanita bermata coklat terang itu terkesiap. Raut wajahnya menandakan bahwa ia begitu terkejut seraya menoleh kearah kiri, dimana pintu ruangan itu berada. “Nona! Nona Elena! Ini saatnya untuk anda bersiap!” teriak seseorang dari luar dengan bersuara wanita.
Elena memang tak mendengar suara itu, karena suara air dari keran yang mengguyur tubuhnya kini membuat pendengarannya terganggu. Beberapa kali pintu di ketuk dan sahutan itu pun terus menerus di gaungkan. Tetap saja, Elena tak mendengar sahutan dari sang pelayan di rumahnya itu. Hingga, Elena pun selesai dengan acara mandinya tersebut. Ia bergegas mengambil jubah handuk mandi, dari dalam sebuah lemari didinding atas kamar mandinya itu.
Kakinya yang terbalut kulit putih bak susu itu, mulai berjalan masuk kedalam ruangan kamarnya. Dengan menggosokkan handuk pada rambutnya yang basah. Langkahnya kini menghampiri meja rias, yang selalu ia pergunakan dalam kamar bernuansa violet itu. Hingga pendengarannya mulai menangkap suara ketukan pintu, dari luar. Ia segera menyahutnya, seraya memberitahukan bahwa dirinya telah terbangun saat ini.
“Ya! Aku telah selesai membilas!” ucap Elena sekilas yang lalu bergegas menuju pintu kamarnya.
Klek. Suara pintu terbuka oleh jemari tangan lentik, milik wanita muda yang berumur 24 tahun dari dalam kamar. Diluar pintu, tampak jelas seorang wanita dewasa, yang tekah berumur. Wanita itu terlihat tergesa dengan ucapannya. “Nona, mari kita turun! Penata rias anda telah menunggu di ruangan utama!” ujar sang wanita paruh baya, dengan tangannya yang menjulur kedepan, seraya mempersilahkan untuk pergi.
“Oh, baiklah!” ujar Elena yang berjalan mendahului sang bibi pelayannya.
Mereka berjalan menuruni sebuah lift yang akan membawa ke lantai utama di rumah itu. Ya, rumah besar itu bahkan terdapat lift untuk tiba di beberapa lantai di rumah tersebut. Memang rumah itu tak terlalu banyak lantai seperti gedung pencakar langit yang di pakai oleh banyak perusahaan. Tetapi dikarenakan sang ayah yang beberapa tahun ke belakang, mengalami kelumpuhan pada kakinya. Maka dari itu dibuatlah sebuah lift pada rumah yang hanya berlantaikan 4 tersebut.
Ting. Pintu lift terbuka, segera langkah gadis berparas blasteran Jerman itu pergi menuju ruangan utama. Setibanya di ruangan tersebut, terlihat banyak sekali orang yang sedang menunggunya. Ini adalah hari spesial yang Elena tunggu. Ia pun segera di tangani oleh penata rias handal dan beberapa orang lainnya, yang menangani penampilannya untuk pesta pernikahan hari ini.
Semua orang sibuk di dalam sana. Dari beberapa orang yang menangani rambutnya, wajahnya, pakaian hingga aksesoris yang akan ia kenakan. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, Elena memilih para penata handal dan profesional di bidangnya. Bahkan ia pun memilih penata kuku jemarinya yang khusus hanya untuk mempercantik kuku jari di hari ini.
Hingga, beberapa jam berlalu. 3 jam Elena merias penampilannya dan akhirnya selesai juga. Ia bak putri kerajaan, yang segala hal pada penampilannya kini begitu indah, elegan dan sangat memancarkan aura kecantikannya. Bahkan barang-barang yang ia kenakan sekarang, bernilai puluhan ribu dolar, dan itu hanya satu benda saja yang ia kenakan. Mungkin jika di total, Elena menghabiskan beberapa mobil mewah juga rumah mewah, hanya untuk penampilannya saat ini.
Memang Elena selalu memakai pakaian dengan brand terkenal, seperti pakaian yang dipakai para selebriti Hollywood. Sang ayah memang salah satu keturunan bangsawan di Jerman, jadi tak ayal jika kekayaannya sebanding dengan para miliuner dan para sosialita kelas atas. Tetapi, memang sang ayah yang menikah dengan orang biasa bahkan sang ibu dari Elena bukan kewarganegaraan Jerman, sehingga ia tak diizinkan untuk menyandang gelar, dari keturunan bangsawan di Jerman.
Sang ayah akhirnya memutuskan pergi dan melepas gelar kebangsawanannya, demi menikahi sang gadis yang dicintainya, yaitu ibu dari Elena. Dengan tekad yang kuat dan motivasi serta dukungan dari sang istri, ayah dari Elena yang bernama lengkap Leonard Prusia, itu pun membangun usahanya sehingga ia sukses dan mendirikan perusahaan yang bahkan perusahaannya terkenal di dunia dan masuk kedalam 10 perusahaan raksasa didunia.
Elena yang telah berpenampilan sempurna itu, kini mulai melangkahkan kaki menuju pekarangan taman belakang. Dimana taman belakangnya begitu luas. Mungkin luasnya sama dengan setengah lapangan sepak bola resmi untuk pertandingan. Elena berjalan perlahan, dengan diikuti oleh beberapa orang pelayannya yang sengaja membantu menaikkan gaun itu, agar Elena tak menginjak gaunnya yang panjang tersebut.
Taman itu kini dihiasi berbagai macam pernak pernik pesta. Bahkan garden party itu bernuansa violet , seperti warna kesukaan Elena. Ia tersenyum dan terhenti tepat di pintu masuk taman, dimana pintu gerbangnya tamannya itu melengkung dengan lilitan oleh ranting tanaman, yang tumbuh dengan dedaunan rimbun dan juga bunga di sekelilingnya. Elena bahagia melihat keadaa di sekelilingnya saat ini.
“Nona, silakan anda duduk terlebih dahulu. Biar saya bawa sarapan untuk anda,” ujar sang pelayan pribadinya dengan mempersilahkan pada Elena untuk duduk di kursi yang ia sediakan.
Elena duduk dengan anggunnya. Ia tersadar akan sesuatu. “Apa ponselku kau bawa?” tanya Elena pada sang pelayan pribadinya itu. Sang pelayan yang bernama Ruby itu pun merogoh sesuatu pada saku pakaiannya. Ia pun memberikan sebuah ponsel pintar pada Elena. Segera jemari tangan lentik dengan hiasan cat kuku yang dihias begitu canting lengkap dengan batu permata kecil diatas kukunya itu.
Elena menatap layar ponsel miliknya, yang menyala. Terlihat jam pada layar itu menunjukkn pukul 07.37 pagi. “Mengapa dia beluk juga mengirimkan pesan? Tak seperti biasanya?” gumam Elena yang seketika itu menekan layar ponsel, untuk mengecek notifikasi pesan atau pun panggilan pada ponselnya.
Elena menekan panggilan keluar. Ia menghubungi sang tunangan sekaligus calon suaminya. Tetapi tak ada nada sambungan telepon yang ia harapkan. Bahkan sambungan ponselnya mati dan tak ada nada sambung ponsel dari Xander sang kekasih tercintanya itu. “Apa yang terjadi? Bahkan ponselnya tak aktif?” ujar Elena yang kebingungan.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
miknik👾r*b*t
lanjtkan lagi
2021-09-29
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor mampir dikaryaku cantik tapi berbahaya
2021-09-08
0
violeta arnes
bibi ruby
2021-08-26
0