Semakin hari kesehatan salsa semakin membaik setelah bertemu Eneng. Kedua orangtuanya sangat bahagia. Apalagi selama ini mereka tidak bisa mendekat ke sang putri karena salsa selalu mengamuk.
Setiap apa yang dilakukan oleh salsa dirumah pasti akan ada yang melaporkan kepada kedua orangtuanya. Bahkan saat tawa salsa yang begitu tanpa beban kembali terdengar, kedua orangtuanya yang sedang bekerja meneteskan air mata bahagia. Tiga tahun lamanya sang putri hanya terbaring tanpa mau diganggu. Namun sekarang, salsa sudah bisa duduk dengan tegak dalam waktu kurang dari satu bulan.
"Selamat pagi non salsa"
"Pagi neng"
"Mau mandi sekarang"
"Hm berjemur dulu aja neng"
"Okay. Yuk kita keluar"
Kamar salsa sementara dipindah ke bawah, karena kedua orangtuanya khawatir Eneng akan membuat jalur ekstrim kembali. Kedua orangtuanya salsa sedang berada dirumah setelah beberapa Minggu berada diluar negeri. Dan ini kali pertama Eneng akan bertemu tuan besar pemilik rumah.
"Non kita jemurnya didekat pagar sana aja yuk. Sekalian Eneng mau nunggu tukang sayur"
"Oke neng. Gue juga bosen kalau ditaman terus"
Eneng mendorong perlahan kursi roda salsa mendekati pintu gerbang utama. Beberapa tetangga salsa sedang berjalan di pagi hari. Melihat salsa duduk diatas kursi roda, mereka menyapa dengan ramah. Apalagi salsa terkenal baik sewaktu masih sehat.
"Sayurrrrrr"
Yang ditunggu-tunggu oleh Eneng pun datang. Sebenarnya didalam rumah salsa sudah ada semuanya, namun terkadang ada beberapa pekerja yang menginginkan makan sesuatu yang tidak tersedia. Dan mereka pasti akan membeli bahan ditukang sayur keliling.
"Mang jengkol ada mang"
"Ada neng"
"Mau berapa"
"Satu kilo aja"
"Oke. Ada lagi neng"
"Bentar Eneng mau lihat-lihat dulu"
Salsa masih duduk sambil melihat Eneng yang sedang berbelanja. Tak lama dari arah belakang terdengar suara khas pengamen membawa binatang.
Tek tek tek. Dung dung dung. Tek dung Tek dung.
"Suara apaan sih itu"
"Oh itu mah topeng monyet keliling neng"
"Wah disini ada monyet ngamen ya"
"Iya neng"
Salsa yang juga baru tahu ada pengamen dengan membawa seekor monyet diatas motor-motoran mainan, dia semakin penasaran saja.
"Eneng. Neng"
"Ya non. Ada apa"
"Gue belum pernah nonton monyet ngamen. Loe panggilin kesini dong. Gue pengen nonton"
"Asyiap"
Karena jarak sang pengamen masih jauh, dan Eneng bukan tipe orang yang sabaran, jurus andalannya adalah teriakan maut. Eneng ketengah jalan komplek yang memang sepi belum ada kendaraan melintas, lalu dia mengeluarkan jurusnya.
"Woy nyet sini loe. Buruan gak pake lama"
Semua pembeli sayur di dekat Eneng menoleh kearah Eneng. Karena cara memanggilnya yang sangat-sangat aneh. Salah satu dari pembantu yang juga sedang berbelanja mencoba memprotes Eneng.
"Mbak kalau manggil yang sopan dong masak nyet doang"
"Terus gue harus manggilnya gimana teh"
"Bang monyet kesini. Gitu kan lebih sopan"
"Hadeh. Sebenarnya yang begitu gue apa loe sih. Apa bedanya panggilan loe sama gue"
"Ya beda gue kan lebih lembut dan sopan"
"Aduh teteh sama aja manggilnya pake monyet juga cuma beda sebutan depannya saja"
"Ya tetap aja beda"
"Huh sudahlah. Yang gila mending ngalah"
Eneng tak suka berdebat yang tak penting. Dia memilih diam saja. Pengamen dengan monyet itu mendekati Eneng dan salsa. Karena hari ini hari Minggu, beberapa penghuni komplek yang memiliki anak kecil keluar dari kandangnya eh rumahnya.
"Gimana non. Panggil kami mau disewa"
"Iyalah bang mon. Masa cuma mau dilihatin"
"Bang mon. Apaan itu neng"
Eneng mendekati salsa dan berbisik. Salsa langsung tertawa. Dari teras kedua orangtuanya yang melihat ikut bahagia.
"Berapa harga sewanya bang"
"Satu jam tiga ratus ribu aja non"
"Mahal amat sih bang. Lagian yang joged kan monyetnya bukan Abang. Kurangin napa bang"
"Hadeh non harga makanan monyetnya kan mahal"
"Emang monyet loe makan daging bang"
"Ya kagak. Tapi buah-buahan kan sekarang juga mahal non"
Eneng mencari cara agar harga bisa dinego namun durasi diperpanjang. Apalagi melihat antusiasme anak-anak yang menunggu di monyet beraksi.
"Bang gue mau nego ma monyet loe"
"Hah. Emang non bisa ngomong sama si tole"
"O namanya tole to. Kita lihat saja nanti. Kalau gue berhasil loe harus mau nurunin harga dengan durasi satu jam. Tapi kalau loe tetap gak mau nurunin harga gue minta durasinya jadi dua jam. Gimana"
"Oke. Kita lihat tole mau patuh sama kita apa non"
Eneng berjongkok mendekati monyet jantan bernama tole itu. Dia lalu berbicara seperti layaknya manusia sedang negosiasi. Nampak si tole manggut-manggut mengerti. Dan mereka saling berjabat tangan.
"Deal ya tole"
Semua mata kaget melihat Eneng bisa bernegosiasi dengan seekor monyet. Dan akhirnya disepakati durasi menjadi dua jam dan si tole mendapatkan bonus buah-buahan dari Eneng.
"Oke emak-emak dan adik-adik semua, mari kita saksikan pertunjukan tole si monyet cerdas"
Suara riuh tepuk tangan memenuhi pelataran rumah salsa. Salsa juga sangat antusias. Suara tabuhan gendang dari sang pawang tole membuat semarak acara. Bahkan kedua orangtua salsa juga antusias melihat pertunjukan rakyat itu. Apalagi papa salsa yang keturunan Arab tidak pernah melihat monyet beraksi seperti itu.
Tiba-tiba dipertengahan pertunjukkan, tole berhenti beraksi. Membuat sang pawang bingung. Eneng langsung mendekati tole. Dan entah dari mana asalnya, tole mengikatkan seutas tali panjang pada pergelangan kaki Eneng. Dan terjadilah...
"Eneng mau nyawah. Dung dung dung"
Eneng pun berubah menjadi tole sedangkan tole yang mengendalikan talinya. Pawang tole awalnya diam tak bisa berkata apa-apa. Melihat tawa para bocah semakin kencang, sang pawang akhirnya membunyikan musiknya lagi.
"Eneng pergi ke mall. Tek tek tek. Dung dung dung"
Salsa tak henti-hentinya tertawa. Hingga tanpa sadar air matanya ikut menetes. Geulis yang melihat kericuhan didepan gerbang, langsung berlari untuk melihatnya. Betapa terkejutnya geulis.
"Duh Gusti. Eneng tobat neng. Nyebut atuh neng nyebut. Ya Allah"
Sedangkan kedua orangtua salsa saling berpandangan dan masih tak menyangka akan kelakuan pembantu barunya itu.
"Mami dapat darimana dia"
"Geulis yang bawa Pi. Kenapa emangnya"
"Masih ada orang seperti dia"
"Nyatanya ada Pi"
"Papi jadi bingung. Ini musibah atau berkah buat salsa"
"Huh. Berkah dalam musibah Pi"
Pertunjukkan telah usai ditutup dengan kolaborasi antara Eneng dan tole. Beberapa penonton sempat mengabadikan kejadian tadi dalam bentuk video. Dan pastinya akan piral.
Eneng yang kelelahan akhirnya duduk selonjoran ditepi jalan komplek dengan tole yang menyandarkan tubuhnya bada tubuh Eneng.
"Le. Kita emang berbakat jadi partner"
"Uuk "
"Seperti perjanjian awal karena kita kolaborasi, jadi loe ngasih gue bayaran"
"Uuk"
Tole berjalan menuju gerobaknya dan mengambil beberapa lembar uang berwarna hijau dan sesisir pisang Ambon. Lalu tole membawanya dan menyerahkan kepada Eneng.
"Besok loe kalau ada orderan ajakin gue ya le"
"Uuk"
Rombongan tole sudah pergi. Bahkan ada kejadian yang membuat semua orang terharu termasuk sang pawang. Tole berpelukan dengan Eneng. Mereka saling melambaikan tangan hingga tak terlihat lagi.
"Neng udah ayo masuk. Gue mau mandi"
"Siap non salsa. Eneng membalikkan kursi roda salsa dan mendorongnya masuk perlahan. Papa salsa ingin menyapa putrinya, mencoba mendekat bersama maminya. Eneng yang keolengannnya belum sembuh tiba-tiba melontarkan kalimat yang membuat semua orang diam terpaku. Apalagi papa salsa yang memilihara jambang dan jenggotnya sangat lebat. Bahkan kancing bajunya terbuka hingga bulu dadanya nampak.
"Salsa sayang. Apa kabar kamu princess"
"Papiii"
"Wowww gorila ganteng"
______
Jangan lupa bahagia ya gaesss
Jempolnya yuk . Senin ini bolehkah Eneng minta vote
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Susi Ismi
kurang asem oneng markoneng itu majikanmu oneeeeennngg pecat mewek kejer loe 🤣🤣🤣
2024-03-26
1
nath_e
🤣🤣🤣🤣🤣itu majikan lu neeeeeng
2023-05-05
0
Bzaa
astaga naga... eneng mulut ny ga ada filternya 😃🤣
2022-08-31
1