"Neng. Oh eneng"
"Apa jap. Tumben loe nyariin gue. Kangen ya"
"Nunggu ikan lele sama ikan nila kawun dulu baru gue kangen ma loe"
"Ya tinggal loe kawinin aja. Beres"
"Neng loe mau ikut acara tujuh belasan gak"
"Seperti biasa gue mau nyanyi aja jap"
"Ck. Mbok ganti yang lain kenapa neng. Nyanyi melulu"
"Ntar kalau gue nari, emak gue ngamuk kali jap"
"Maksud gue, kita ngedrama gitu biar lain daripada yang lain"
"Hidup loe aja uda penuh drama jap. Pake ngedrama segala"
"Terus apa dong. Biar lain daripada yang lain gitu"
"Loe nari topeng monyet. Beuh pasti seru"
"Sontoloyo emang loe neng. Boleh gak gue jeburin loe ke empang buat makanan si patin"
"Gapapa biar gue ikutan jadi penyanyi terkenal"
"Maksud loe paan"
"Ya itu katanya gue mau loe kenalin ma si patin. Dia kan penyanyi terkenal"
"Itu mah fatin neng bukan patin"
"Sama aja patin. Eneng gk bisa ngomong ep"
"Duh gusti kenapa punya teman oleng gini ya"
"Pulang sono ganggu gue aja loe"
"Loe emang lagi ngapain sih neng"
"Loe kepo amat sih jap"
"Ya udah gue balik ntar gue tunggu jawaban loe neng. Awas kalau gak datang"
"Iya-iya"
Japri pergi dari pelataran rumah eneng menuju sawah untuk kembali ngangon bebek. Sedangkan eneng lagi didapur sedang memasak untuk sang adik yang sebentar lagi pulang sekolah. Si emak sedang pergi kerja didesa sebelah.
"Assalamualaikum. Titi kamal pulang"
"Eh bocah sok belaga jadi titi kamal. Loe mah titik gak pake koma"
"Berhenti dong teh. Gak bisa lanjut"
"Iyalah. Sono ganti baju. Terus makam"
"Siap teh"
Eneng kembali ke dapur menyiapkan semua masakannya. Makanan sederhana hasil kebon sendiri. Kecuali tempe dan tahu. Karena sampai saat belum ada kebon yang menanam tahu dan tempe. Itu kata eneng.
"Sur. Susur makan yuk"
"Titi eh jangan susur. Gak enak banget dengarnya"
"Iya-iya. Titi, ayo makan"
"Oke teh"
"Gimana sekolah loe hari ini ti"
"Lancar banget teh. Tapi ya titi tadi sempat kesal sama bu guru"
"Lah kenapa. Bu guru marahin loe"
"Nggak. Tapi nilai titi dibikin telur rebus"
"Kok bisa loe dapat nilai telur rebus"
"Katanya titi salah jawabannya jadi dapat telur rebus"
"Salah aja dapat telur rebus. Nah kalau bener, bisa-bisa dapat ayam bakar tuh ti"
"Iya bener itu teh"
"Terus mana telur rebusnya ti"
"Masih nempel dikertasnya. Dari tadi mau titi copot gak bisa"
"Masa sih. Coba bawa sini, teteh copotin"
Titi meninggalkan makanannya dan mengambil kertas hasil ulangan hari ini dan menyerahkan kepada eneng.
"Ni teh"
Eneng membolak-balikkan kertas tersebut mencari letak dimana telur rebus itu berada.
"Mana telurnya ti"
"Makanya dibuka dulu kertasnya teh"
Eneng membukanya perlahan. Tapi yang dilihatnya hanya angka nol besar sekali memenuhi kertas tersebut.
"Mana titi telurnya"
"Lah itu yang warna merah besar"
"Eh dodol itu mah angka nol gede titi"
"La jangan salahin titi. Salahkan pak suwar bilangnya telur rebus"
"Ck ck. Memalukan sekali titi. Kenapa bisa nol nilai loe"
"Mana titi tau. Orang titi jawabannya juga benar loh teh. Coba aja baca teh"
Eneng mulai memperhatikan tulisan dalam kertas tersebut. Dahi eneng sampai berkerut.
Pertanyaannya adalah...
Sebutkan tiga benda padat yang bisa dicairkan.
Jawaban titi adalah..
Emas, Bpkb, dan sertipikat tanah
"Eh kamu yakin jawaban kamu benar ti"
"Benar atuh teh"
"Kamu tau kalau benar darimana coba"
"Nih dengar ya teh. Kemarin titi kan main di rumah rojan. Nah emak si rojan lagi arisan noh. Ibu-ibu disana nanyain emak si rojan. Darimana bisa dapat uang banyak. Emak rojan jawab dari bang Semua penasaran kok bisa bang ngasih uang banyak wong katanya emak rojan gak ngrampok"
"Terus - terus"
"Emak rojan bilang. Ibu-ibu mau dapat uang dari bang itu gampang. Ibu-ibu punya emas, sertipikat tanah apa bpkb motor gak. Nah kompak pada jawab punya. Emak rojan terus bilang. Nah itu bisa dicairkan dibang ibu-ibu. Gitu teh. Kan jawaban titi gak salah"
"Iya juga. Jawaban loe benar itu ti. Ini berarti yang bego gurunya. Masa jawaban benar dikasih nol. Besok perlu teteh luruskan"
"Iya teh. Lurusin aja. Pake catokan lebih gampang"
"Bener-bener. Dah habisin makanan loe. Habis ini teteh tinggal ke rumah emak ijah ya. Ambil kelapa"
"Okay teh"
Surti kembali makan dengan lahapnya. Eneng ikut makan siang bersama surti. Usai makan, eneng bergegas pergi kerumah kendil jennar yang habis dia kawinkan eh nikahkan dadakan.
"Assalamualaikum kendil jennar. Eneng comming"
"Welcome(baca sesuai huruf) eneng. Enter enter"
"Kok enter mak. Artinya apa"
"Gitu aja gak tau. Masuk eneng"
"Oh ya ya"
Eneng masuk kerumah mak ijah untuk membantu mengemasi kelapa yang akan dijual ke pasar esok pagi.
"Gimana mak jadi pengantin baru. Enak kan kan"
"Beuh josss pokok ya neng"
"Iya to. Emang mang kodir masih kuat"
"Kuat banget neng. Emak sampai habis nafas"
"Gila gila. Berarti teebukti omongan mang kodir kalau monas dia gak loyo"
"Hehehe. Biar tua tapi lincah neng"
"Dasar bocah tua nakal"
Tak lama mang kodir datang dari arah kebon. Hanya menggunakan celana panjang kain warna putih dan tanpa baju. Didahinya diikat kain berwarna putih.
"Eh ada eneng toh"
"Eh ada bocah tua nakal"
"Maksud loe siapa neng"
"Mang kodirlah siapa lagi coba"
"Kok bisa"
"Alah gak usah sok gak tau gitu. Emak uda cerita semuanya ke eneng"
Mak ijah sok tersipu malu. Dan mang kodir pun sama. Mereka colek-colekan didepan eneng.
"Wes angel. Angel tenan iki"
(udah susah. Susah bener ini)
Eneng beralih ke empang mak ijah untuk menjaring ikan yang akan dia jual ditetangga sekitar. Sedang asyiknya menjaring, japri melintas dan memanggil eneng.
"Neng. Eneng"
"Paan Jap"
"Gimana loe uda ada ide belum"
"Ide apaan sih"
"Buat pentas seninya"
"Oh itu. Belum kepikiran. Ntar aja jup"
"Ck neng pentasnya tinggal seminggu lagi loh"
"Ya uda gue nyanyi aja dan loe joged"
"Bosen eneng. Cari yang cetar membahana"
"Bentar gue angkat jaring gue dulu"
"Iya"
Japri duduk santai diatas sepeda. Eneng yang merasa kewalahan menarik jaringnya, berteriak meminta bantuan japri.
"Jap bantuin gue bentar. Berat ini"
"Yaelah seberat apa sih neng"
"Yang jelas gak seberat beban hidup loe pri"
"Kayak hidup loe gak berat aja neng"
"Emang gak. Udah ayo bantu gue narik"
Mereka menarik jaring itu secara bersama. Setelah berhasil mengangkat jaringmya, eneng mulai memilah ikan dibantu japri. Mang kodir datang membawa ember.
"Uda selesai neng"
"Udah mang"
Melihat tampilanang kodir yang masih seperti tadi, muncullah ide dari eneng.
"Jap gue udah dapat ide buat malam seni"
"Apaan"
"Loe tunggu sini bentar"
Eneng beranjak mencari potongan arang. Dan mendekatkan arang tersebut pada dada bidang yang hanya berisikan tulang terbungkus kulit. Eneng menulis angka dua satu dua didada tadii.
"Dah beres"
"Ini maksudnya apa neng"
"Loe lupa tanda dua satu dua"
"Wiro sableng"
"Betul. Mang kodir jadi wiro sablengnya, terus gue jadi sinto gendengya"
"Terus apanya dong"
"Loe jadi si kliwon. Mantap kan"
"Kok gue kliwon"
"Biar loe gak kebanyakan dialog. Cuma uuk aak. Sambil garuk-garuk"
Japri yang kesal tetap saja memerankan monyet bernama kliwon. Emang ijah yang keluar rumah langsung melihat suaminya dan dua bocah sableng memerankan perannya.
"Kalian main peran apaan"
"Wiro sableng mak"
"Wiro sableng kan gak punya monyet. Yang punya monyet itu si buta dari gua cermai"
"Wo iya ya eneng lupa"
Japri yang merasa dikerjai eneng pun tak terima.
"Dasar Eneng sableng"
______
Hai hai...eneng muncullll
Jangan lupa bahagian gaessss
Jempolnya yuk digoyang...Vote boleh senin ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
nath_e
ya Allah akak, ninug nulis ikutan konslet keknya ye😂🤣
2023-05-04
1
nath_e
Allahuakbar digendong dong si japri 🤣🤣🤣🤣parah lu neng
2023-05-04
0
nath_e
🤣🤣🤣🤣akuuuuur niiih critanyeeee
2023-05-04
0