Selir Presdir (REVISI)

Selir Presdir (REVISI)

[1] Tawaran Tak Terduga

Brak

Sasha menabrak kursi di meja yang sedang ia bersihkan. Beberapa orang temannya yang bekerja disana ikut kaget dengan bunyi tersebut dan menoleh pada sumber suara.

"Kenapa Sha? Kamu sakit?" tanya Chika yang kasihan melihat temannya ini yang tampak sangat lesu dan pucat dibandingkan hari biasanya.

"Aku baik-baik saja," jawab Sasha. Ia kembali mencoba menyeimbangkan tubuhnya dan tersenyum simpul pada Chika yang masih berdiri di sampingnya.

"Kalau kamu sakit, sebaiknya istirahat sebentar. Aku akan mengerjakan bagian mu," pinta Chika dengan nada khawatirnya.

Chika sangat mengenal Sasha yang sangat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan gadis yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya ini rela untuk bekerja apapun demi menghasilkan uang.

Sasha menghela nafasnya pelan, ia sering kali menambah beban temannya. Terkadang ada perasaan tidak enak karena ia sendiri belum mampu untuk membalasnya. "Maaf, aku selalu merepotkan dirimu," ucapnya dengan raut sedih yang hanya dibalas senyum cantik di wajah Chika.

"Tidak apa, istirahat dulu. Nanti kau bisa lanjutkan pekerjaanmu." Chika tersenyum pada Sasha yang terus menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Terima kasih," tutur Sasha sembari menggapai tangan Chika untuk mengucapkan rasa terima kasihnya.

Hari ini begitu banyak pekerjaan yang harus Sasha selesaikan. Mulai dari pagi ia harus membantu penjual ikan di pasar, siang harus bekerja sebagai pelayan di restoran, dan malam hari akan bekerja di di cafe yang sangat ramai ini.

Jatuh tempo pembayaran utang ayahnya sudah sangat dekat, sedangkan uang yang Sasha kumpulkan masih sangat sedikit belum lagi bunga dari pinjaman itu yang sudah membengkak. Jika tidak segera dilunasi, utang itu pasti akan semakin banyak.

Seharusnya diusianya saat ini, ia lebih sering belajar dan menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayanya. Namun pada kenyataannya, ia harus menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu meninggalkan mereka dengan utang yang sangat banyak. Ia bahkan rela untuk melepaskan statusnya sebagai mahasiswa teladan universitas terbaik di kota ini hanya kerena harus bekerja untuk keluarganya.

Sasha duduk di belakang cafe untuk beristirahat dan menghirup udara segar. Ia mencoba mengecek handphone yang tidak sempat ia pegang dari pagi.

Sasha langsung membuka pesan dari sang adik.

Kakak tidak lupa kan kalau minggu depan Lila dan Lily haru bayar uang sekolah. Kami harus melunasinya sebelum hari kelulusan.

Adik kembarnya itu masih sekolah, tahun ini adalah tahun kelulusan mereka dari sekolah menengah pertama. Setelah itu, Sasha juga harus mencari uang untuk pendaftaran sekolah menengah atas.

Sekolah itu penting untuk masa depan mereka, namun melunasi utang juga hal yang penting supaya hidup mereka tidak diganggu oleh mafia gila itu.

Aku harus bekerja lebih keras lagi, - batin Sasha mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Sasha beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan gontai kembali memasuki cafe. Ia membuang jauh rasa lelah yang membuatnya ingin segera pulang untuk mengistirahatkan diri.

"Maaf Chik, aku terlalu lama." Sasha menghampiri Chika yang begitu sibuk memberikan pelanggan minuman.

Chika yang melihat kedatangan Sasha hanya tersenyum mengangguk, "Ayo Semangat!"

Sasha mulai menghampiri pelanggan yang baru saja datang. Dilihat dari kedekatan mereka, sepasang sejoli ini masih seumuran dengan Sasha.

"Selamat datang. Mau pesan apa?" tanya Sasha ramah pada pasangan tersebut. ia menatap secara bergantian pelanggannya itu.

"Aku mau satu Cocktail, satu Mocktail, dan satu porsi kentang goreng," ujar si pria, sedangkan perempuan yang ada di depannya hanya mengangguk.

Sasha mencatat pesanan pelanggannya ini supaya ia tidak salah. Sebelum menuju ke pelanggan selanjutnya Sasha terlebih dahulu menuju pintu dapur untuk menyerahkan catatan pesanan pelanggan tadi.

"Astaga!" pekik Sasha saat melihat pria mabuk yang terjatuh dari kursinya.

Sasha segera berlari kesana untuk membantu sang pria. Tangannya menggapai pergelangan tangan pria yang sedikit berbadan itu untuk membantunya berdiri, namun pria itu menghempaskan tangan Saha.

"Ayo tuan, saya bantu," ucap Sasha menggapai pergelangan tangan itu. Sasha kembali membantu pria itu untuk berdiri, namun lagi Sasha di dorong kuat oleh pria itu hingga punggung Sasha terkena sudut meja pelanggan lain.

"Akkh-"Sasha pun meringis kesakitan. Namun ia tetap ia berusaha menahannya dan tetap tersenyum.

"Maaf." Sasha membungkukkan tubuhnya pada pelanggan itu karena sudah membuat mereka terganggu.

Saat Sasha membalikkan tubuhnya, pria yang jatuh tadi sudah berdiri dengan tegap walaupun masih dengan keadaan mabuk.

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi Sasha. Sontak beberapa orang yang ada di ruangan sana mencoba menjauhkan Sasha dari pria itu.

"Hei perempuan murahan! Jangan mencoba menyentuhku! Enyah kau dari sini!" ujar si pria sembari menunjuk ke arah Sasha. Pengaruh alkohol membuatnya mabuk dan membual.

Sasha menjauhkan dirinya dan berjalan pelan menuju belakang cafe sembari memegang pipinya. Pipinya begitu nyeri dan sudut bibirnya luka. Rasa pusing yang tadi belum hilang ditambah lagi dengan tamparan sang pria membuat kepalanya ikut berdenyut.

"Sha, kamu tidak apa?" Tanya Chika yang panik melihat kejadian tadi.

"Hanya nyeri sedikit saja." Sasha menghapus darah di sudut bibirnya. Ia tersenyum tipis pada Chika mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja.

"Ayo masuk, nanti bos marah" Sasha mengajak Chika masuk kembali ke dalam cafe. Mereka kembali melanjutkan pekerjaan di cafe, walaupun sesekali Sasha meringis kesakitan.

...***...

Jam sudah menunjukkan jam dua belas malam. Sasha sampai di rumah dengan selamat. Namun belum sempat ia masuk ke dalam rumah ia ingat akan obat yang harus ia beli untuk sang ibu.

"Kenapa aku bisa melupakannya," ucap Sasha bermonolog sambil menepuk jidatnya .

Sasha berbaik arah menuju apotek yang ada di persimpangan rumahnya. Jaraknya cukup jauh dan Sasha tetap harus jalan kesana.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit. Sasha sampai di apotek tempat biasa ia membeli obat.

"Seperti biasa kak," ujar Sasha tersenyum pada perempuan yang tidak asing baginya itu.

Bahkan karena terlalu sering membeli obat, penjaga apotek pun sudah hafal dengan obat yang Sasha perlukan.

Hanya perlu menunggu beberapa menit, perempuan itu memberikan obat itu pada Sasha. " Semoga ibumu lekas sembuh," ujarnya sembari tersenyum.

"Terima kasih," balas Sasha menerima obat yang diberikan padanya.

Setelah membayarnya, Sasha mempercepat langkahnya untuk pulang. Ia tidak ingin membuat sang ibu menunggu terlalu lama dan membuat wanita itu khawatir padanya.

"Hei!" Seorang pria memanggil Sasha. Sasha yang tidak merasa terpanggil pun hanya berlalu melewatinya.

"Sasha Jessica Tom, aku memanggilmu." Pria yang menyenderkan tubuhnya pada pintu mobil itu tersenyum puas saat melihat gadis yang ia panggil menghentikan langkahnya.

" Apa yang kau inginkan?" tanya Sasha tanpa menoleh ataupun membalikkan tubuhnya. Sungguh ia sangat takut apalagi hari sudah sangat larut. Ia sangat takut bertemu dengan orang jahat.

"Aku datang untuk memberikan tawaran untukmu," ucapnya dengan nada sombong.

Pria bernama Zico itu adalah asisten dari seorang presdir pemilik gedung tertinggi di kota ini. Kedatangannya menemui Sasha ingin memberikan kemudahan untuk gadis itu.

"Aku tidak butuh penawaran darimu." Sasha yang merasa percakapan mereka telah berakhir pun melangkahkan kakinya untuk segera pulang.

Namun Zico mencoba menghentikan Sasha dengan kalimatnya, "Utang keluargamu dengan mafia besar itu sebentar lagi jatuh tempo. Apakah kau tidak takut jika kau dan adik-adikmu itu akan dijual dan dijadikan budak? Lalu siapa yang akan merawat ibu mu yang sakit-sakitan itu?"

Sasha menundukkan kepalanya. Perkataan lelaki itu ada benarnya. Utangnya harus dilunasi, jika tidak, bahkan ia sendiri tidak tahu apa yang akan mereka perbuat dengan keluarganya.

Sasha membalikkan tubuhnya. "Jadi apa yang kau inginkan?" tanya Sasha pada pria yang wajahnya tidak jelas karena gelapnya malam.

Zico merasa puas, sebentar lagi ia akan mendapatkan bonus yang begitu besar dari tuannya. Ia berjalan pelan ke arah Sasha dan mendekatkan wajahnya pada telinga Sasha, "Menjadi selir untuk tuanku. Kau tidak perlu khawatir dengan bayaran yang akan kau dapatkan. Dalam beberapa waktu saja, kau bisa langsung melunasi utang mu itu."

Sasha sangat shock dengan apa yang pria itu ucapkan. Apakah dia sedang mencoba membeli dirinya.

"Kau gila! Kau sedang mencoba menipuku?!" Sasha menolehkan kepalanya pada Zico. Wajah mereka sangat dekat sehingga mata tajam Sasha bisa menusuk manik Zico.

"Aku akan menunggu keputusan darimu. Simpan kartu namaku ini." Zico menggenggam tangan Sasha dan meninggalkan kartu namanya pada Sasha. Ia yakin Sasha tidak akan menolak tawarannya ini.

"Pikirkan baik-baik." Zico membalikkan tubuhnya meninggalkan Sasha dengan wajah marahnya. Terlihat jelas bahwa gadis itu sedang menahan amarahnya.

"Hei berhenti! Kau pikir aku seorang jalang?" Teriakan Sasha tidak dihiraukan oleh Zico. Ia memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya pergi dari tempat itu.

Terpopuler

Comments

Budi Suprihatin

Budi Suprihatin

Dunia halu, jadi serba haluuu

2023-10-06

0

Nurhayati

Nurhayati

pri yg mabuk itu siapa, hanya pelanggan biasa atau....???!

2022-03-23

0

Fatma Ningsih

Fatma Ningsih

Masuk favorit

2021-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!