Setelah keputusan yang ia buat, Sasha merasa sedikit lega. Ia tidak memandang hal buruk apa yang akan ia lakukan. Namun ia berpikiran dengan begini ia akan segera melunasi utang keluarganya dan setelah itu ia bisa memberikan kehidupan yang nyaman untuk ibu dan adik-adiknya.
Walaupun masih dengan keraguan yang ada di hatinya, tapi otaknya terus memaksa diri memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Setelah menyelesaikan shift siang di restoran, malam ini Sasha lanjut bekerja di cafe untuk shift malam. Ia baru saja selesai mengganti baju kerjanya dan bersiap untuk memulai pekerjaan.
"Sha, bisa temankan aku ke toko kue sebentar? masih ada tiga puluh menit lagi sebelum waktu pergantian shift," ujar Chika yang menghampiri Sasha.
"Oke Chik, sebentar aku rapikan dulu pakaianku," jawab Sasha yang masih sibuk bercermin memastikan bahwa ia sudah rapi.
"Ayo! Keburu waktunya habis." Sasha menarik tangan Chika untuk segera ke toko kue.
Mereka keluar dari cafe sambil bergandengan tangan. Sasha dan Chika sudah berteman sejak mereka mulai bekerja di cafe ini. Sama-sama menjadi karyawan baru di hari itu membuat mereka saling memberi semangat satu sama lain.
Jarak toko kue dari tempat mereka bekerja tidak terlalu jauh, masih berada di deretan yang sama dan terpisah beberapa toko saja. Sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.
Sasha hanya menunggu di luar, sekaligus menikmati pemandangan kota yang sangat sibuk ini.
"Sudah?" tanya Sasha saat melihat Chika yang keluar dari toko itu. Wajah gadis itu terlihat sangat bahagia.
"Sudah Sha," jawaban Chika membuat Sasha melontarkan senyum di wajahnya. Mereka segera berjalan menuju cafe karena mereka harus segera mulai bekerja.
"Bisa pegang sebentar Sha, tali sepatuku lepas." Sasha mengambil kue yang ada di pegangan Chika. Sasha jalan pelan sembari menengok ke arah Chika.
Brukk
Tanpa sengaja Sasha menabrak punggung seseorang yang ada di depannya. Jantung Sasha berdetak sangat kencang, bukan karena rasa bersalah dengan si pria, namun kue yang ia pegang sedikit penyok di bagian sudutnya.
"Astaga Sasha!" Pekik Chika yang langsung menghampirinya. Wajah Chika tampak memerah menahan marah hendak memaki Sasha.
"Maaf, aku tidak sengaja. Maaf," ucap Sasha panik. Ia merasa sangat bersalah pada Chika.
"Sudahlah!" Chika pergi dengan marah yang ia tahan. Padahal ini adalah kue yang sangat diinginkan ibunya dan ia baru sempat membelikannya sekarang, namun Sasha mengacaukan semuanya.
"Chika tunggu!" teriak Sasha. Belum sempat ia berlari mengejar Chika, tangannya di cekal oleh pria yang barusan ia tabrak.
"Apakah kau tidak ingin meminta maaf padaku nona?" Mata tajam itu menusuk ke dalam manik Sasha. Wajah datar dan nada suara yang sangat dingin berhasil membuat Sasha merasa terintimidasi, belum lagi tangan pria itu memegangnya sangat kuat.
"Maaf tuan." Sasha membungkuk pada pria itu dan segera pergi dari tempat itu.
Pria berwajah tampan dan bertubuh atletis itu hanya menatap Sasha dengan tatapan tajam hingga punggung mungil itu hilang di kerumunan orang yang berlalu lalang.
...***...
Saat bekerja, Chika hanya bersikap acuh tak acuh pada Sasha. Ia diam tanpa mau diajak bicara oleh Sasha. Bahkan Chika terlihat sangat menghindarinya.
"Chik, aku minta maaf." Sasha memegang pergelangan tangan Chika saat mereka hendak keluar dari ruang ganti.
Waktunya untuk pulang tapi Chika tak kunjung mau diajak bicara. Rasa bersalah semakin besar di hati Sasha. Chika pasti sangat marah padanya.
"Sudahlah Sha. Aku mau segera pulang." Chika melepas tangan Sasha yang memegang pergelangan tangannya. Ia tidak ingin marahnya terlepas pada Sasha dan melukai temannya itu.
"Chika!" panggilan Sasha tidak dihiraukan oleh Chika. Gadis itu hanya berjalan lurus ingin segera pulang. Ingin rasanya Sasha menangis saat ini juga. Satu-satunya teman kerja disini marah padanya. Rasanya begitu menyakitkan saat gadis itu mengacuhkannya.
Akhirnya Sasha membalikkan tubuhnya menuju jalan pulang. Rumah mereka berlawanan arah sehingga tidak mungkin berjalan berbarengan untuk pulang.
Sasha masih ingat akan janji bertemu dengan pria yang tidak ia kenal itu. Tepatnya malam ini mereka akan berbicara untuk membicarakan hal penting.
Sasha sampai di persimpangan rumahnya. Tepatnya di dekat apotek persimpangan itu. Sasha tidak melihat mobil yang ia lihat beberapa hari yang lalu itu.
Lama Sasha berdiri sendirian di kegelapan itu, akhirnya mobil yang ditunggu pun datang menghampirinya. Tidak. Lebih tepatnya Sasha yang menghampiri mobil itu saat mobil itu sudah berhenti.
"Masuklah!" Seru Zico pada Sasha.
Sasha sedikit ragu untuk masuk ke dalam mobil, namun Sasha memberanikan diri untuk masuk ke dalam mobil.
Baru saja masuk dalam mobil, Sasha langsung diberikan beberapa lembar kertas untuk dibaca. Sasha memegang kertas itu dan tidak ada yang memberatkan dirinya. Namun larangan-larangan yang ada di bagain bawah sedikit membuat Sasha mengerutkan keningnya.
"Aku akan memastikan aku tidak akan hamil. Tapi apa maksud bahwa aku tidak boleh menyukainya? Aku sangat yakin tidak akan menyukainya," ucap Sasha percaya diri. Ia bisa memastikan perasaannya tidak akan ia berikan pada lelaki yang hanya menjadikannya budak.
"Kau yakin? Dari beberapa wanita yang sudah bekerja dengan tuanku. Tidak ada yang bisa menyangkal perasaan mereka. Ingat! Kalian hanya orang yang dibayar dan tidak akan diperlakukan dengan hati. Jadi buang jauh-jauh pikiran bahwa tuanku akan memberikan hatinya untukmu" Jelas Zico.
Sasha hanya mengangguk pelan dan kembali membaca lembaran itu. Setelah rasa cukup untuk meyakinkan dirinya Sasha pun menandatangani kontrak kerja.
"Bagus." Zico tersenyum puas mendapati tanda tangan Sasha di kertas itu. Uang memang bisa membeli segalanya di dunia ini.
"Ini uang untukmu. Sebaiknya kau sedikit memperbaiki penampilanmu dan rambut panjang mu itu sebaiknya kau potong saja. Uang itu juga sebagai uang ganti kue temanmu yang rusak" Senyum miring memang tidak pernah hilang di wajah tampannya.
Sasha sedikit shock mendengar kata kue keluar dari mulut pria itu. Bagaiman bisa pria ini mengetahui hal tersebut. Padahal ia sangat yakin orang yang ia tabrak tadi bukanlah Zico.
Sasha memperhatikan wajah Zico, memastikan bahwa pria yang ia tabrak tadi bukanlah Zico.
"Oh ya, perkenalkan namaku Zico. Kau bisa bekerja setiap weekend. Aku akan menjemput mu di restoran tempat kau bekerja di hari Sabtu dan kau bisa kembali pulang malam hari Minggu," jelas Zico lagi tentang pekerjaan yang akan diemban Sasha.
"Besok hari Rabu, kau harus check up kesehatanmu. Aku tidak mau tuanku tertular penyakit darimu." Lagi dan lagi Sasha hanya mengangguk. Sepertinya bekerja dengan orang kaya semuanya harus sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sasha menundukkan kepalanya dalam. Ia harap ia tidak akan menyesal seumur hidupnya bekerja seperti ini.
"Baiklah, aku pergi sekarang," ucap Sasha sembari memasuki uang yang diberikan Zico padanya ke dalam tas kecilnya. Sasha membuka pintu mobil dan keluar dari mobil itu.
Zico pun melajukan mobilnya saat Sasha sudah keluar. Tugasnya sudah selesai menemukan perempuan miskin yang siap memberikan apapun yang mereka punya pada orang yang memiliki banyak uang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nurhayati
kan Sasha gak sengaja,knp Chika semarah itu?masa pertemanan hanya senilai kue
2022-03-23
1
Asma Yani
up
2021-08-29
2
Wisu Mmhwilman Ilham
hrus nya chika jngn mrh dong kn g sengja kuenya terjtuh,smga sja shasa g dimangfaatin
2021-08-18
2