YOU!
Sarah POV.
Aku mengelap peluh keringat yang memenuhi keningku dan kembali membersihkan meja-meja bundar pada kafe yang sebentar lagi akan buka.
Aku bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe yang cukup terkenal di Australia.
Aku melirik jam tanganku dan sesekali merapikan kursi di kafe ini. Masih tersisa waktu 10 menit, aku masih bisa untuk memberi makan Langit.
Langit adalah anakku yang sudah berusia 5 tahun, kami pindah ke Australia setelah kejadian itu yang bahkan aku sama sekali tidak menyangka bahwa aku sedang mengandung Langit.
“Maaaa.” Teriakan Langit yang berada di dapur membuatku membereskan alat-alat yang aku gunakan untuk membersihkan kafe ini dan membawanya ke ruangan belakang tempat menyimpan alat-alat kebersihan.
Aku berjalan mendekati Langit yang sedang bermain dengan mainannya yang aku beli saat hari ulang tahunnya yang keempat. “Kenapa sayang?” Tanyaku, membuat Langit melihatku dan menekuk wajahnya.
“Mama lama sekali, Langit sudah lapar.” Gerutunya yang membuatku hanya bisa tersenyum. Aku mengambil kotak makan dan botol minum pada tasku.
Langit langsung menarik tanganku menuju ke depan kafe dan duduk pada salah satu bangku yang ada di luar kafe.
“Mama masak apa buat Langit hari ini?” Tanyanya menatap kotak makan di tanganku. “Nasi goreng dengan telor mata sapi setengah matang.” Jawabku yang membuatnya berteriak senang dan menyuruhku dengan cepat membuka kotak makanannya.
Aku menyuapinya yang sudah membuka mulut dengan lebar. “Masakan Mama emang paling enak!” Pujinya terus menerus yang membuatku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalaku.
“Mama gak makan?” Tanyanya kepadaku.
“Mama sudah makan kok.” Ucapku bohong dan menyuapinya lagi.
Aku membiasakan diriku untuk berhemat agar Langit tidak merasa kekurangan dalam hal apapun. Aku berusaha untuk memberikan hal-hal terbaik untuk Langit agar dia dapat tumbuh menjadi orang yang baik walaupun dengan keadaan kami yang sangat sulit.
Aku terus menyuapinya sampai tidak terasa nasi goreng yang ada di dalam kotak makannya sudah habis yang membuatnya langsung minum air putih dari botol minum yang aku bawakan membuatnya tersenyum dengan senang.
“Makasih Mama, Langit kenyang.” Ucapnya membuatku menciumi pipinya yang chubby berkali-kali.
Tiba-tiba pandangan Langit terpaku saat melihat seorang anak laki-laki yang sedang digendong oleh ayahnya dan bercanda yang membuat anak laki-laki itu tertawa geli.
“Ma, Papa Langit lama banget perginya, Papa Langit gak sayang sama Langit ya? Langit janji gak bakalan nakal kok, Ma.” Ucapnya dengan genangan air mata.
“Maafin mama ya.” Ucapku memeluknya erat dan berusaha menahan air mataku untuk jatuh. Maafin mama karena keegoisan mama.
“Mama gak salah, ini salah papa yang pergi tinggalin kita.” Ucapnya mengusap air mataku.
“Mama jangan nangis lagi, Langit sayang banget sama mama.” Lanjutnya dan memelukku erat. “Mama juga sayang banget sama Langit.” Balasku.
Setelah itu aku mengantarkan Langit ke tempat Day Care yang terpisah beberapa blok dari tempatku bekerja.
“Selamat pagi, Jean.” Sapaku kepada penjaga Day Care yang sudah akrab denganku. “Selamat Pagi, Sarah, halo sweety selamat pagi.” Balas Jean kepadaku dan menyapa Langit.
“Pagi, Auntie.” Balas Langit menampilkan deretan giginya yang putih. “Maafkan aku harus merepotkanmu lagi, Jean.” Ucapku kepada Jean.
“Tidak masalah, Sarah. Hanya saja…”
Jean melihat ke arah Langit yang sedang meletakkan tas punggungnya pada sebuah lemari.
“Aku melihat Langit beberapa akhir ini sering melamun dan sedih, Sar. Apa kalian sedang ada masalah?” Ucap Jean dengan khawatir. Apa Langit masih sering memikirkan tentang ayahnya.
“Kami baik-baik saja kok, Jean. Terima kasih atas kekhawatiranmu.” Ucapku.
“Baiklah dan ingat Sarah, kalau kamu ada masalah apapun itu jangan sungkan-sungkan untuk meminta pertolonganku, oke.” Ucap Jean yang aku jawab dengan mengangukkan kepalaku.
Aku menghampiri Langit dan menunduk untuk menyamakan tinggiku dengannya. “Mama sudah mau berangkat kerja?” Tanyanya kepadaku dan memainkan rambutku.
“Iya, sayang. Langit jadi anak baik ya sampai mama jemput lagi nanti sore, oke?” Ucapku memeluknya dan memberikan kecupan pada pipinya.
Setelah itu aku segera berlari untuk sampai ke tempat kerjaku.
“Eh pagi, Ms. Rose.” Sapaku dengan terengah-engah. “Pagi, Sarah. Habis mengantarkan Langit?” Tanyanya kepadaku saat sedang membuka pintu kafe miliknya.
“Iya, Ms. Rose. Maafkan saya membuat anda menjadi menunggu di luar.” Ucapku.
“Sarah, seperti yang saya katakan sebelumnya, kamu boleh banget kok ajak Langit buat tunggu di kafe selama kamu kerja.” Ucap Ms. Rose.
“Tidak apa-apa, Ms. Rose. Saya tidak mau menganggu kegiatan di kafe nantinya.” Ucapku, setelah itu Ms. Rose menepuk pundak ku dengan tersenyum dan berlalu pergi menuju ke ruang kerjanya di dalam kafe.
Aku memasukkan kotak makan Langit dan botol minum yang sudah kosong ke dalam tasku. Mengambil dua buah crackers yang di sediakan oleh kafe dan memakannya untuk mengganjal perutku.
Setelah itu beberapa rekan kerjaku mulai berdatangan dan kafe pun mulai ramai oleh pengunjung seperti biasanya. Aku yang sedang berada di belakang mesin kasir sibuk menerima pesanan dari para pengunjung dan menyelesaikan pembayaran yang di lakukan oleh para pengunjung yang sudah selesai menikmati makanan atau minuman yang di sediakan di kafe kami.
Terkadang aku ikut juga membantu rekan kerja ku yang lain menyiapkan makanan dan minuman, tetapi untuk satu minuman yang menjadi best seller di kafe ini yaitu matcha latte. Ms. Rose dan teman-temanku mempercayakannya kepadaku, karena menurut mereka matcha latte buatan ku adalah yang paling terenak yang pernah mereka rasakan, begitu pun dengan para pengunjung.
Sampai pintu kafe terbuka, membuat pintu kaca berdecit spontan membuatku tidak dapat memalingkan mata dari pintu, menatap seseorang yang datang. Pria itu masih tetap sama dalam kenangan ku, pria usia tiga puluhan datang dengan balutan jas blue navy, dengan parfum beraroma mint yang langsung tercium olehku meskipun jarak kasir dan pintu cukup jauh.
“Siapa dia?” Teriak kecil dari salah satu rekan kerjaku. Aku menelan ludah kasar dan berharap dia bukan orang yang aku pikirkan, kuharap ini hanya mimpi. Sampai pria itu berdiri di depan kasir, sikap arogannya langsung menjalar di tubuhku.
Rasa rindu itu kembali hadir, ingin sekali aku menyentuh wajahnya, merasakan kehangatan tubuhnya untuk bertukar suhu dengan diriku, sampai aku tersentak kaget dari lamunanku saat salah satu rekan kerjaku menyikutku.
“Apakah anda tuli?” Ucapnya yang membuatku seketika menjadi takut dan menundukkan kepalaku tidak berani menatapnya.
“Ma…maaf Tuan, anda mau pesan apa?” Tanyaku dengan suara serak. “Saya ingin memesan matcha latte.” Ucapnya lagi. “Ba...baik.”
Dia berlalu pergi melangkahkan kakinya menuju ke konter pickup. Sorot mata itu mengingatkanku akan sensasi ditelanjangi.
Setelah 5 tahun berlalu takdir akhirnya memainkan lagi perannya.
Dia mantan suami ku Angkasa Pratama.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
— yuzukı yukı.
semangat ko
2022-01-09
0
🏕ℛ𝓲𝓷𝓪ᷞ ͧ ͨ ͣ ͥ ͫ ᏩεšᖇεҜ๏❥࿐
tiba2 udah ceraii ajaaa 🤔🤔 abang suka bangetttt bikin hidup sarah seperti bola 😒😒😒
2021-07-01
0
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
bang kenapa Sarah bisa cerai sama Kassa,gimana ceritanya??dihhh abang ga asyik deh 😒😒
2021-07-01
0