Sarah POV.
Aku menyerahkan cup plastik minuman pesanannya. “Silahkan, Tuan.”
Di depan ku berdiri Angkasa Pratama dengan kesempurnaan yang tidak pernah berubah pada saat terakhir aku mengenalnya.
Mata hitam tajamnya yang dia wariskan kepada putra ku membuatku tidak dapat bergerak.
Dia mengambil minumannya dan pergi meninggalkan kafe yang membuatku hanya dapat melihat punggung tegapnya pergi menghilang di balik pintu kaca kafe.
Aku berjalan dengan lesu ke belakang kafe setelah meminta rekan kerjaku yang lain untuk menggantikan ku sebentar.
Hal yang tidak pernah aku bayangkan bertemu kembali dengan seorang Angkasa Pratama. Apa yang dia lakukan disini?
Aku meremas celemek ku lalu memikirkan mengenai Angkasa akan membawa Langit apabla dia tahu kalau Langit adalah anaknya dan mengambilnya dariku. Apa yang harus aku lakukan.
“Kamu tidak apa-apa, Sarah? Apa yang kamu lakukan disini?” Tanya Dave, teman dan juga mantan kekasihku sewaktu di SMA.
Dia masih berharap dan mengejar cintaku kembali setelah tahu bahwa aku kabur ke Australia ini dan berpisah dengan Angkasa.
Dave dulu adalah seseorang yang sangat aku cintai, sampai dia pergi meninggalkanku tanpa alasan. Tetapi dia kembali kepadaku saat cintanya tergantikan oleh orang lain dan cinta itu lebih besar dari cintaku kepadanya. Orang itu adalah Angkasa Pratama.
“A…aku tidak apa-apa.” Ucapku berdiri.
“Bagaimana kamu tahu aku da disini?” Tanyaku.
Dia tersenyum kepadaku.
“Aku melihatmu pergi ke sini dengan wajah yang pucat.” Ucapnya khawatir.
“Aku baik-baik saja Dave dan apa kamu tidak bekerja?” tanyaku lagi. Dave adalah seorang model terkenal dimana wajahnya selalu dapat kalian lihat pada berbagai macam majalah fashion di Australia.
“Aku sedang libur.” Ucapnya ikut duduk bersamaku pada sebuah bangku kayu.
“Sar, saat aku ke kafe ini, aku seperti melihat…”
“Kamu mau mengajakku dan Langit untuk makan malam kan? Aku akan bersiap-siap, bisakah kamu menolongku untuk menjemput Langit?” Ucapku yang dijawab anggukan olehnya, setelah itu aku pergi masuk ke dalam kafe, meninggalkan Dave yang masih mematung. Aku mohon jangan sampai Dave tahu kalau Kassa disini.
Aku mengganti baju kerjaku dengan baju santaiku dan izin pulang kepada Ms. Rose dan rekan kerjaku yang lain karena memang jam kerja shift ku sudah selesai.
Bruk!!!
Aku menabrak seseorang saat membuka pintu kaca kafe.
“Maafkan saya, ini salah saya karena terburu-buru.” Ucapku melihat jas yang dikenakan oleh orang di depanku basah oleh cairan berwarna coklat dari cup plastik yang di pegangnya.
Cup plastik itu bertuliskan “Tuan Angkasa.”
“Kamu lagi, selain tuli apakah kamu menjadi orang buta sekarang.” Ucapnya.
Aku dengan perlahan mengangkat wajahku dan tepat menatap matanya. “Apa kamu memang sengaja untuk menggodaku.” Ucapnya lagi.
Aku diam menatapnya ada rasa rindu yang tidak pernah pudar selama 5 tahun ini.
“Maaf, saya tidak…” Ucapanku tidak terselesaikan karena Kassa sudah pergi dari hadapanku.
Dengan langkah cepat, aku segera pergi menemui Dave dan Langit.
Di dalam perjalanan aku berpikir untuk segera berhenti dari pekerjaanku sekarang dan mencari pekerjaan lain atau bahkan pindah dari negara ini.
Sampai aku berada pada seberang jalan dari bangunan Day Care tempat Langit aku titipkan.
Aku melihatnya sedang berada dalam gendongan Dave, dia tertawa dengan lelucon yang di lontarkan oleh Dave. Langitku tertawa bahagia.
Aku menahan air mataku untuk tidak jatuh membasahi pipiku, Langitlah yang membuatku dapat bertahan sampai saat ini walaupun kata bahagia itu jauh dariku, aku terlalu payah untuk menjadi orang tua bagi Langit.
Kalau saja waktu itu aku bisa menahan Angkasa untuk tidak pergi meninggalkanku mungkin semuanya tidak akan seperti ini, mungkin kehidupan ku akan lebih baik dan Langit dapat bahagia bersama ayahnya.
Seketika rasa takut menyerang diriku.
Aku takut Angkasa akan mengambil Langit ku, aku tidak akan membiarkannya.
Langit adalah sumber kebahagiaanku, aku rela untuk memberikan nyawaku untuknya. Langit adalah segalanya untukku.
Langit melambaikan tangannya saat melihat ku yang berada di seberang jalan, Dave yang melihat itu pun ikut tersenyum melihatku, setelah itu aku berjalan menghampiri mereka dan menghapus kristal air mata di pelupuk mataku.
“Sudah siap?” Tanya Dave dengan Langit yang masih dalam gendongannya. “Sudah.” Balasku.
“Mama, Uncle Dave mau ajak kita makan.” Teriak Langit dengan senang yang membuatku hanya dapat menggelengkan kepalaku.
“Kamu terlalu memanjakannya Dave.” Dave hanya mengangkat bahunya dan melangkah menuju ke mobilnya yang terparkir di depan Day Care.
Aku memasuki mobil dan duduk di sebelah Dave, terlihat Langit yang sedang sibuk bermain dengan mainan baru.
“Dave, kamu membelikannya mainan lagi?”
Dave hanya tersenyum membuat wajah polosnya tanpa dosa.
“Dave, aku tidak mau kamu terlalu memanjakan Langit seperti ini.” Ucapku yang diabaikan oleh Dave seperti biasa.
Tak ada percakapan apapun lagi sampai kami tiba di sebuah restoran dimana semua orang yang bertemu dengan Dave selalu meminta foto membuatku membawa Langit untuk menjaga jarak darinya.
Aku tidak mau nama baik Dave akan tercemar karena kami.
Setelah makan malam itu, Dave mengantarkan kami kembali, mobilnya berhenti di sebuah gedung berlantai dua yang merupakan tempat tinggalku.
Dave keluar bersamaku dengan menggendong Langit di pelukannya.
Aku melihat sebuah mobil yang belum pernah aku lihat, terparkir tidak jauh di depan tempat tinggalku.
Mobil siapa itu? Aku belum pernah melihatnya.
“Besok kamu akan berangkat kerja jam berapa?” Tanya Dave setelah meletakkan Langit di tempat tidur.
“Aku belum tahu Dave.” Ucapku dengan mengambilkan air untuk membasahi tenggorokanku yang kering.
“Aku akan menjemputmu.” Ucapnya, aku menggeleng.
“Sar, aku hanya mau menjemputmu, tidak bisakah kamu mengiyakannya?” Ucap Dave terdengar kecewa membuatku menatap mata birunya.
“Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Dave?” Tanyaku langsung membuat Dave mendekatiku hingga punggungku tertahan oleh dinding dapur.
“Aku menginginkanmu, kamu sudah tahu itu.” Jawabnya, tangannya menyentuh pipiku dan mengelusnya dengan lembut membuatku nyaman.
“Aku hanya menginginkanmu kembali kepadaku, itu yang aku inginkan.” Lanjutnya lagi.
“Dave.” Panggilku lembut dan menarik tangannya.
“Kamu tahu kalau aku tidak bisa.”
“Sarah, ini sudah 5 tahun, mau berapa lama lagi kamu mengingat pria itu.” Ucap Dave marah.
“Bahkan kamu tidak pernah melepas cincin itu dari jari manismu.” Lanjutnya lagi, aku dengan spontan melihat cincin di jari manis tangan kananku. Cincin pernikahanku.
Dave menghela napas dan memberikan sebuah kertas yang bertuliskan “Australia’s Next Top Model.”
Aku menaikkan alisku dan melihatnya dengan heran. “Apa ini?”
“Ini adalah jalan yang mungkin dapat membuat kehidupanmu dan Langit berubah, datanglah ke agensiku besok.” Jelasnya.
“Kalau kamu memang tidak mau menerima setiap bantuanku, setidaknya turuti permintaanku kali ini, aku tidak akan pernah tenang melihat kondisi kalian berdua seperti ini.” Ucapnya penuh kelembutan.
Aku mengambil kertas itu. “Aku akan memikirkannya.” Setelah itu Dave pergi meninggalkanku.
Aku menundukkan diriku pada sofa usang milikku. “Apa aku bisa?”
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Bell
next
2021-07-01
0
🏕ℛ𝓲𝓷𝓪ᷞ ͧ ͨ ͣ ͥ ͫ ᏩεšᖇεҜ๏❥࿐
waaah abang parah bikin kita2 jadi penasaran kejadian 5tahun yg lalu
2021-07-01
0
🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~
blm sampe di flashback nya y thor..pinisirin..
2021-07-01
0