Sarah POV.
Aku terbangun saat bunyi alarm mengganggu tidurku, setelah mematikan alarm aku membersihkan wajahku dan menggosok gigiku.
Menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk Langit, sepotong sandwich dengan satu gelas susu coklat hangat kesukaannya.
Aku juga menyiapkan air hangat dan memasukkannya ke dalam kamar mandi untuk Langit.
Aku masuk ke dalam kamar Langit melihatnya yang masih belum bangun, membuatku tersenyum lalu menghampirinya, mencium pipinya berkali-kali hingga membuatnya terganggu dari tidurnya.
“Pagi, Langit.” Sapaku lembut kepadanya yang sedang membuka matanya, mata tajam yang diwariskan oleh ayahnya.
“Pagi mama.” Balasnya meregangkan tubuhnya.
“Langit pergi mandi ya, mama siapkan pakaian Langit, oke.” Ucapku membuatnya segera turun dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi.
“Mama hari ini tidak berangkat kerja?” Tanyanya dengan mulut penuh dan wajah heran melihatku tidak menggunakan baju kerjaku seperti biasanya.
Aku mengecup pucuk kepalanya.
“Mama hari ini ada urusan dan izin untuk bekerja di kafe, tetapi nanti Mama akan langsung jemput Langit setelah urusan mama selesai, oke.” Ucapku.
“Kita pergi jalan-jalan ya.” Teriak Langit.
“Iya.”
Setelah mengantarkan Langit di tempat Day Care dan memastikan bekal makan siang dan minum untuk Langit.
Aku segera menuju ke tempat agensi yang dikatakan oleh Dave. CM Agency.
Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam gedung di depanku dengan wajah tegang dan suhu tubuhku yang tiba-tiba saja menjadi panas dingin.
Setelah mengatakan kepada seorang wanita muda yang berstelan pas badan maksud kedatanganku dan siapa yang mereferensikan ku.
Dia memintaku untuk menunggu di ruang tunggu dengan menawarkan ku satu cangkir lemon tea hangat.
Pintu kaca berlogo tulisan huruf kapital CM terbuka.
Muncul seorang wanita berkulit putih dengan rambut berwarna kecoklatan sebahu.
Tubuhnya tinggi proporsional dengan sebuah tas LV, usianya mungkin seumuran denganku.
Tatapannya melihatku tidak senang.
“Pagi, Sarah.” Suara Dave mengejutkanku.
“Pagi, Dave.”
“Maaf ya, seharusnya interviewnya pukul delapan, tetapi sekarang kepala agensi sedang ada meeting penting, jadi interview mu di undur, tidak apa-apa kan?” Tanya Dave yang aku jawab dengan anggukan kepalaku.
“Kalau begitu kamu tunggu disini dulu ya, aku mau masuk lagi karena aku juga ikut meeting bersama mereka.” Ucap Dave berlalu pergi dariku, begitu pun juga wanita yang tadi menatapku tidak senang.
Aku berjalan ke toilet, sepanjang dinding di dalam gedung ini terpasang foto-foto dari para model dari CM Agency.
Ada satu foto dengan ukuran yang sangat besar pada sepetak dinding kosong yang sepertinya merupakan tempat khusus.
The Face of CM Agency: Dave Franco.
Wajah dengan senyum tipis dan mata biru yang menatap kamera dengan lekat membuat siapapun yang lewat akan memandang takjub dengan foto yang dilihatnya saat ini.
Sampai berada pada lantai 3, aku berhenti pada sebuah coffee shop yang sudah dipenuhi oleh gadis dan pria yang berpenampilan sangat fashionable.
Mereka menatapku dari atas ke bawah membuatku sedikit gugup untuk memegang satu kaleng kopi dingin yang baru saja aku ambil dari mesin minuman.
Bruk!!!
Aku tersandung dengan kakiku sendiri. Menutup mataku karena aku takut akan merasakan sakit pada tubuhku karena berbenturan dengan lantai porselen di bawahku.
Tetapi sampai hitungan ketiga aku hanya merasakan tubuhku menabrak sesuatu yang tidak sekeras lantai.
Aku membuka mataku perlahan dan bertemu dengan sepasang mata hitam tajam yang selama ini aku hindari. Kassa.
Berada dekat dengan wajah tegasnya, alis tebal, bibirnya yang penuh.
Tidak ada yang berubah hanya saja mata itu terlihat lelah dengan sedikit kerutan pada pelipis matanya.
Ingin sekali aku untuk menyentuh wajah itu, memberikan sentuhan ku lagi dan mengatakan. Aku mencintaimu.
“Menyingkir.” Perintahnya tegas.
Aku yang terkejut langsung berangkat dari jatuhku dan mundur dari dirinya, sampai dengan jelas aku melihat kemeja putih dan jas berwarna krem itu bernoda dan berbau kopi. Apa yang harus aku lakukan.
“Ikut aku.” Ucapnya setelah berdiri dan menarik tanganku.
Kami keluar dari Coffee Shop menuju ke toilet pria. Tubuhku di benturkan ke dinding toilet membuatku sedikit meringis kesakitan. “Ma...maaf, Tuan.” Ucapku.
“Kamu lagi, apa sebenarnya yang kamu ingin lakukan kepadaku?” Tanyanya membuatku bingung.
Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, tubuhku di tarik kembali masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan dikunci. “Ap…”
Mulutku didekap telapak tangannya.
Suara beberapa orang pria masuk ke dalam ruangan, mungkin ada sekitar tiga atau empat orang pria.
Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka sedang bicarakan. Memejamkan mataku, menghirup bau tubuh Angkasa yang dapat sangat aku cium dari jarak sedekat ini.
Tiba-tiba kecupan hangat pada leherku membuatku mataku terbuka dengan spontan, tetapi aku tidak menolak.
Tangan kuat itu melingkar di pinggangku, merengkuhku membawanya duduk pada dudukan kloset dan memangkuku.
Hembusan nafas hangat pada tulang selangka, membuat ku melengkungkan tubuhku. “Engh.” Rintihanku yang aku tahan dengan menggigit bibir bawahku.
Suara pantofel mendekati bilik pintu kami membuatku tersadar dan melihat Angkasa yang sekarang sedang berada pada bagian tubuhku yang dulu menjadi tempat favoritnya untuk bersandar.
Ingin sekali aku menyentuh tengkuk kepalanya dan meremas rambut hitamnya cepaknya, tetapi aku mengurungkan niatku saat suara pria-pria di luar menjauh dari toilet yang diikuti oleh suara tawa mereka.
Aku berangkat dari pangkuannya dan menjauh darinya, keluar dari toilet itu menahan kristal air mata pada mataku.
Aku jatuh lagi, jatuh hati pada seorang Angkasa Pratama.
“Sarah!” Suara seorang pria memanggilku membuatku menoleh ke arahnya. “Dave.”
“Kamu kemana saja? Aku mencarimu daritadi.” Dave melihatku dengan heran karena peluh yang memenuhi keningku.
“A…aku tadi sedang di toilet.” Ucapku mengambil tisu dari tasku dan membersihkan keringat dan butir air mataku.
“Apakah meetingnya sudah selesai?” Tanyaku untuk mengalihkan perhatian.
“Sudah dan sekarang mereka sedang menunggumu.” Ucapnya. “Oh, oke.” Ucapku berusaha menenangkan diriku.
Dave membawaku menuju ke sebuah ruangan studio foto dengan sebuah layar hijau di salah satu sudut dan berhadapan dengan meja panjang diisi oleh tiga orang, dua pria dan satu wanita, salah satunya adalah Dave.
Aku berdiri di tengah ruangan, menatap seorang pria yang duduk paling tengah dengan rambut keemasan, jas berwarna merah maroon dan berpostur tegap, mungkin dia adalah ketua agensi yang diberitahukan oleh Dave. Calvin Marten.
“Halo, Sarah. Perkenalkan saya Calvin. Saya sebelumnya ingin mengucapkan permintaan maaf karena kami dengan terpaksa harus menggeser jadwal audisi mu, jadi untuk mempersingkat waktu, aku akan menjelaskan sedikit saja maksud dan tujuan kami mengadakan audisi untuk beberapa model di agensi kami.” Ucapnya dengan suara penuh kepemimpinan.
“Kami ingin merekrut beberapa model baru yang akan kami latih untuk mengikuti ajang paling bergengsi di Australia sekarang ini, yaitu Australia’s Next Top Model. Semua agensi yang ada di Australia akan mendaftarkan model-model berpotensi mereka dan hanya beberapa model saja yang akan lolos untuk menjadi kontestan.” Lanjut Calvin.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Christine Noven Dwisofia
semangat thor💪🙏
2021-07-08
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
uh kasa🥰🥰🥰
2021-07-07
2
🏕ℛ𝓲𝓷𝓪ᷞ ͧ ͨ ͣ ͥ ͫ ᏩεšᖇεҜ๏❥࿐
lama amattt up nya 🤧🤧
2021-07-06
0