Limerence
Juli 2012
Bandara Soekarno Hatta terlihat ramai seperti biasanya. Banyak orang berlalu-lalang untuk mengantar dan menjemput. Kim melihat sekelilingnya, dia yakin akan merindukan kota kelahirannya ini.
"Apa kamu yakin nak akan pergi?" Kim menoleh menatap wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri, dan memberikan senyuman terbaiknya.
"Ibu ga usah khawatir. Ini sudah keputusanku. Aku akan baik-baik saja." Kim meyakinkan. Menggenggam kedua tangan orang yang sangat berarti baginya itu.
"Bagaimana kalau ibu kangen? Apa kamu akan pulang, mengunjungi ibu? Ibu memang bukan ibu kandungmu tapi Kim tau kan kalau ibu sayang sama Kim?"
Ibu Ratih mengusap kepala Kimberly dengan sayang. Ibu Ratih selalu berharap Kimberly lah yang akan menjadi menantunya. Tapi bahkan anaknya sama sekali tidak sadar akan perasaannya sendiri. Ia memaklumi. Mungkin mereka masih terlalu muda untuk sadar akan hal itu.
"Ibu udah Kim anggap Ibu kandung Kim. Ibu yang selalu disisi Kim saat Mama pergi. Terima kasih bu. untuk semuanya. Maaf Kim selalu merepotkan ibu dan yang lain. Kalau ibu kangen kan bisa telepon Kim bisa lewat Skyp* juga bu. Minta tolong sama ayah, kak Vina atau Al. Kim akan mengunjungi ibu kalau waktunya sudah tepat. Ibu pasti paham yang Kim maksud." Suara Kim melemah saat menyebut nama yang terakhir dan Ibu Ratih menyadari itu. Ia tau seberapa besar perasaan Kim terhadap anaknya itu.
Suara panggilan untuk pesawatnya sudah diumumkan. Kim bersiap bangun dari duduknya dan menatap sosok yang ada di hadapannya lagi. Hanya ibu Ratih yang mengantarnya ke bandara dan supir keluarganya. Suaminya ayah Dana harus bekerja. Kak Vina anak pertama bu Ratih pun harus kuliah. Dan Al. Dia sudah terlalu membenci Al. Bisa dibilang, merek saling mwmbenci.
"Kim pergi ya bu. Salam buat ayah dan yang lain. Jaga kesehatan ya bu." Kim memeluk wanita itu untuk yang terakhir kalinya. Menahan genangan air mata di pelupuk matanya. Kalau bisa milih dia tidak ingin meninggalkan kota ini terlalu banyak kenangan. Bahkan makam ibunya berada di kota ini. Tapi hatinya tidak sanggup. Dengan adanya tawaran beasiswa akhirnya dia memutuskan pergi. Pergi dari kota yang membuatnya tersenyum dan bersedih sekaligus.
"Sering-sering telepon ibu ya. Hati-hati di sana. Jaga kesehatanmu juga. Ingat kamu hidup sendiri di negara orang. Jangan makan makanan instan. Kamu bisa makan, pergunakan keahlian kamu itu. Ibu akan marah kalau tau kamu sakit atau kurus. ingat itu Kim." Ibu Ratih memperingatkan untuk terakhir kali. Mengusap rambut Kim dengan penuh kasih sayang.
"Iya bu. Kim janji tidak makan makanan instan. Tapi kalau kurus bukankah Kim akan terlihat semakin mempesona bu?" Ibu Ratih memukul pelan lengan Kim.
"Buat anak bodohnya ibu itu menyesal."
"Baik bu. Dia pasti menyesal." Kim tersenyum sendu. Tak yakin dengan ucapannya. Bahkan untuk menyapanya Al sudah tidak mau. Dia hanya harus melupakan Al. Dan inilah kesempatannya untuk melupakan Al. Ia harus yakin ia akan bangkit, toh jalannya masih panjang
Kali ini Kim harus benar benar pergi. Menoleh untuk yang terakhir kali merekam wajah yang akan dirindukannya wajah yang begitu mirip dengan sosok itu. Ia akan baik-baik saja. Hidupnya akan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Siti Fajar Herlina
Mampir DL. lanjut...
2022-03-22
0
Byla
Mampiirr aah..
2021-12-10
0
Chandra Dollores
mampirrrr
2021-09-05
1