Mama Muda
Hai... Teman-teman terima kasih banyak buat yang udah mampir ke cerita ini. jangan lupa tinggalkan jejak like dan komentar positifnya biar aku makin semangat. Jaga kesehatan selalu, SALAM DARI PENULIS AMATIR.😊🤗🤗
Tanggal 18 Februari 2018 seorang bayi telah lahir kedunia, kehadirannya tidak diterima di keluarga besarnya, kakek dan neneknya pun membencinya. Sedangkan sang papa pergi meninggalkannya semenjak dia masih dalam kandungan.
Saat ini Kasya tengah berjuang hidup dan mati demi malaikat kecil yang tidak berdosa, Kasya berusaha mengatur pernafasannya, keringat sudah bercucuran," Kak aku nggak bisa kak," ucap Kasya seraya menangis sesenggukan menatap wajah sang kakak yang begitu mengkhawatirkan keadaan saat ini. Tangannya mencengkram erat tangan sang kakak," Tarik napas Kay kamu pasti bisa," Ujar Gisel menyemangati adik kesayangannya.
"Kamu pasti bisa Kay, tarik nafas panjang lalu keluarkan," instruksi Gisel.
"Kak aku nggak bisa..." suara napas Kasya melambat," Kak aku minta..." Kasya mengambil jeda.
"Iya Kay, kenapa?" Dia masih menatap Kasya dengan rasa khawatir.
"Aku... titip anak aku ... jaga dia baik-baik... Rawat dia seperti anak kandung kakak aku mohon..." Sambung Kasya yang sudah tidak memiliki tenaga lagi.
Kasya dilarikan keruang operasi, tadinya dia ingin melahirkan anaknya secara normal, tapi keadaan tak memungkinkan karena dia sudah terlalu lemah dan juga pendarahan. Demi menyelamatkan bayi yang berada diperutnya hanya bisa dengan cara operasi Caesar.
Gisel menggigit bibir bawahnya, kini dia duduk didepan ruang operasi menunggu Kasya yang sedang berada didalam. Mulutnya komat-kamit melafalkan doa berharap Allah menyelamatkan mereka berdua. Sudah cukup penderita yang dialami keluarganya, Gisel dan juga Kasya diusir oleh kedua orang tuanya. Karena Gisel melarang Kasya menggugurkan kandungannya beberapa bulan lalu.
Setelah sekian lama menunggu, suara tangisan bayi terdengar memenuhi ruangan operasi, dia cantik dan juga sehat, berat badannya ideal seperti bayi pada umumnya. Setelah dibersihkan dokter segera menyiapkan ruangan khusus bayi. Dokter keluar dengan peluh keringat yang membasahi keningnya, dia telah bekerja dengan keras.
"Selamat atas kelahiran bayi anda, bayi perempuan dia sehat, cantik dan tidak kekurangan satu apapun," Dokter menjelaskan.
"Bagaimana dengan Kasya? apa dia baik-baik saja dokter?" Cerocos Gisel karena terakhir kali dia melihat Kasya sudah tidak memiliki tenaga.
Tanpa menjelaskan apa yang terjadi, hanya melihat raut wajah sang dokter Gisel sudah bisa menebak jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Kasya. Dia tidak bisa diselamatkan karena pendarahan hebat, nyawanya tidak tertolong.
Mendengar jika Kasya tidak bisa diselamatkan Gisel segera menelfon kedua orang tuanya, untuk memberi kabar duka dan memberi tahu jika cucu pertama mereka telah lahir kedunia.
Berulang kali Gisel mencoba menghubungi kedua orang tuanya tapi tidak ada Jawaban, Gisel terperosot jatuh dilantai bahunya gemetar, dia terisak mendalam.
"Baiklah mulai sekarang kau bukan keponakan aku, tapi kau adalah anakku. Kau tenang saja Kay aku akan merawat anakmu seperti anakku sendiri," Gisel bermonolog berjanji akan menjadi orang tua tunggal bagi bayi perempuan yang diberi nama Jung Ara Ardhiona Surya Baskara. Jung adalah marga dari seseorang yang diidolakan oleh Gisel. Boy group asal Korea Selatan dia sosok yang ceria, penyayang dan bisa mencairkan suasana yang tegang.
I am your hope
Your my hope kalimat yang sering dia ucapkan.
Gisel seorang wanita berzodiak libra, berprofesi sebagai penulis novel, penulis buku dan scenario film. Di usianya yang baru genap 21 tahun dia sudah hidup mandiri, terpisah dari kedua orang tuanya. Gisel tinggal sendiri dirumah yang dia beli dengan kerja kerasnya selama ini, rumah tidak terlalu besar berlantai dua kini menjadi tempat tinggalnya bersama Ara, malaikat kecil yang baru saja lahir.
***
Empat bulan yang lalu. Ayah dan ibunya menentang Gisel yang bersikeras ingin membesarkan anak yang sedang dikandung Kasya.
"Aku akan membesarnya sendiri, jangan membunuhnya dia tidak salah sama sekali." Gisel yang tak berani menatap mata sang ayah, tangannya gemetar, tidak ada hal yang lebih menakutkan di dunia ini kecuali amarah kedua orang tuanya.
Selama ini Gisel adalah anak yang patuh pada kedua orang tuanya, tidak pernah membantah, tapi malam ini ia benar-benar membuat murka.
"Apa!"
"Apa yang kau katakan! Apa ibu tidak salah mendengarnya, kau ingin membesarkan anak itu sendiri!" Ibu menekan disetiap kata-katanya menandakan dia benar-benar murka.
"Ibu, aku akan membesarnya." Gisel menjawab dengan penuh keyakinan.
"Kemana pria brengsek itu! yang tidak mau bertanggung jawab, jika dia muncul dihadapan ku saat ini aku akan langsung membunuhnya." Ayah yang sedari tadi diam pun ikut berbicara, guratan amarah terlihat jelas diwajahnya.
"Ayah maafkan aku, kali ini aku tidak patuh dengan kata-katamu, aku akan tetap membesarnya. Bahkan jika perlu aku tidak perlu menikah, aku akan membesarnya dia tidak salah Ayah, ibu." Gisel yang tak berani memandang wajah kedua orang tuanya, walaupun disetiap kata yang ia katakan dengan penuh keyakinan.
Plak...! Plak...! Tamparan keras bolak-balik dipimpinnya, ada cairan merah disudut bibirnya karena tamparan dari sang Ibu.
"Apa kau sudah tidak waras lagi! Kau pikir membesarkan seorang anak sendirian itu mudah! Apa yang dikatakan orang-orang nanti, kau belum menikah tapi sudah menggendong bayi! kau benar-benar membuat kami malu Gisel. Kami malu punya anak sepertimu." Lanjutnya lagi kali ini diiringi dengan suara tangisan. Gisel bersujud memohon ampun sampai mencium kaki kedua orang tuanya.
Tapi tak membawa perubahan sama sekali, Ayah menghempaskan tubuhnya sampai Gisel terjatuh dan terbentur tembok dengan cukup kerasa, ibu tidak perduli sama sekali bahkan hanya untuk menatapnya.
"Mulai hari ini! Detik ini juga kita putus hubungan, kau bukan anakku lagi." Ibu yang mendengarnya sedikit merasa syok tapi dia sama saja tak membela Gisel.
"Jangan pernah datang lagi, atau menginjakkan kaki di rumah ini!" Ayah berdiri dia tidak Sudi melihat wajah Putri sulungnya.
Gisel bangkit menyeka air matanya yang mengalir begitu deras, seperti jatuh didasar jurang yang terjal, kakinya tak mampu menahan lagi bagai diterpa badai dahsyat.
"Pintu terbuka lebar, Aku tidak perlu mengantarmu pergi!" Kalimat yang tak pernah ia dengar sebelumnya.
"Ayah..." Ibu ingin mengejar Gisel tapi langsung ditahan oleh Ayah, bagaimana dia tidak bisa membohongi perasaannya dia adalah seorang ibu, yang sudah susah payah mengandung dan membesarkannya.
***
Setelah beberapa hari dirumah sakit, Gisel segera membawa Ara kerumah. Gisel sudah menyiapkan segala keperluan Ara dari kasur bayi, baju, boneka dan perlengkapan bayi lainnya sudah disiapkan jauh" hari sebelum kelahiran Ara.
Gisel resmi menyandang gelar sebagai mama muda tanpa suami! bahkan dia belum menikah dengan pria mana pun, entah apa pendapat orang-orang nanti menilainya sebagai wanita murahan.
Ara sudah tertidur pulas, karena habis minum asi pemberian dari sahabatnya, yang sedang menyusui juga dia adalah Devi sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu dan baru bertemu lagi akhir-akhir ini, dia tidak pernah berubah bahkan Devi rela menjadi ibu susu untuk Ara.
"Jangan nangis Ara," Gisel menggendongnya hati-hati. Gisel mengamati tangan Ara yang mengepal." Ara apa kau haus? baiklah mama akan membuatkan susu. Jangan nangis ya, sayang." Gisel membuka, mengeluarkan susu dari kulkas, Menghangatkannya sebentar didalam microwave, lalu memberikan susu itu untuk Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sanjani
aku simpan difavorit ya
2021-12-05
0
R_armylove ❤❤❤❤
yang semangat ya ❤
2021-11-28
1
R_armylove ❤❤❤❤
hay.... nyimak dulu kaka
2021-11-28
1