🌻🌻🌻 **HAPPY READING🌻🌻🌻**
Malam ini hujan turun begitu deras suara petir menggelegar, angin bertiup kencang dari tadi sore, Korden dikamar Gisel terombang ambing kesana-kemari karena tertiup angin. Ia berlari segera menutup jendela karena air hujan masuk kedalam kamar.
Ara yang sedari tadi rewel, Gisel berusaha menenangkan Ara. Suara petir menggelegar diatas cakrawala lampu langsung padam pada saat itu , secara bersamaan Ara pun kembali menangis, ditengah suara tangisan Ara Gisel mendengar suara ketukan pintu. Tok...Tok...Tok." Siapa yang datang?malam-malam seperti ini bertamu kerumah orang?" Tanya Gisel pada dirinya sendiri dan akhirnya ia mengangkat kakinya menuju ruang tamu, menyingkap korden melihat dari balik jendela kaca. Ada seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya mengenakan seragam keamanan. karena Gisel merasa kenal dengan orang itu maka dia langsung membukakan pintu.
"Ada apa pak?" Tanya Gisel kepada pak Slamet petugas keamanan kompleks perumahan yang dia tempati."Kenapa lampunya padam ya, pak?" tanya Gisel lagi.
"Oiya. Mbak Gisel gardu listriknya tersambar petir jadi ada perbaikan. Kira-kira besok baru bisa nyala kembali." Ucapnya menjelaskan pria berkumis tebal itu memang sangat ramah dengan penghuni kompleks tempat Gisel tinggal. Dia selalu menawarkan bantuan pada semua penghuni kompleks perumahan mewah tersebut.
"Kalau Mbak Gisel membutuhkan bantuan jangan sungkan, saya dan petugas keamanan lainnya akan membantu mbak Gisel. Apa mbak Gisel membutuhkan Senter atau lilin biar saya ambilkan dari post."
"Terima kasih atas bantuannya tapi saya rasa itu tidak perlu." Tolak Gisel dengan halus karena dia tidak ingin memiliki masalah dengan isteri pak Slamet yang begitu cemburuan.
"Oh iya gak papa mbak Gisel. Oiya ini anak mbak Gisel pantes cantik kaya mamanya, siapa namanya mbak?"
"Jung Ara Ardhiona Surya Baskara pak. Panggil aja Ara." Jawab Gisel seadanya.
"Nangis dari tadi, emang suaminya kemana mbak? kok gak mau bantuin jagain anak. Oh mungkin suami mbak Gisel sangat sibuk ya, saya belum pernah ketemu soalnya." Pertanyaan itu membuat Gisel merasa tidak nyaman." Maaf pak saya harus masuk kedalam takutnya Ara sakit gara-gara kelamaan diluar." Gisel tak menjawab pertanyaan pak Slamet dia segera masuk kedalam rumah lalu mengunci pintunya kembali.
***
Waktu menunjukkan pukul 00:00 WIB hujan masih menjatuhkan dirinya ke bumi, lampu belum nyala sampai sekarang. Ara kembali menangis, Gisel segera menggendong Ara menenangkannya sambil bersholawat tapi Ara masih tetap menangis.
Gisel menempelkan punggung tangannya dikening Ara." Ya Allah Ara kamu demam nak? Ara maafin mama karena baru tahu Ara demam, kita kerumah sakit sekarang ya nak?" Bibirnya memucat karena khawatir. Gisel segera mengambil tas dan kunci mobil yang berada disofa.
Gisel mempercepat langkah kakinya lalu mengunci pintu rumahnya. Dia segera masuk kedalam mobil duduk dibalik setir mobil, menginjak pedal gas menuju rumah sakit terdekat, sesekali pandangannya beralih ke kursi disebelahnya, disana terdapat Ara yang sedang tertidur di kursi sebelah supir yang sengaja dengan disain khusus untuk bayi.
Karena Gisel selalu membawa Ara kemanapun dia pergi, mobil Mazda CX-5 melintasi jalanan yang sedang ramai oleh pengendara lain. Gisel merasa aneh dengan mobilnya." Sial! kenapa harus ban kempes segala." Gisel segera meminggirkan mobilnya ke bahu jalan lalu menelpon temannya yang bekerja di bengkel.
Tidak ada cara lain Gisel segera turun dari mobil, jika memesan taksi akan memakan waktu lebih lama. Banyak pengendara berlalu lalang tapi apa peduli mereka, Gisel harus melakukannya sendiri karena dia tidak memiliki orang yang bisa dia andalkan.
***
Gisel berlari sembari menggendong Ara, menerobos derasnya hujan, perjalanan yang tidak jauh tapi cukup membuatnya basah kuyup, tubuhnya menggigil, bibirnya bergetar demi melindungi bayinya.
Setelah sampai dirumah sakit Gisel berlari menuju resepsionis untuk mengisi pendaftaran pasien. Agar Ara segera diperiksa oleh dokter, Gisel menunggu didepan ruang UGD berjalan ke sana kemari sembari menggigit kuku jari telunjuknya. Rambutnya yang setengah basah kini mulai kering dengan sendirinya.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah datarnya." Gimana keadaan Ara dok? apa dia baik-baik aja dok?" Tanya Gisel.
"Ara tidak ada yang harus dikawatirkan dia baik-baik saja. Ara alergi susu sapi jadi jangan berikan dia susu sapi ganti susunya dengan soya susu dari sari kedelai." Kata dokter Dina spesialis anak.
"Tapi saya tidak alergi susu sapi dok?"
"Mbak Gisel, alergi bisa disebabkan oleh genetik atau keturunan, mungkin mbak Gisel tidak memiliki alergi mungkin suami mbak papanya Ara?" Dokter Dina menjelaskan.
Ah. aku tidak tau bajing**n itu punya alergi atau tidak jika ia, itu wajar karena Ara darah dagingnya. Aku tidak habis pikir Ara punya papa yang pengecut seperti dia yang tidak mau bertanggung jawab memilih pergi begitu saja. Gumam Gisel yang masih ingat betul seorang pria yang meninggalkan Ara pada saat masih didalam perut.
"Oh, baik dokter saya mengerti. Saya akan lebih berhati-hati lagi."
"Ini resep obat yang harus mbak tebus," sambil memberikan selembar kertas yang berisi tentang resep obat Ara yang harus segera ditebus di apotik.
"Oh, iya terima kasih dokter kalau gitu saya pergi dulu." Pamit Gisel karena tak ingin meninggalkan Ara terlalu lama.
Ditengah perjalanan Gisel bertemu dengan suster." Dengan mbak Gisel?" Tanya suster dengan sopan.
"Iya benar, ada apa ya, suster?"
"Ini mbak Gisel harus segera melunasi biaya administrasi atas nama pasien Jung Ara Ardhiona Surya Baskara." sembari memberikan dokumen perincian biaya rawat inap Ara.
Gisel membaca dengan saksama. selembar kertas perincian biaya rawat inap Ara, cukup mahal baginya, apa lagi bulan ini banyak pengeluaran, Gisel menarik napasnya dalam berat memang tapi ini baru awal.
"Baiklah, saya akan segera melunasinya."
Pengeluaran bulan ini begitu banyak. Apalagi Gisel sudah lama tidak menulis novel online lagi, kebutuhannya semakin banyak terutama dengan Ara." Apa aku harus menjual mobil? Ah, tidak-tidak mobil itu adalah kerja kerasku menjadi penulis. Mobil penuh kenangan dan kerja kerasku aku tidak akan menjualnya." Kata Gisel bermonolog.
Gisel memberikan kartu kredit miliknya untuk melunasi biaya rawat inap Ara, saldo rekeningnya kian menipis. Gisel segera menuju apotik untuk menebus obat, dia berlari rambutnya terombang ambing kesana-kemari ketika ia berlari deru napas mengiri langkahnya.
Bruuk...! Gisel menabrak seorang pria didepannya. Pria bertubuh tegap, proposal dan wajah rupawan dengan gaya rambut two block seperti aktor drama Korea, mereka saling berpandangan." Mas Andre... Kenapa ada disini?" Tanya Gisel.
"Kau sendiri kenapa ada disini? kau sakit Gi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Your name
Hadir Thor...
2021-12-17
0
R_armylove ❤❤❤❤
❤❤❤❤ jejak
2021-11-28
0
Nabil Az Zahra
lha emang asi gisel ga keluar?
2021-11-22
1