Menghujat, menghakimi tanpa tau yang terjadi, ini bukan salahku!!

Semua orang menghujat, menghukumnya dan mereka juga menghakiminya, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Egois memang tapi biarlah begitu, Gisel membaca komentar hujatan di kolom komentar di platform dimana ia menulis novel online.

"Gak nyangka ternyata mbak Gisel yang kita kenal baik-baik ternyata hamil diluar nikah."

"Benar, saya kira juga mbak Gisel wanita baik-baik eh ternyata munafik."

"Diem dirumah ternyata lagi bikin anak haram." sahut yang lain.

"Saya gak Sudi baca novel mbak Gisel lagi, buat apa baca karya sampah dan membantu dia membesarkan anak haramnya." Ucap seorang Readers setianya, yang tidak lain adalah tetangganya yang paling loyal.

Komentar kebencian pun memenuhi kolom komentar yang dulunya selalu dipenuhi dengan dukungan dan pujian. Tapi bagaikan roda yang selalu berputar kemarin Gisel berasa diatas awan dan sekarang ia jatuh kedalam jurang yang terdalam.

"Gak Sudi baca novel wanita ******." Tulis salah satu Readers.

"Apa lagi buat menghidupi anak haramnya, dari luar terlihat baik eh aslinya kaya pelacur." Tulis yang lain.

"Mbak Gisel yang gak punya bakat dan wanita munafik berhenti saja menulis novel gak ada lagi readers yang mau baca novel mbak Gisel setelah ini!"

Dadanya terasa sesak, berulang kali ia menghirup napas dalam-dalam berusaha menenangkan diri, tapi sayang dia terlalu lemah dengan semua ini. Gisel merasa tidak sanggup membaca semua komentar negatif itu. Dia menutup laptopnya kembali berusaha melupakan semua yang terjadi. Jika dia harus berhenti menulis itu artinya dia harus mencari pekerjaan lain.

Gisel segera menghapus air matanya kasar lalu berjalan ketempat Ara, yang sedang terlelap dalam tidurnya. Rasa sakit yang dia rasakan seolah hilang begitu saja ketika ia melihat Ara yang menjadi sumber kebahagiaan bagi Gisel saat ini.

Aku harus kuat, demi Ara aku harus kuat . Jangan dengarkan mereka yang gak tau permasalahannya bisa menghakimiku semau mereka. Aku gak seburuk yang kalian kira aku bukan wanita ******. Tenang Gisel roda berputar kemarin kamu masih diatas sekarang Allah sedang mengujimu tenanglah Allah selalu bersama orang-orang yang selalu sabar. Batin Gisel menguatkan hati sendiri.

Gak! aku gak boleh rapuh, aku harus kuat. Ini semua demi Ara, gak boleh ngeluh aku pasti bisa melewati semua ini. Ucap Gisel dengan penuh keyakinan.

***

Tok...Tok...Tok... Suara ketukan pintu yang cukup keras, seperti seseorang yang ingin menagih hutang. Gisel segera membukakan pintu dengan langkah tergopoh-gopoh dia segera membuka pintu dan menampakkan dua pria bertubuh besar terdapat tato naga dilehernya. Dan otot lengan yang terbentuk sempurna , Gisel mengambil jarak dengan mereka berdua.

"Ada apa ini?" Tanya Gisel yang tak mampu menyembunyikan rasa paniknya. Keringat dingin membasahi keningnya tangannya gemetar.

"Maaf Mbak Gisel ada harus segera mengosongkan rumah ini. Anda telah menunggak pembayaran selama empat bulan, jadi saya mohon kerja samanya. Sebelum kami menyeret mbak Gisel secara paksa!" Kata seorang pria yang memiliki tato naga dilehernya.

"Saya janji. Saya akan membayar tunggakan pembayaran cicilan rumah, tapi saya mohon minta pengertiannya saya akan berusaha secepat mungkin saya akan membayarnya." Janji Gisel bahkan dia tidak tau bagaimana caranya nanti membesarkan Ara. Gisel hanya seorang wanita pengangguran saat ini, dia tidak mungkin menulis novel online lagi setelah semua yang terjadi.

"Tidak bisa. Anda harus segera meninggalkan rumah ini." Sahut yang lainnya seraya menarik Gisel keluar.

" Tolong, beri saya waktu untuk mengemasi barang-barang saya." Pinta Gisel pada mereka berdua. Dirinya segera mengemasi barang-barangnya dan milik Ara, kedalam koper besar miliknya, sedangkan mereka berdua menunggu didepan.

Dengan hati-hati Gisel menggendong Ara yang sedang terlelap tidur diatas kasur bayinya, melangkahkan dengan terpaksa menarik kopernya berjalan keluar rumah dengan rasa yang begitu berat.

Rumah ini adalah hasil kerja kerasnya. Keringat dan air mata! hasil kerja keras sebagai penulis yang dia tabungkan bertahun-tahun, tapi belum melunasi cicilan rumah dengan terpaksa dia harus mengangkat kakinya dari rumah ini.

Cuaca yang begitu terik matahari begitu menyekat tubuh siang ini. Gisel yang sedang berdiri di pinggir jalan menunggu pesanan taksinya datang. Gisel mengarah kipas kecil yang dia bawa kearah Ara agar dia tidak merasa kepanasan.

Tak lama yang ditunggu pun datang taksi mengantar Gisel kesebuah rumah. Seseorang yang selalu membantunya dikala dia dalam masalah." Makasih pak." Ucap Gisel pada seorang supir taksi yang mengantarkannya.

Menarik kopernya lalu mengetuk pintu rumah Diva sahabatnya, Tok...Tok...Tok." Diva..." Panggil Gisel dari balik pintu tak lama seseorang seumur dengannya menggendong anak laki-laki setahun lebih tua daripada Ara.

"Hai... Ada apa Gi?" Tanya Devi yang melihat Gisel membawa koper besarnya.

"Aku..." Tak melanjutkan perkataannya.

"Ya sudah ayo masuk kasihan Ara diluar kepanasan." Ajak Devi mereka pun segera masuk kedalam rumah.

Gisel menceritakan semua permasalahannya yang sedang dihadapinya sekarang, hanya Devi yang selalu mengerti Gisel dan selalu menerima keadaannya dalam hal apapun.

"Ya udah. Gi sementara kamu sama Ara tinggal disini dulu aja." seraya menepuk-nepuk pundak Gisel.

"Makasih ya Dev, kamu selalu bantuin aku maaf aku selalu ngerepotin kamu."

"Ah, nggak ngerepotin sama sekali justru aku malah senang bisa membantumu. Ara nanti main sama kak Kevin ya." Kevin adalah putra sulungnya Devi sudah menikah dengan Darren yang bekerja disebuah perusahaan yang bekerja sama dengan Korea Selatan.

"Aku harus masak buat makan malam . Mas Darren pulang lebih awal nanti," lalu menidurkan Kevin dikamarnya begitupun dengan Ara yang sedang tertidur dikamar tamu.

Mereka berdua sedang berkutat didapur memasak untuk makan malam, banyak menu yang harus dimasak karena Devi lebih suka menyuguhkan berbagai menu makanan yang beragam.

"Gi, kamu udah bisa lupain dia?" Tanya Devi seraya menumis brokoli kesukaan Darren.

"Dia siapa?" Tanya Gisel berpura-pura lupa karena sampai sekarang hatinya masih untuk dia.

Irisan bawang merah membuatnya perih Gisel segera mengambil tissue untuk mengelap air matanya." Aku belum bisa Dev. Melupakan dia aku udah berusaha tapi ini begitu sulit."

Menit demi menit berlalu semua menu sudah tersaji dimeja makan. Suara klakson mobil Darren didepan rumah menandakan dia baru pulang kerja. Devi segera menyambut kepulangan Darren yang baru pulang kerja.

Setelah menyambut suaminya, Devi membawakan tas kerja milik Darren didalam kamar mandi dia sudah menyiapkan perlengkapan mandi dan baju ganti yang biasa dipakai Darren ketika ia dirumah, kaos oblong dan celana pendek.

" Mas, sementara Gisel tinggal dirumah kita ya, dia lagi ada masalah bolehkan?"

"Haaa?"

Terpopuler

Comments

Your name

Your name

Hadir...

2021-12-20

0

Restviani

Restviani

jgn lama" numpang nya ya, takut ntar jadi fitnah...

lanjut...

2021-08-16

2

Mommy El

Mommy El

kasian si Gisel di katain 😤

2021-08-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!