I LOVE YOU DOSEN!
JOVANKA POV
Jovanka Lovata Barraq adalah nama lengkap ku. Di rumah aku dipanggil Jova, begitu juga sahabat memanggilku. Karyawan ku dan orang-orang yang tidak begitu akrab denganku memanggilku Jovanka.
Umurku 22 tahun, aku mengambil jurusan Bisnis di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta. Bukan tanpa alasan aku mengambil bisnis, itu semua untuk menuruti kemauan Ayah yang sangat aku sayangi. Dia ingin aku berkarir seperti dia. Dan sekarang aku sudah masuk semester 7.
Ayah ku bernama Saddam Barraq, seorang pengusaha yang bergerak pada produk kecantikan. Perusahaan ayahku tidak terlalu besar tapi cukup untuk membiayai hidup kami.
Ibu ku bernama Tania Lovata, dulu beliau seorang aktris pendukung di sinetron - sinetron tahun 90 an. Semenjak menikah dengan Ayah, beliau berhenti dari dunia hiburan tanpa berat hati. Karena memang menjadi aktris bukanlah cita - citanya.
Aku juga punya seorang adik laki-laki bernama Tristan Danendra Barraq, berusia 15 tahun duduk di bangku kelas satu SMA. Bertengkar, berdebat dan saling ejek adalah kegiatan kami sehari - hari. Tapi percayalah, kami saling menyayangi.
Jika aku sedang pusing atau banyak masalah aku akan menghindarinya dan menginap di apartemen ku. Aku punya Apartemen sederhana, hadiah ulang tahunku yang ke-17 dari Ayah ku.
"Terima kasih Ayah, aku menyayangimu!"
Suatu hari Ayah ku terkena serangan jantung begitu mengetahui keuangan perusahaan merosot tajam dan orang kepercayaannya ternyata melakukan korupsi besar-besaran. Ibu ku pingsan saat melihat Ayah ku terkapar di rumah sakit. Melihat kondisi Ayah ku yang seperti itu membuat ku turun tangan ke Perusahaan tanpa diminta oleh siapapun.
Bermodal otak ku yang pas-pasan dan jurusan bisnis yang baru ku ikuti 3 semester saat itu, aku mengambil alih Perusahaan Ayah. Dengan bantuan orang-orang di Perusahaan Ayah yang masih setia pada Ayah, aku berhasil menumpas Koruptor dan mengembalikan Perusahaan seperti semula.
Meskipun butuh waktu sekitar 4 bulan. Yaa namanya juga Otak Minimalis yang tidak ada pengalaman sebelumnya, sudah pasti butuh waktu lama untuk mengatasi masalah Perusahaan serumit itu.
Aku bersyukur karena Ayah ku tertolong dan di rawat di rumah, setelah 2 minggu menginap di rumah sakit kala itu.
7 bulan kemudian ayah dinyatakan pulih meskipun masih harus rutin minum obat. Tapi Ibu ku melarang Ayah kembali bekerja. Mereka mempercayakan Perusaan kepada ku sepenuhnya.
Berat? Jangan tanya!
Tentu saja pada saat itu menurut ku sangat berat. Ditambah Perusahaan itu satu - satunya penghasil uang yang kami miliki.
Sejak hari Ayah dan Ibu memutuskan Perusahaan untuk aku kelola sepenuhnya, sekretaris Ayah memesankan papan nama bertuliskan "Jovanka Lovata Barraq" di bawahnya tertulis CEO Group B.
Dan papan nama itu saat ini masih menempel di atas meja di depanku. Ya, sekarang aku ada di kantor Ayah ku, duduk santai karena semua laporan perusahaan sudah aku baca dan ku tanda tangani.
Duduk ku memang santai kawan! tapi tidak dengan otak ku!
Sore ini aku menyenderkan kepala ku di senderan kursi kerjaku yang super nyaman menurutku. Tanganku memegang bolpoin yang baru saja aku gunakan untuk menandatangani tumpukan laporan di atas meja, aku menggigit ujung bolpoin itu, mata ku menatap langit-langit ruangan ku.
Tentu kalian tau aku sedang apa?
Yaah kalian benar! aku sedang melamun!
"Sial!" umpat ku dengan menghentakkan sebelah kanan kaki ku sambil ku hembuskan nafas sekasar mungkin.
Persaingan bisnis semakin hari semakin ketat saja. Perusahaan besar begitu mudah berkembang, sementara perusahaan kecil seperti perusahaan ku ini benar-benar di uji.
Ingatanku kembali pada percakapan ku dengan clien ku saat kami meeting beberapa minggu yang lalu.
Flashback On . . .
"Semoga produk ini laris dipasaran." ucapku
"Anda benar Nona Jovanka, semoga saja," ucap Hasan, clien Jovanka dengan raut muka sedikit ragu. "Semenjak Perusahaan Group G dipegang oleh anaknya, banyak perusahaan kecil seperti kita kesulitan bergerak," lanjutnya.
"Maksud anda Group G punya CEO baru?" tanyaku dengan mata terbelalak, karena aku baru mendengar kabar ini.
"Iya Nona, apa anda belum mendengar kabar itu?"
"Belum Tuan Hasan, memangnya sehebat apa dia?" tanyaku dengan rasa penasaran yang sangat tinggi. Tapi aku menutupinya dengan sikap santai ku.
"Hehm ..." Hasan menghembuskan nafasnya kasar dengan raut muka sedih dan khawatir. "Saya sendiri tidak pernah bertemu dengannya nona, karena identitasnya benar-benar ditutup rapat, dia hanya dikenal sebagai Putra Gibran, tentu itu bukan nama aslinya nona. Yang aku dengar dia sangat jarang mengunjungi kantornya, bahkan saat dia datang ke kantornya dia akan memakai masker dan kaca mata hitam, sehingga ribuan karyawannya di sana tidak ada yang tau seperti apa wajah aslinya. Konon katanya dilihat dari penampilannya dia sangat tampan, berwibawa dan masih cukup muda," jelas Hasan. Jova tampak mengangguk - anggukkan kepalanya.
"Yang aku dengar juga, dia baru pulang dari luar negeri. Dan belum satu tahun di Indonesia. Prestasi di kampusnya sangat bagus, dia menyelesaikan S1, S2, dan S3 hanya dalam 5 tahun saja," lanjut Hasan. Jova tampak mengangkat kepalanya membuka matanya lebar menatap Hasan.
Gila! apa isi otaknya? Batin Jova
"Lalu apa kinerja dan produk - produk barunya juga yang mempengaruhi pemasaran kita?" tanya Jova.
"Anda benar Nona!" jawab Hasan sedih. "Sangat berpengaruh!"
"Apa Tuan Hasan berniat untuk mundur dari perusahaan saya jika produk kita kali ini gagal menembus target?"
"Tentu tidak Nona, saya adalah clien Tuan Saddam yg paling setia padanya. Saya berhutang budi padanya. Jadi apapun alasannya saya tidak akan meninggalkan kerja sama kita, kalau bukan anda sendiri yang membuang saya. Kita akan berjuang bersama," jawab Hasan yakin.
"Syukurlah, Terima kasih Tuan Hasan," ucap Jova meskipun ada sedikit keraguan di wajahnya.
"Sama - sama nona. Kalau begitu saya permisi. Karena saya harus meeting dengan klien saya yang lain!" pamit Hasan dengan mengulurkan tangannya, dan di sambut Jova dengan rasa saling menghormati.
Flashback Off . . .
Sejak kepergian Hasan hari itu, Aku sering melamun setiap usai membaca laporan yang mana tidak ada kenaikan setiap harinya.
Tidak bisa di pungkiri, Group G adalah Perusahaan terbesar di negeri ini. Hampir menguasai Pasar di Negeri ini. Bersaing dengannya hanyalah khayalan bagi ku.
Tapi dulu pergerakan perusahaan Group G tidak secepat sekarang. Buktinya perusahaan Ayah masih bisa bergerak lincah selama hampir 2 tahun aku menjadi CEO. Menurutku rumor tentang CEO baru yg sangat sempurna dalam memimpin perusahaan Group G benar adanya.
Hingga aku banyak membuang waktu untuk sekedar memikirkan cara untuk menaikan omset, dan mencoba ide - ide baru ku, tapi selalu menemui jalan buntu.
Kuliahku pun sering terlambat dan terabaikan sampai aku berulang kali menerima hukuman dari dosen killer yang ku sebut Dosen Gila!
Ya! dia benar - benar gila!
Ahh! urusan kampus dan kantor benar - benar menguras isi kepala ku yang kecil ini. Aku ingin melihat mu Putra Gibran. kau tahu? aku ingin memaki mu habis - habisan. Kinerja mu benar - benar membuat perusahaan kecil ku menjadi semakin kerdil saja. Keluhku sore itu dengan menyebikkan bibir ku.
Matahari semakin turun ke barat dan Jakarta hampir gelap. Aku berdiri mengambil tas dan berjalan kearah pintu, kubuka pintu dan aku masih melihat sekretaris ku yang masih setia menunggu ku di meja kerjanya.
"Kenapa kamu belum pulang?" tanyaku.
"Saya menunggu nona keluar dari ruangan nona," jawab Mira.
"Hemmh, ya sudah ayo kita pulang," ajak ku padanya.
"Iya nona," jawab Mira.
Kami menuruni Lift bersama, Keluar dari Lobby bersama, dan berpisah diparkiran. Karena aku CEO aku punya tempat parkir khusus untuk mobil ku.
Aku masuk ke mobil ku yang tidak begitu mewah, dan aku melajukan mobilku meninggalkan gedung 30 lantai itu. Tentu saja gedung itu bukan punya Ayah ku. Ayah ku hanya menyewa 4 Lantai di sana.
Begitu sampai di lampu merah, mobil ku berhenti paling depan. Mata ku terbuka lebar saat melihat sesosok manusia yang sangat aku benci sedang berada di sebelah gerobak penjual kaki lima, siapa lagi kalau bukan si Dosen Gila.
"Apa yang dia lakukan?" tanyaku pada diriku sendiri. "Apa mungkin dia mau makan makanan dipinggir jalan seperti itu, dari penampilannya sehari - hari dia terlihat kaya raya, aku tidak percaya kalau dia mau makanan pinggir jalan. eh, mataku tidak salah lihat kan?" Aku masih melihatnya dengan mengerutkan kedua alisku.
Tiinn tiinn tiinn Tiinn Tiinn
Suara klakson mobil - mobil di belakang ku membuyarkan rasa penasaran ku, tentang apa yang dilakukan dosen gila itu di sana. Cepat - cepat aku melajukan mobil ku menuju rumah Ayah, melewati lampu yang tanpa kusadari sudah berubah hijau.
Dan inilah aku, Jova!
🪴🪴🪴
Selamat membaca novel pertama ku ini teman - teman.
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komentar kalian ya.
Dukungan teman - teman sangat berharga bagi kamis, si Author receh! 🤭🥰
Terima kasih,
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
kartini ngurahray
baru rilis novel perdana tpi sdh sprti suhu, lanjut thor.
2022-12-17
2
Tintin Suasih
pertama x mampir di karyamu thoor...pertama baca lumayan menarik,,penulisan rapi..aku syukaaa...semoga tambah sukses & sehat sllu ya thoor..slam kenal..👍👍💪💪🤲😘
2022-12-03
1
Chandra Dollores
Mo ketemu Sang Mafia
tp yg punya rumah suruh nunggu di sini...
2022-06-01
1