*Rumah Keluarga Saddam Barraq*
Hari sudah mulai gelap, Matahari sudah meninggalkan Bumi bagian Jakarta dan sekitarnya. Jova sampai di rumahnya dan segera masuk ke kamarnya di lantai dua.
Sebuah kamar yang di dominasi warna biru & putih pada dinding, langit - langit kamar, serta tempat tidur dan benda - benda disekitarnya.
Ya, warna biru dan putih adalah warna favoritnya.
Setelah mandi Jova mengganti bajunya dengan baju rumahan, kemudian menyisir rambutnya dan mengikatnya asal. Lalu dia keluar kamar, menuruni tangga, menuju meja makan yang sudah ada Ayah, Ibu, dan adiknya Tristan.
"Selamat malam, Ayah, Ibu!" sapa Jova.
"Malam, sayang!" jawab Ayah dan Ibu bersamaan.
"Kenapa mukamu kusut sekali kak?" tanya Tristan.
Jova tidak menjawab, dia menyebikkan bibirnya, tanda malas menjawab pertanyaan adiknya.
"Apa kau sedang jatuh cinta dan bingung dengan perasaan jatuh cinta yang tidak pernah kakak alami?" tanya Tristan lagi, dengan senyum meledek.
Jova hanya melirik sekilas Tristan yang duduk disebelah kirinya. Ayah dan Ibunya hanya memperhatikan tingkah mereka berdua.
"Ah! sepertinya kakakku sudah berubah jadi batu gara - gara terlalu lama menjomblo!" ejek Tristan dengan mengetukkan jari telunjuknya dimeja makan dengan cepat sambil melirik Jova.
"DIAM!" tanpa aba - aba Jova membentak adiknya itu sambil menginjak kuat kaki kanan Tristan.
"Aduuuhh!" Tristan mengaduh dan reflek mengangkat cepat kaki kanannya di bawah meja makan. Karena lupa kaki nya di bawah meja makan, refleknya menambah sialnya malam itu. Lututnya membentur pinggiran meja makan bagian bawah. "Aduuuuhhhh!"Jerit Tristan lagi.
"Ups! Hahahaha!" Jova terbahak - bahak melihat kesialan adiknya.
Ayah dan Ibu hanya tersenyum lucu melihat Tristan yang masih menahan sakit.
"Siapa suruh mengejekku! Lagian kau ini laki - laki, begitu saja sakit!" ejek Jova.
"Dasar cewek bar - bar, pantas saja kau tidak pernah punya pacar. Laki - laki pasti takut membuat mu jatuh cinta pada mereka!"ucap Tristan dengan memegang lututnya.
Jova mengangkat tangan kirinya, hendak menoyor kepala adiknya itu, tapi Ibu lebih dulu menyela perdebatan mereka.
"Sudah, ayo makan. Kamu Tristan jaga ucapan mu itu. Jangan meledek kakakmu terus - terusan!" ucap Ibu.
"Heem, baiklah baiklah!" jawab Tristan.
Mereka semua mengambil menu makanan yang ingin mereka makan untuk malam ini. Ibu meletakkan nasi dan lauk di piring Ayah.
Sepanjang makan malam tidak ada yang berbicara. Hanya Jova dan Tristan yang masih saling melirik dengan sorot mata tajam masing - masing, dan sesekali saling memanyunkan bibirnya. Hanya mereka yang tau apa artinya. Ibu yang melihat hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.
Setelah sesi makan malam selesai. Tristan berdiri berbisik pada telinga Jova disampingnya.
"Jomblo Akut!" dengan cepat Tristan berdiri sambil menahan tawa dan mengambil langkah seribu sebelum dimangsa Serigala betina batinnya.
Jova seketika menatap tajam pada adiknya yang sudah sampai di ruang keluarga, tangannya terkepal kuat.
Lalu berdiri, berjalan santai bersama Ayah dan Ibunya pindah ke ruang keluarga. Itu adalah kebiasaan keluarga ini. Setelah makan malam mereka segera pindah ke ruang keluarga untuk mengobrol atau bercerita.
"Cerita lah kak, kenapa wajahmu sangat masam?" Ibu membuka obrolan.
Tatapan Jova masih tertuju pada Tristan, dengan mengerucutkan bibirnya. Otaknya masih pada kata yang di bisikkan Tristan di telinganya. Ibu menyadari tatapan Jova.
"Sudahlah kak, ayo cerita!" tambah Ibu.
"Keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan bu. Aku hanya khawatir keadaan ini akan memperburuk perusahaan. Berbagai cara aku lakukan untuk meningkatkan penjualan, tetap saja tidak ada peningkatan. Semua produk kita, bahkan produk dari perusahaan kecil lainnya tersaingi oleh produk yang dikeluarkan perusahaan sebesar Group G. Apa Ayah dan Ibu tahu? Group G hampir mengeluarkan semua jenis produk untuk menyaingi produk standar seperti perusahaan kita. Group G benar - benar menguasai pasar beberapa bulan terakhir. Kalau bukan karena client - client yang setia pada Ayah, mereka pasti sudah kabur dan mungkin akan berusaha untuk bisa bekerja sama dengan Group G. Dan sudah hampir dua bulan ini tidak ada peningkatan omset di perusahaan kita!" jelas Jova panjang lebar.
"Sebenarnya Ayah sudah mendengar keadaan ini dari sahabat - sahabat Ayah. Group G punya CEO baru, yang hasil kerjanya benar - benar mempengaruhi kemajuan Group G." terang Ayah.
"Jadi Ayah sudah tau tentang CEO baru itu?" tanya Jova sedikit kaget.
"Iya," jawab Ayah singkat.
"Kenapa Ayah tidak cerita?" tanya Jova kecewa. "Aku bahkan baru tau beberapa minggu lalu dari Tuan Hasan!" lanjut Jova.
"Ayah ingin melihat kinerja mu sayang," jawab Ayah. "Ayah tau beberapa hari terakhir ini kamu pusing karena hal itu. Tapi Ayah juga tidak tau harus berbuat apa. Dari dulu Ayah juga tidak sanggup menandingi Group G," jelas ayah.
"heehmm, aku ingin tahu seperti apa wajahnya, dia benar - benar misterius!" ucap Jova sembari melirik keatas, membayangkan wajah misterius itu.
"Memangnya kalau kau sudah melihat wajahnya, kau mau apa kak?" tanya Tristan dengan senyum misteriusnya. "Kau mau membuatnya jatuh cinta padamu?" godanya lagi.
"Mulutmu bisa diam tidak!" bentak Jova seketika.
"Sudahlah kak, dari pada kau pusing memikirkan perusahaan, coba saja dekati CEO itu. Kalau dia suka padamu, dia pasti akan membantumu menaikkan omset!" lanjut Tristan masih dengan senyum liciknya.
"Kau pikir aku semurah itu. Dasar bocah ingusan!" jawab Jova berapi - rapi. "Kalau aku bertemu dengannya, aku ingin memaki dia habis - habisan. Aku akan memukul kepalanya, dan melihat apa isi kepalanya. Bagaimana bisa otaknya secerdas itu," lanjut Jova penuh ambisi dengan tangannya yang digerakkan seolah sedang memukul lawan.
"Iiiisshh! aku tidak yakin kalau kakak akan melakukan itu. Justru feeling ku mengatakan kalau kakak akan jatuh cinta saat melihatnya pertama kali!" ledek Tristan dengan senyum misterius sambil menaik turunkan alisnya beberapa kali.
Jova sangat malas mendengar ledekan adiknya itu. Dia hanya menjawab dengan tatapan tajam yg seolah siap menerkam adik kandungnya itu. Hembusan nafas kasarnya tidak membuat Tristan takut, justru dia semakin meledek kakaknya itu.
"Kak, kau ini sudah 22 tahun. Dan belum pernah berpacaran, alias jomblo akut. Jadi kau coba saja mendekatinya. Lumayan kan, CEO sekaya dia sudah pasti tampan sepertiku!" lanjut Tristan mengangkat pundaknya dengan gaya sok cool nya.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta pada orang yang berusaha mengalahkan perusahaan kecil kita", jawab Jova dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya malas. "Bayu juga tampan dan kaya, tapi tidak sedikitpun aku jatuh cinta padanya," lanjut Jova.
"Aku curiga kau tidak normal kak," ledek Tristan santai seperti tak berdosa.
"Rasanya aku ingin membombardir mulutmu itu Tris!" Jova melempar bantal sofa, dan mendarat sempurna di muka Tristan. Tristan tidak marah justru tertawa dengan tingkah kakaknya itu.
"Kak, kurangi keras kepalamu itu kak!" sahut ibu.
"Jangan terlalu membenci seseorang, bagaimana kalau kau malah jatuh cinta padanya?" nasehat ayah.
Jova menarik nafas dan membuangnya kasar.
"Umurmu semakin tua kak, apa kau tidak takut jadi perawan tua?" ucap Tristan yang tidak bosan meledek kakaknya.
Kali ini Jova berdiri, berjalan kearah Tristan dan menoyor kepala Tristan.
"Bocah ingusan sepertimu tau apa tentang prawan tua!" bentak Jova sambil menyilangkan tangan di dadanya. Kemudian kembali menghempaskan tubuhnya di sofa tempat dia duduk semula.
"5 tahun lagi kalau kakak tidak menikah juga, kakak akan jadi prawan tua!" Tristan cekikikan sendiri melihat ekspresi Jova yang cemberut.
"Aku mau tidur saja!" jova berdiri dan meninggalkan ruang keluarga. Menaiki tangga, berjalan ke arah kamarnya.
Tristan semakin tertawa melihat kekalahan Jova berdebat dengannya. Ayah dan Ibu geleng - geleng dengan tingkah mereka.
Dikamar Jova merebahkan badannya di tempat tidurnya yang nyaman. Matanya menatap langit - langit kamarnya. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.
Jovanka adalah gadis yang cantik dan apa adanya. Dia selalu serius dalam bekerja meskipun prestasinya biasa - biasa saja. Karate dan memanah adalah hobinya. Kuliah adalah hal yang membosankan menurutnya. Tapi dia tetap harus kuliah, karena dia memang harus melanjutkan perusahaan Ayahnya.
Setelah satu jam dia berbaring dengan pikiran yang entah kemana. Dia bangun menuju meja belajarnya. Mengambil tumpukan kertas yang terdapat tulisan tangannya sebanyak 10 lembar. bertuliskan lirik lagu Indonesia Raya, yang tak lain adalah hukumannya karena terlambat 5 menit masuk di mata kuliah dosen killer nya kemarin.
"Entah ini hukuman ku yang ke berapa?" keluhnya menatap lembaran kertas. "Dosen itu suka sekali menghukum ku. Lagu Garuda Pancasila dan Proklamasi sudah pernah ku tulis sebelumnya." meletakkan kembali lembaran itu. "Semoga besok aku tidak terlambat. Sebaiknya sekarang aku tidur."
Dia beranjak dari kursi belajarnya dan naik ke atas tempat tidur lagi, kemudian tertidur dengan cepat.
# # # # # #
Seorang Pria yang dijuluki sebagai Putra Gibran, sedang duduk di kursi balkon Apartemennya. Pandangannya menatap ke arah langit yang penuh bintang malam ini, namun bulan tak terlihat dari balkonnya.
Pikirannya mengarah pada sesosok gadis yang selalu mencuri pandangannya. Padahal gadis itu tidak pernah mencari perhatian padanya, ataupun tebar pesona padanya maupun pria lain. Dan dia menyadari banyak pria yang mencuri pandang ke arah gadis itu.
"Kenapa gadis itu selalu melintas di kepalaku?" gumamnya pelan. "Aku tidak tau, aku membencimu atau menyukaimu. Gerak gerik mu begitu menarik pandanganku."
Tangan kirinya memegang sebatang rokok dan menghisap kembali rokok itu. Setelah hisapan itu dia menekan dan memutar rokok itu pada asbak di meja depannya. Dia berdiri berjalan mendekati dinding kaca balkon, meletakkan kedua tangannya di sana.
"Aaaakkkhhh!!!" teriaknya singkat, kedua tangannya menggaruk kasar rambutnya. "Baru kali ini ada gadis yang masuk dalam kepalaku. Dan mengganggu sistem kerja otak ku!" ucapnya.
Hembusan nafas kasarnya mengakhiri kegiatannya di balkon. Dia masuk ke kamar, mengambil ponselnya di atas nakas.
📨 Jemput aku besok pagi di apartemen!
Pesannya pada asistennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Taty Hartaty
jangan2 dosen killer mu CEO grup G itu😁
2024-08-23
0
👑Meylani Putri Putti
nah kenapa tuh
2021-09-22
1
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
Masih nyimak, dan mulai ngerti alurnya 😊
2021-08-06
2