Ujian Kesetiaan

Ujian Kesetiaan

Episode Satu

Seperti layaknya suami istri pada umumnya. Kedua pasangan itu terlihat harmonis dan sangat serasi. Di usia pernikahan yang baru memasuki tahun kedua dan sedang dititipkan buah cinta walaupun masih berada di dalam rahim. Lengkap sudah kebahagiaan mereka dalam menjalani biduk rumah tangga yang diimpikan.

Sampai di suatu pagi yang cerah. Ketika Hariz sedang mengendarai motornya menuju tempat ia bekerja. Tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba ada seseorang yang mengendarai sepeda menyalip dari arah berlawanan sehingga Hariz harus mengerem kendaraannya secara mendadak. Beruntung kendaraan roda dua yang dikendarai Hariz tidak mengenai orang yang membawa sepeda tersebut sehingga tidak terjadi kecelakaan yang fatal.

Namun, sebagai orang yang mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi Hariz pun turun dan memarkirkan sepeda motornya lalu mendekat hendak menolong orang yang tadi sempat hendak tertabrak olehnya. Yang ternyata seorang gadis yang masih berseragam putih abu-abu itu hanya mampu terduduk lesu di pinggir jalan raya yang kebetulan saat itu sedang sepi.

"Kamu gak kenapa-kenapa, Dek?" tanya Hariz memastikan.

Namun yang ditanya hanya diam dan meringis menahan rasa sakit yang ia rasakan di bagian kakinya. Gadis itu pun tak mampu walau hanya untuk berdiri sendiri. Hariz mencoba membantunya agar gadis itu bisa berdiri kembali dengan cara mengulurkan tangan dan sedikit memapahnya. Hampir saja mereka tersungkur berdua karena Hariz seakan tak mampu menopang berat badan wanita yang sedang ia tolong itu.

"Kaki saya sakit sekali, Mas, gak bisa buat dipakai berdiri ini." Gadis tersebut mencoba menjelaskan dengan apa yang ia rasakan.

Hariz mencoba memapah ke arah sepeda motornya membawa gadis tersebut agar bisa duduk di belakangnya. Ia berniat akan membawa gadis itu ke klinik terdekat agar mendapat pertolongan.

Setelah sampai di klinik dan mendapatkan perawatan, Hariz mau tidak mau harus mengantar gadis yang ternyata bernama Mawar itu untuk pulang ke rumahnya. Kaki Mawar yang dibalut perban cukup membuat sang kakek yang sedang berada di rumahnya sedikit kaget karena kakeknya tahu pasti cucunya waktu pagi tadi berangkat sekolah dalam keadaan baik-baik saja.

"Kamu kenapa, Mawar?" tanya sang kakek cemas. "Ini siapa yang bersama kamu?" sambungnya sembari melirik ke arah Hariz yang masih berdiri mematung.

"Sebelumnya saya mohon maaf, Kek, tadi di jalan tidak sengaja saya menyerempet Mawar. Tapi, Alhamdulillah Mawar gak kenapa-napa, hanya kakinya sedikit lecet dan terlilit." Hariz berusaha menjelaskan tanpa diminta.

"Benar Mawar, kamu gak kenapa-kenapa?" tanya sang kakek melirik ke arah Mawar memastikan cucunya baik-baik saja.

Mawar hanya mengangguk pelan. Meyakinkan pria sepuh itu.

Hariz pun dipersilakan untuk duduk terlebih dulu di ruang tamu sederhana itu. Padahal pagi itu ia harus buru-buru sampai di sekolahnya tempat ia mengajar karena sedang ada tugas mengawas ujian Nasional di sekolah lain. Tapi karena ia merasa tak enak untuk menolak akhirnya Hariz pun duduk juga di kursi yang sudah disediakan di ruangan itu.

Usai memperkenalkan diri dan sedikit mengobrol Hariz pun pamit undur diri karena ia khawatir akan terlambat lebih lama lagi kalau haraus berlama-lama ngobrol di sana.

Sebelum pergi Hariz memberikan uang lembaran berwarna merah kepada Mawar sebagai bentuk tanggungjawabnya dengan kejadian kecelakaan kecil tadi.

"Terimakasih banyak, ya, Nak, kamu sudah berkenan mengantar pulang cucu saya sampai rumah dengan selamat," ucang sang kakek kepada Hariz yang sudah bersiap meninggalkan rumah itu.

"Iya, Kek, gak apa-apa. Memang itu sudah kewajiban saya karena sudah membuat Mawar kecelakaan dan membuat dia gak bisa berangkat ke sekolah hari ini," jawab Hariz tersenyum ramah.

Kakek Mukhsin sempat bercerita kepada Hariz kalau mawar selama ini tinggal hidup bersamanya bertiga dengan neneknya Mawar di rumah itu sejak Mawar duduk di kelas satu SMP sampai kini Mawar sudah duduk di bangku SMA kelas dua. Semenjak ayah ibunya bercerai Mawar lebih memilih untuk tinggal bersama kakek neneknya daripada harus mengikuti salah satu orangtuanya yang sama-sama sudah mempunyai keluarga sendiri-sendiri. Hariz hanya mengangguk-anggukan kepala ketika menyimak setiap ucapan kakek Mukhsin tentang cucunya yang malang itu.

"Kalau boleh bapak minta nomor teleponnya Mas Hariz," ujar kakek Mukhsin kemudian.Tanpa ragu Hariz pun memberikan nomor ponselnya melalui secarik kertas yang sudah ia tuliskan nomor teleponnya.

***

Sementara Dhena di rumah kebingungan sendiri saat pihak sekolah menghubunginya menanyakan keberadaan Hariz yang tak kunjung tiba di sekolahan, sedangkan nomor telepon yang dibawa Hariz pun tidak dapat dihubungi.

Pikiran Dhena menjadi tak karuan membayangkan kejadian buruk menimpa sang suami tanpa sepengetahuannya.

'Kamu di mana, Mas? Kenapa gak ngasih kabar aku kalau terjadi sesuatu?' lirihnya seakan bertanya kepada diri sendiri.

Hampir pukul 14:00 siang Hariz tiba di rumah kembali. Dhena menyambutnya dengan memberondong beberapa pertanyaan yang ia simpan dari pagi tadi.

"Kamu kemana aja, Mas, tadi pagi? Kenapa datang terlambat ke sekolah, ada apa sebenarnya?" cerocos Dhena tak terkendali.

"Nanti Mas ceritain, ya," jawab Hariz berusaha tenang.

Dhena lalu menyiapkan makan siang untuk mereka berdua karena sebenarnya perutnya pun sudah terasa melilit dari tadi untuk minta segera diisi. Karena hanya ingin bisa menemani sang suami makan ia pun berusaha menunda rasa laparnya berharap bisa makan berdua dengan lelaki terkasihnya.

Usai makan siang dan membereskan kembalikan meja makan Dhena menghampiri Hariz yang kini sedang istirahat siang di ruang televisi.

"Mas, tadi udah dapet uang transport belum dari pihak sekolah?" tanya Dhena memastikan. Karena ia bingung kini ia sudah tidak memegang uang sepeser pun untuk kebutuhan belanja dapur buat esok hari.

Hariz sedikit terkesiap mendapat pertanyaan mendadak dari sang istri. Ada rasa penyesalan menyusup hatinya ketika mengingat kejadian tadi pagi sehingga ia harus merelakan uang yang tinggal hanya satu lembar itu ia berikan kepada gadis yang tidak sengaja ia serempet di jalan tadi. Seandainya tidak ada kejadian nahas itu mungkin saat ini ia tak akan kebingungan saat ditanya oleh Dhena mengenai uang untuk kebutuhan mereka berdua.

"Maafkan, Mas, Sayang, sebeneranya tadi Mas masih memegang uang seratus ribu. Tapi, karena memang sudah bukan rezekinya kita hingga uang itu sekarang sudah tidak ada lagi di tangan Mas."

"Emang kenapa, Mas? Ada kejadian apa sebenarnya?" cecar Dhena tak sabar.

"Tadi pagi Mas tak sengaja menyerempet orang. Sehingga Mas harus membawanya ke klinik dan mengantar pulang ke rumahnya." Hariz memaparkan.

"Siapa, Mas, yang Mas serempet?"

"Anak sekolah SMA."

"Perempuan apa laki-laki?"

"Perempuan.

Dhena menghela napas panjang mendengar jawaban sang suami. Ada getar panas menjalar di bagian dadanya membayangkan lelakinya mengantar gadis lain ke klinik lalu mengantar pulang ke rumahnya pula.

Terpopuler

Comments

Rafalvin Vin

Rafalvin Vin

lp

2021-09-17

0

Hasna Fatimah

Hasna Fatimah

perasaan seorang istri itu kuat

2021-07-22

0

Resky Ugita

Resky Ugita

episode satu

2021-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 Episode Satu
2 Episode Dua
3 Episode Tiga
4 Episode Empat
5 Episode Lima
6 Episode Enam
7 Episode Tujuh
8 Episode Delapan
9 Episode Sembilan
10 Episode Sepuluh
11 Episode Sebelas
12 Episode Dua Belas
13 Episode Tiga Belas
14 Episode Empat Belas
15 Episode Lima Belas
16 Episode Enam Belas
17 Episode Tujuh Belas
18 Episode Delapan Belas
19 Episode Sembilan Belas
20 Episode Dua Puluh
21 Isi Hati Dhena
22 Nyinyiran Bi Kemproh
23 Ketukan Pintu
24 Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25 Kekesalan Dhena
26 Obat Hati
27 Flash Back
28 Flash Back
29 Flash Back
30 Flash Back
31 Flash Back
32 Flash Back
33 Flash Back
34 Flash Back
35 Flash Back
36 Flash Back Menolak Mencukur Alis
37 Flash Back
38 Flash Back.
39 Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40 Flash Back
41 Flash Back
42 Flash Back. Salah Faham
43 Flash Back
44 Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45 Flash Back. Keunikan Hariz
46 Flas Back. Nasib Iwan
47 Flash Back.
48 Flash Back. Kehamilan Dhena
49 Flash Back. Kepergian Hariz
50 Flash Back Menyusul Hariz
51 Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52 Flash Back. Mengantar Dhena
53 Flash Back. Dijemput Teman
54 Flash Back. Bertemu Iwan
55 Flash Back. Hampir Kecelakaan
56 Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57 Flash Back. Suasana Baru
58 Flash Back. Pengakuan Hariz
59 Flash Back. Hati yang Terluka
60 Flash Back. Diajak jalan
61 Perubahan Sikap Hariz
62 Permintaan Nelly
63 Penghinaan dari Baju Mahal
64 Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65 Tragedi di Rumah Makan
66 Tentang Perasaan Nelly
67 Curhatan Mirna
68 Curhatan Mirna
69 Curhatan Mirna
70 Curhatan Mirna
71 Curhatan Mirna
72 Curhatan Mirna
73 Curhatan Mirna
74 Curhatan Mirna
75 Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76 Kegundahan Hati Seorang Istri
77 Tamu di Pagi Hari
78 Terpuruk
79 Luka Hati
80 Terbakar Cemburu
81 Catatan Dalam Buku Harian
82 Rencana Kepergian Dhena
83 Fathan dibawa Orang Asing
84 Nelly menyusul Hariz
85 Dijemput Kahfi
86 Pertemuan Kahfi dan Dhena
87 Luka Hati Nelly
88 Kekhawatiran Kahfi
89 Kisah Mirna
90 Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91 Telepon dari Hariz
92 Pulang ke Rumah Ibu
93 Kedatangan Hariz dan Nelly
94 Mengatur Strategi
95 Mendadak Sakit
96 Hariz Merasa Tersindir
97 Telepon Misterius
98 Permainan Bu Mutia
99 Isi Hati
100 Keberadaan Fathan
101 Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102 Tamu yang Mengejutkan
103 Keputusan Hariz
104 Rasa Khawatir
105 Pertemuan yang Tak Terduga
106 Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107 Bawaan Ngidam
108 Sakinah Bersamamu
109 Kedatangan Sang Ibu Mertua
110 Permintaan Dhena
111 Menu Sarapan Pagi
112 Menyemangati Diri Sendiri
113 Permintaan Bu Aida
114 Menentang Mitos
115 Nelly Keguguran
116 Bersitegang
117 Proses kuret
118 Saat Membersamai Suami dikala Susah
119 Hati yang Terluka
120 Diantar Pulang
121 Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122 Kesalahan Tak Disengaja
123 Keputusan Dhena
124 Obat Hati
125 Dhena merasa Diingatkan
126 Mampir di Swalayan
127 Pertemuan yang Tak Disengaja
128 Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129 Mengutarakan Isi Hati
130 Operasi Caesar 1
131 Operasi Caesar 2
132 Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133 Luka Batin
134 Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135 Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136 Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137 Mencari Cara
138 Kedatangan Nelly
139 Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140 Dicampakkan
141 Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142 Ke Rumah Sakit
143 Vonis Dokter
144 Ikhtiar
145 Menentang Mitos
146 Dendam yang Merajai Hati
147 Kiriman Foto yang Mengejutkan
148 Selalu Salah
149 Perselisihan
150 Terpeleset Tumpahan Minyak
151 Saran dari Bu Aida
152 Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153 Kelakuan Sumi
154 Tamu Bu Aida
155 Karam
156 Terguncang
157 Pemulihan
158 Pernikahan Kedua
159 Perlakuan Ibu Sambung
160 Pertikaian Kecil
161 Anak-Anak Malang
162 Kelaparan
163 Tergores Pecahan Beling
164 Kecelakaan
165 Perubahan Sikap Sandra
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Episode Satu
2
Episode Dua
3
Episode Tiga
4
Episode Empat
5
Episode Lima
6
Episode Enam
7
Episode Tujuh
8
Episode Delapan
9
Episode Sembilan
10
Episode Sepuluh
11
Episode Sebelas
12
Episode Dua Belas
13
Episode Tiga Belas
14
Episode Empat Belas
15
Episode Lima Belas
16
Episode Enam Belas
17
Episode Tujuh Belas
18
Episode Delapan Belas
19
Episode Sembilan Belas
20
Episode Dua Puluh
21
Isi Hati Dhena
22
Nyinyiran Bi Kemproh
23
Ketukan Pintu
24
Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25
Kekesalan Dhena
26
Obat Hati
27
Flash Back
28
Flash Back
29
Flash Back
30
Flash Back
31
Flash Back
32
Flash Back
33
Flash Back
34
Flash Back
35
Flash Back
36
Flash Back Menolak Mencukur Alis
37
Flash Back
38
Flash Back.
39
Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40
Flash Back
41
Flash Back
42
Flash Back. Salah Faham
43
Flash Back
44
Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45
Flash Back. Keunikan Hariz
46
Flas Back. Nasib Iwan
47
Flash Back.
48
Flash Back. Kehamilan Dhena
49
Flash Back. Kepergian Hariz
50
Flash Back Menyusul Hariz
51
Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52
Flash Back. Mengantar Dhena
53
Flash Back. Dijemput Teman
54
Flash Back. Bertemu Iwan
55
Flash Back. Hampir Kecelakaan
56
Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57
Flash Back. Suasana Baru
58
Flash Back. Pengakuan Hariz
59
Flash Back. Hati yang Terluka
60
Flash Back. Diajak jalan
61
Perubahan Sikap Hariz
62
Permintaan Nelly
63
Penghinaan dari Baju Mahal
64
Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65
Tragedi di Rumah Makan
66
Tentang Perasaan Nelly
67
Curhatan Mirna
68
Curhatan Mirna
69
Curhatan Mirna
70
Curhatan Mirna
71
Curhatan Mirna
72
Curhatan Mirna
73
Curhatan Mirna
74
Curhatan Mirna
75
Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76
Kegundahan Hati Seorang Istri
77
Tamu di Pagi Hari
78
Terpuruk
79
Luka Hati
80
Terbakar Cemburu
81
Catatan Dalam Buku Harian
82
Rencana Kepergian Dhena
83
Fathan dibawa Orang Asing
84
Nelly menyusul Hariz
85
Dijemput Kahfi
86
Pertemuan Kahfi dan Dhena
87
Luka Hati Nelly
88
Kekhawatiran Kahfi
89
Kisah Mirna
90
Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91
Telepon dari Hariz
92
Pulang ke Rumah Ibu
93
Kedatangan Hariz dan Nelly
94
Mengatur Strategi
95
Mendadak Sakit
96
Hariz Merasa Tersindir
97
Telepon Misterius
98
Permainan Bu Mutia
99
Isi Hati
100
Keberadaan Fathan
101
Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102
Tamu yang Mengejutkan
103
Keputusan Hariz
104
Rasa Khawatir
105
Pertemuan yang Tak Terduga
106
Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107
Bawaan Ngidam
108
Sakinah Bersamamu
109
Kedatangan Sang Ibu Mertua
110
Permintaan Dhena
111
Menu Sarapan Pagi
112
Menyemangati Diri Sendiri
113
Permintaan Bu Aida
114
Menentang Mitos
115
Nelly Keguguran
116
Bersitegang
117
Proses kuret
118
Saat Membersamai Suami dikala Susah
119
Hati yang Terluka
120
Diantar Pulang
121
Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122
Kesalahan Tak Disengaja
123
Keputusan Dhena
124
Obat Hati
125
Dhena merasa Diingatkan
126
Mampir di Swalayan
127
Pertemuan yang Tak Disengaja
128
Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129
Mengutarakan Isi Hati
130
Operasi Caesar 1
131
Operasi Caesar 2
132
Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133
Luka Batin
134
Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135
Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136
Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137
Mencari Cara
138
Kedatangan Nelly
139
Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140
Dicampakkan
141
Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142
Ke Rumah Sakit
143
Vonis Dokter
144
Ikhtiar
145
Menentang Mitos
146
Dendam yang Merajai Hati
147
Kiriman Foto yang Mengejutkan
148
Selalu Salah
149
Perselisihan
150
Terpeleset Tumpahan Minyak
151
Saran dari Bu Aida
152
Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153
Kelakuan Sumi
154
Tamu Bu Aida
155
Karam
156
Terguncang
157
Pemulihan
158
Pernikahan Kedua
159
Perlakuan Ibu Sambung
160
Pertikaian Kecil
161
Anak-Anak Malang
162
Kelaparan
163
Tergores Pecahan Beling
164
Kecelakaan
165
Perubahan Sikap Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!