Episode Tiga

Hampir menjelang Maghrib Hariz baru memasuki pagar rumahnya yang tidak dikunci. Keadaan di dalam ruangan sudah mulai gelap, tapi Dhena tidak menyalakan satu penerangan pun. Sehingga Hariz sedikit kesulitan mencari keberadaan sang istri.

Setelah semua saklar lampu dinyalakan Hariz mendapati Dhena sedang berbaring menyamping menghadap dinding kamar. Membelakangi Hariz yang menatapnya dari arah pintu. Usai memastikan istrinya berada di dalam rumah dan baik-baik saja Hariz pun sigap mengambil handuk dan berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah mulai terasa lengket oleh keringat.

"Dek, bangun, bentar lagi Maghrib. Salat dulu gih, Mas mau berangkat ke masjid ini." Hariz menepuk pelan kengan Dhena yang masih tetap dengan posisi semula.

Dhena bergeming. Ia seakan tidak mendengar suara suaminya yang menyuruhnya untuk salat Maghrib terlebih dulu. Dhena masih memejamkan matanya berusaha menyembunyikan bulir bening yang sedari siang tadi seakan tak berhenti membasahi pipi. Hatinya teriris pilu tiap kali ia mengingat kejadian saat pandangannya di depan apotek tadi melihat pria yang selama ini ia banggakan berani jalan berdua dengan wanita lain tanpa sepengetahuannya.

"Bangun, Dek, Mas berangkat ke masjid, ya." Untuk kedua kalinya Hariz membangunkan sang istri walaupun tak ada respon dari Dhena.

Hariz pun meninggalkan kamar berjalan menuju pintu depan lalu ke luar rumah karena sudah mulai terdengar suara iqomah dari arah masjid yang hanya berjarak dua ratus meter dari tempat tinggalnya.

Setelah memastikan Hariz sudah keluar dari rumah perlahan Dhena mulai membuka mata lalu duduk di kasur mencoba menstabilkan perasaan hatinya yang tak kunjung mereda dari rasa sakit yang ia coba tahan sendiri sedari tadi. Untuk bertanya langsung kepada suaminya Dhena seakan tak mampu untuk memulainya. Hingga ia tutup sendiri luka di bagian dadanya tanpa ada satu pun orang yang tahu.

Seandainya waktu bisa diputar kembali. Ingin rasanya Dhena tetap menjadi single menghabiskan masa lajang seorang diri tanpa harus merasakan pilunya hati ketika dikhianati orang terkasih yang saat ini sudah menjadi pasangan halalnya.

Perlahan kakinya menapaki lantai kamar yang terasa begitu dingin menusuk di telapak kaki jenjangnya. Dhena menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu membasuh wajah yang ia biarkan kusut dan kusam berbaur dengan air mata kepedihan hatinya.

Ia berharap luka hatinya bisa hilang setelah terbasuh air wudhu dan menenggelamkan rasa dalam sujud panjangnya. Mengadu dan berkeluh kesah kepada Sang Pemilik Hati agar terbebas dari rasa sesak dan pilu hati yang mendera di dalam jiwa.

Usai menyelesaikan kewajiban salat lima waktunya Dhena tak kunjung beranjak dari atas sejadah. Ia memilih meringkuk di sana membiarkan perasaannya menerawang jauh entah kemana. Rasa sakit di bagian kepala yang dari siang sangat mengganggunya seolah sudah tidak dirasakannya lagi.

Dari arah luar terdengar suara pintu pagar dibuka oleh seseorang menimbulkan suara sedikit bising karena suara besi saling beradu. Tak lama kemudian Hariz sudah berjongkok di hadapan Dhena yang masih meringkuk di tempat salat khusus yang berada di ruangan rumah mereka.

"Sakit, ya? Dari tadi tiduran terus?" tanya Hariz seraya punggung tangannya ditempelkan di dahi sang istri.

Dhena masih bergeming tanpa mengeluarkan satu kata pun yang keluar dari bibirnya. Ia memilih membisu untuk menutupi luka hatinya.

Hariz menangkap gelagat sang istri sedang tidak baik-baik saja lalu ia mengusap puncak kepala Dhena dan meraih telapak tangan sang istri kemudian berucap pelan, "Mas minta maaf kalau selama ini ada sikap atau kata-kata Mas yang tidak baik dan sampai menyinggung perasaan Adek. Tapi tolong Adek jangan bersikap diam seperti ini. Karena Mas jadi bingung apa yang harusnya Mas lakukan kalau Adek bersikap seperti ini terus." Hariz mencoba mengeluarkan unek-uneknya yang membuatnya bingung sendiri dengan sikap Dhena yang tidak seperti biasanya.

Dhena bukan menjawab pertanyaan sang suami malah air matanya kembali luruh membasahi kedua pipinya. Isaknya mulai terdengar lirih di telinga Hariz membuat pria bertubuh tinggi itu bertambah bingung dibuatnya.

"Adek kenapa? Ada apa? Cerita sama Mas, biar kita sama-sama tahu dan mencari solusi bersama," lembut Hariz berucap berharap sang istri membuka mulut dan bersedia menceritakan apa sebenarnya yang sudah membuat hati istrinya menjadi sepilu ini.

"Tadi Mas seharian kemana saja?" tanya Dhena di sela tangisnya.

"Owh, iya, nanti Mas akan ceritakan semuanya sama Adek. Sekarang kita makan malam dulu, yuk! Perut Mas udah melilit nih, minta diisi," jawab Hariz kemudian.

"Maaf, Mas, tadi sore aku gak masak," ucap Dhena menyeka sisa air matanya yang masih membasahi kedua bola mata beningnya.

"Gak apa-apa, kita makan di luar saja, yuk! Mas ada sedikit rezeki ini," ajak Hariz menarik pelan tangan sang istri.

"Mas dapat uang dari mana?"

"Ada, deh, nanti Mas ceritain semuanya."

Dhena pun bangkit lalu menuju kamar untuk berganti pakaian. Ia mengenakan gamis maroon dengan hijab instan warna senada. Memoles mukanya dengan sedikit bedak untuk menyamarkan sembab di area kelopak mata karena hampir setengah hari ia tadi menangis seorang diri di dalam kamarnya.

Hariz membawa sang istri ke tempat nasi goreng kaki lima yang berada di perempatan jalan dan memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh manis hangat untuk mereka berdua.

Sebelum waktu Isya mereka sudah kembali ke rumah. Hariz lalu bergegas menyiapkan diri untuk berangkat ke masjid mengikuti salat Isya berjama'ah. Hariz sosok lelaki yang taat agama. Ia selalu mengingatkan dan mengajak istrinya untuk selalu salat diawal waktu dan berjama'ah di madjid.

Sebenarnya Dhena sangat bersyukur sudah dipertemukan dan berjodoh dengan pria pilihannya itu. Karena selain taat beribadah Hariz pun sosok suami yang lemah lembut, pengertian dan penyayang kepada pasangan. Sehingga Dhena merasa kecewa dan shok ketika tadi siang melihat Hariz berada di dalam mobil berdua dengan wanita lain yang Dhena sendiri tidak mengenalnya.

Hatinya menolak berharap apa yang dilihat di depan matanya itu bukan Hariz. Tapi, wajah dan pakaian yang dikenakan Hariz sangat dikenali oleh Dhena hingga ia tak mampu menguasai perasaannya sendiri ketika dihadapkan dengan kenyataan seperti kejadian tadi siang. Beruntung Dhena tidak sampai ambruk di tempat kejadian. Ia masih menguatkan diri dan memilih menyetop angkutan umum kembali yang kebetulan melintas di depan apotek tempatnya berdiri.

Sedangkan Hariz yang tak menyangka istrinya dengan tak sengaja sudah melihatnya sedang berduaan dengan Mawar merasa baik-baik saja dan tak merasa sudah melakukan perbuatan yang sudah melukai sang istri sebegitu pilunya.

Episodes
1 Episode Satu
2 Episode Dua
3 Episode Tiga
4 Episode Empat
5 Episode Lima
6 Episode Enam
7 Episode Tujuh
8 Episode Delapan
9 Episode Sembilan
10 Episode Sepuluh
11 Episode Sebelas
12 Episode Dua Belas
13 Episode Tiga Belas
14 Episode Empat Belas
15 Episode Lima Belas
16 Episode Enam Belas
17 Episode Tujuh Belas
18 Episode Delapan Belas
19 Episode Sembilan Belas
20 Episode Dua Puluh
21 Isi Hati Dhena
22 Nyinyiran Bi Kemproh
23 Ketukan Pintu
24 Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25 Kekesalan Dhena
26 Obat Hati
27 Flash Back
28 Flash Back
29 Flash Back
30 Flash Back
31 Flash Back
32 Flash Back
33 Flash Back
34 Flash Back
35 Flash Back
36 Flash Back Menolak Mencukur Alis
37 Flash Back
38 Flash Back.
39 Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40 Flash Back
41 Flash Back
42 Flash Back. Salah Faham
43 Flash Back
44 Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45 Flash Back. Keunikan Hariz
46 Flas Back. Nasib Iwan
47 Flash Back.
48 Flash Back. Kehamilan Dhena
49 Flash Back. Kepergian Hariz
50 Flash Back Menyusul Hariz
51 Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52 Flash Back. Mengantar Dhena
53 Flash Back. Dijemput Teman
54 Flash Back. Bertemu Iwan
55 Flash Back. Hampir Kecelakaan
56 Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57 Flash Back. Suasana Baru
58 Flash Back. Pengakuan Hariz
59 Flash Back. Hati yang Terluka
60 Flash Back. Diajak jalan
61 Perubahan Sikap Hariz
62 Permintaan Nelly
63 Penghinaan dari Baju Mahal
64 Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65 Tragedi di Rumah Makan
66 Tentang Perasaan Nelly
67 Curhatan Mirna
68 Curhatan Mirna
69 Curhatan Mirna
70 Curhatan Mirna
71 Curhatan Mirna
72 Curhatan Mirna
73 Curhatan Mirna
74 Curhatan Mirna
75 Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76 Kegundahan Hati Seorang Istri
77 Tamu di Pagi Hari
78 Terpuruk
79 Luka Hati
80 Terbakar Cemburu
81 Catatan Dalam Buku Harian
82 Rencana Kepergian Dhena
83 Fathan dibawa Orang Asing
84 Nelly menyusul Hariz
85 Dijemput Kahfi
86 Pertemuan Kahfi dan Dhena
87 Luka Hati Nelly
88 Kekhawatiran Kahfi
89 Kisah Mirna
90 Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91 Telepon dari Hariz
92 Pulang ke Rumah Ibu
93 Kedatangan Hariz dan Nelly
94 Mengatur Strategi
95 Mendadak Sakit
96 Hariz Merasa Tersindir
97 Telepon Misterius
98 Permainan Bu Mutia
99 Isi Hati
100 Keberadaan Fathan
101 Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102 Tamu yang Mengejutkan
103 Keputusan Hariz
104 Rasa Khawatir
105 Pertemuan yang Tak Terduga
106 Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107 Bawaan Ngidam
108 Sakinah Bersamamu
109 Kedatangan Sang Ibu Mertua
110 Permintaan Dhena
111 Menu Sarapan Pagi
112 Menyemangati Diri Sendiri
113 Permintaan Bu Aida
114 Menentang Mitos
115 Nelly Keguguran
116 Bersitegang
117 Proses kuret
118 Saat Membersamai Suami dikala Susah
119 Hati yang Terluka
120 Diantar Pulang
121 Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122 Kesalahan Tak Disengaja
123 Keputusan Dhena
124 Obat Hati
125 Dhena merasa Diingatkan
126 Mampir di Swalayan
127 Pertemuan yang Tak Disengaja
128 Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129 Mengutarakan Isi Hati
130 Operasi Caesar 1
131 Operasi Caesar 2
132 Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133 Luka Batin
134 Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135 Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136 Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137 Mencari Cara
138 Kedatangan Nelly
139 Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140 Dicampakkan
141 Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142 Ke Rumah Sakit
143 Vonis Dokter
144 Ikhtiar
145 Menentang Mitos
146 Dendam yang Merajai Hati
147 Kiriman Foto yang Mengejutkan
148 Selalu Salah
149 Perselisihan
150 Terpeleset Tumpahan Minyak
151 Saran dari Bu Aida
152 Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153 Kelakuan Sumi
154 Tamu Bu Aida
155 Karam
156 Terguncang
157 Pemulihan
158 Pernikahan Kedua
159 Perlakuan Ibu Sambung
160 Pertikaian Kecil
161 Anak-Anak Malang
162 Kelaparan
163 Tergores Pecahan Beling
164 Kecelakaan
165 Perubahan Sikap Sandra
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Episode Satu
2
Episode Dua
3
Episode Tiga
4
Episode Empat
5
Episode Lima
6
Episode Enam
7
Episode Tujuh
8
Episode Delapan
9
Episode Sembilan
10
Episode Sepuluh
11
Episode Sebelas
12
Episode Dua Belas
13
Episode Tiga Belas
14
Episode Empat Belas
15
Episode Lima Belas
16
Episode Enam Belas
17
Episode Tujuh Belas
18
Episode Delapan Belas
19
Episode Sembilan Belas
20
Episode Dua Puluh
21
Isi Hati Dhena
22
Nyinyiran Bi Kemproh
23
Ketukan Pintu
24
Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25
Kekesalan Dhena
26
Obat Hati
27
Flash Back
28
Flash Back
29
Flash Back
30
Flash Back
31
Flash Back
32
Flash Back
33
Flash Back
34
Flash Back
35
Flash Back
36
Flash Back Menolak Mencukur Alis
37
Flash Back
38
Flash Back.
39
Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40
Flash Back
41
Flash Back
42
Flash Back. Salah Faham
43
Flash Back
44
Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45
Flash Back. Keunikan Hariz
46
Flas Back. Nasib Iwan
47
Flash Back.
48
Flash Back. Kehamilan Dhena
49
Flash Back. Kepergian Hariz
50
Flash Back Menyusul Hariz
51
Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52
Flash Back. Mengantar Dhena
53
Flash Back. Dijemput Teman
54
Flash Back. Bertemu Iwan
55
Flash Back. Hampir Kecelakaan
56
Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57
Flash Back. Suasana Baru
58
Flash Back. Pengakuan Hariz
59
Flash Back. Hati yang Terluka
60
Flash Back. Diajak jalan
61
Perubahan Sikap Hariz
62
Permintaan Nelly
63
Penghinaan dari Baju Mahal
64
Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65
Tragedi di Rumah Makan
66
Tentang Perasaan Nelly
67
Curhatan Mirna
68
Curhatan Mirna
69
Curhatan Mirna
70
Curhatan Mirna
71
Curhatan Mirna
72
Curhatan Mirna
73
Curhatan Mirna
74
Curhatan Mirna
75
Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76
Kegundahan Hati Seorang Istri
77
Tamu di Pagi Hari
78
Terpuruk
79
Luka Hati
80
Terbakar Cemburu
81
Catatan Dalam Buku Harian
82
Rencana Kepergian Dhena
83
Fathan dibawa Orang Asing
84
Nelly menyusul Hariz
85
Dijemput Kahfi
86
Pertemuan Kahfi dan Dhena
87
Luka Hati Nelly
88
Kekhawatiran Kahfi
89
Kisah Mirna
90
Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91
Telepon dari Hariz
92
Pulang ke Rumah Ibu
93
Kedatangan Hariz dan Nelly
94
Mengatur Strategi
95
Mendadak Sakit
96
Hariz Merasa Tersindir
97
Telepon Misterius
98
Permainan Bu Mutia
99
Isi Hati
100
Keberadaan Fathan
101
Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102
Tamu yang Mengejutkan
103
Keputusan Hariz
104
Rasa Khawatir
105
Pertemuan yang Tak Terduga
106
Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107
Bawaan Ngidam
108
Sakinah Bersamamu
109
Kedatangan Sang Ibu Mertua
110
Permintaan Dhena
111
Menu Sarapan Pagi
112
Menyemangati Diri Sendiri
113
Permintaan Bu Aida
114
Menentang Mitos
115
Nelly Keguguran
116
Bersitegang
117
Proses kuret
118
Saat Membersamai Suami dikala Susah
119
Hati yang Terluka
120
Diantar Pulang
121
Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122
Kesalahan Tak Disengaja
123
Keputusan Dhena
124
Obat Hati
125
Dhena merasa Diingatkan
126
Mampir di Swalayan
127
Pertemuan yang Tak Disengaja
128
Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129
Mengutarakan Isi Hati
130
Operasi Caesar 1
131
Operasi Caesar 2
132
Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133
Luka Batin
134
Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135
Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136
Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137
Mencari Cara
138
Kedatangan Nelly
139
Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140
Dicampakkan
141
Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142
Ke Rumah Sakit
143
Vonis Dokter
144
Ikhtiar
145
Menentang Mitos
146
Dendam yang Merajai Hati
147
Kiriman Foto yang Mengejutkan
148
Selalu Salah
149
Perselisihan
150
Terpeleset Tumpahan Minyak
151
Saran dari Bu Aida
152
Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153
Kelakuan Sumi
154
Tamu Bu Aida
155
Karam
156
Terguncang
157
Pemulihan
158
Pernikahan Kedua
159
Perlakuan Ibu Sambung
160
Pertikaian Kecil
161
Anak-Anak Malang
162
Kelaparan
163
Tergores Pecahan Beling
164
Kecelakaan
165
Perubahan Sikap Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!