Episode Empat

Hati Dhena mulai mencair setelah Hariz menceritakan kronologis kenapa ia sampai pulangnya telat. Malam ini ia bisa tidur dengan nyanyak tanpa beban pikiran yang menyiksa seperti tadi siang.

Namun, Hariz yang terbaring di samping sang istri justru nyaris tak dapat memejamkan mata walau hanya sekejap. Padahal malam mulai merayap kian larut. Ingatan Hariz tertuju pada kejadian siang tadi. Saat dirinya diajak ngobrol oleh Kakeknya Mawar.

"Nak Hariz, kalau tidak keberatan saya ingin njenengan menikahi Mawar cucu saya," ucap kakek Mukhsin tanpa basa-basi membuat Hariz seketika menjadi gelagapan.

Kopi yang sedang diseruput Hariz hampir saja menyembur ke arah muka kakek Mukhsin.

"Ta ... Tapi, Pak .... " sela Hariz terbata.

"Saya percaya kalau Nak Hariz ini lelaki yang baik dan bertanggungjawab. Insya Allah saya tidak akan salah memilihkan pendamping untuk cucu kesayangan saya," sambung lelaki sepuh itu antusias.

Semenjak kedatangan Hariz pertama ke rumahnya mengantarkan Mawar itu Kakek Mukhsin memang sudah merasa cocok untuk menjodohkan Mawar dengan pria berpostur tubuh tinggi itu.

Hariz memang sosok pria sempurna dengan penampilan yang selalu perfect. Hingga kakek Mukhsin berharap Mawar cucunya bisa bersanding dengan tipe lelaki seperti sosok Hariz.

"Semenjak orangtuanya Mawar berpisah, cucu saya itu terlihat begitu shok dan trauma sepertinya. Ia menjadi gadis yang pendiam dan menutup diri," tutur kakek Mukhsin kepada Hariz.

Hariz hanya diam membisu menyimak setiap kalimat yang terucap dari bibir kakek Mukhsin. Ia seolah tak mampu untuk menjelaskan jika dirinya kini sudah memiliki istri di rumah. Sehingga kakek Mukhsin masih terus menganggap Hariz sebagai pria lajang yang masih sendiri.

Walaupun kini Mawar masih duduk di bangku SMA, tapi kakenya berkeinginan menikahkan Mawar dengan segera setelah cucunya itu lulus dari sekolah. Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tak masalah walaupun sudah berstatus menjadi seorang istri. Itu semua karena kakek Muksin merasa khawatir dengan cucu semata wayangnya. Pria sepuh itu cemas dengan keadaan Mawar jika suatu saat nanti ia dipanggil malaikat maut sedangkan cucunya masih dalam keadaan single tanpa ada lelaki yang menjaga dan mengayominya.

Mawar sendiri yang menyadari kakeknya ada gelagat akan menjodohkan dirinya dengan Hariz dalam hatinya ikut berbunga-bunga. Karena ia pun sebenarnya sudah menaruh hati secara diam-diam kepada lelaki yang tak sengaja menyerempetnya di jalan pada waktu kemarin.

Namun, karena Mawar seorang gadis yang pendiam dan tertutup sehingga ia pandai sekali menyembunyikan isi hatinya baik ketika sedang di depan Hariz ataupun saat di depan kakeknya sendiri. Jauh di lubuk hati Mawar menyimpan sejuta harapan kepada pria kalem nan santun seperti sosok Hariz.

"Ma'af, Pak, sebelumnya. Bukannya saya menolak tawaran baik dari Bapak, tapi sebaiknya saya akan memperkenalkan siapa diri saya yang sebenarnya, agar tidak ada kesalahpahaman diantara kita," tutur Hariz kemudian.

"Maksudnya?" kakek Mukhsin mengerutkan dahi keriputnya seolah belum bisa mencerna arah pembicaraan lawan bicara yang berada di hadapannya itu.

"Nak Hariz masih lajang, kan? Belum berkeluarga?" cecar lelaki yang rambutnya sudah memutih sempurna itu menyelidik.

"Maaf jika jawaban saya akan membuat Bapak kecewa. Bukan maksud saya ingin mengecewakan Bapak yang sudah berkenan mengenal saya dengan baik. Tapi kenyataanya saat ini saya memang sudah berkeluarga. Saya sudah memiliki istri dan istri saya saat ini sedang mengandung calon anak saya." Hariz mencoba memberikan penjelasan panjang lebar. Berharap kakek Mukhsin bisa menerima jawabannya dengan lapang dada walaupun mungkin penuturan Hariz tadi tidak sesuai dengan harapan kakeknya Mawar.

Kakek Mukhsin menghela napas panjang diiringi suara batuk-batuk khas orang yang sudah sepuh, sesaat setelah mendengarkan penjelasan dari Hariz. Mata cekungnya menerawang jauh seolah menggambarkan kekosongan hatinya ketika dihadapkan dengan kenyataan yang jauh dari angannya selama ini.

"Tapi, saya berharap. Walaupun bapak sudah mengetahui saya sudah memiliki keluarga saya minta antara kita masih bisa untuk terus menjaga tali silaturahmi," sambung Hariz berusaha mencairkan suasana.

"Iya, iya, Nak Hariz itu harus. Saya pun setuju," jawab kakek Mukhsin.

"Karena menurut saya walaupun sekarang Nak Hariz sudah memiliki istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah tapi gak menutup kemungkinan, kan, kalau Nak Hariz masih bisa untuk menikah lagi dengan wanita lain?" Kakek Mukhsin sepertinya masih belum menyerah dengan jawaban yang sudah dicoba dipaparkan oleh Hariz. Atau mungkin lelaki sepuh itu sudah terlanjur terobsesi agar Hariz harus menjadi menantunya dan menikah dengan Mawar.

Hariz terkesiap mendengar jawaban kakek Mukhsin yang sungguh di luar perkiraannya itu. Lelaki bertubuh tegap itu terdiam sesaat mencoba menguasai perasaannya yang seolah dipojokkan. Dalam hatinya ia berharap ini semua hanyalah mimpi buruk yang sedang dihadapinya. Dihadapkan dengan pilihan yang sungguh membuatnya dilema. Bagaimana tidak? Hariz begitu mencintai dan menyaysngi istrinya begitu tulus dan mendalam. Mana mungkin ia tega dan rela menciptakan luka untuk wanita terkasihnya. Yang ia harapkan selama ini ia akan selalu bisa menjaga jiwa dan raga wanitanya sampai kapan pun. Selalu memberikan kebahagiaan yang melimpah untuk perempuan yang sudah dipilihnya untuk menjadi pendamping hidupnya itu.

"Ma'af, Pak, sepertinya saya harus segera pulang ini, sudah mulai sore. Istri saya pasti sudah menunggu di rumah," pamit Hariz kemudian seraya menyalami kakek Mukhsin dan langsung mengendarai roda duanya dengan perlahan.

***

"Mas, Mas belum tidur?" pertanyaan dari Dhena membuyarkan lamunan Hariz yang dari tadi masih terjaga.

"Emh, enggak, kok, tadi Mas, sudah tidur, tadi kebangun tapi belum bisa merem lagi," jawab Hariz terpaksa berbohong.

"Aku mau minum, Mas, haus," pinta Dhena merajuk.

"Sebentar Mas ambilin dulu, ya,"

Harus kemudian bangkit dan berlalu menuju dapur untuk mengambilkan segelas air putih untuk Dhena.

Sementara Hariz sedang di luar kamar tiba-tiba ponsel Hariz berdering. dan langsung diraih oleh Dhena.

[Assalamualaikum, Nak Hariz besok pagi tolong esok hari sempatkan mampir ke rumah, ya, Mawar malam ini ngdrop. Sepertinya butuh Nak Hariz saat ini untuk mendampinginya]

Deg! Jantung Dhena seakan berhenti berdetak sesaat setelah membaca chat dari nomor yang menghubungi suaminya barusan.

"Mawar? Bukannya Mawar itu gadis yang kemarin sempat diceritakan Mad Hariz? Lalu kenapa tengah malam begini masih menghubungi Mas Hariz?" Beribu tanya memenuhi isi kepala Dhena. Wanita yang sedang hamil tua itu pun bertanya-tanya apa mungkin suaminya selama ini menyembunyikan sesuatu di belakang dirinya? Walaupun hati kecil Dhena menolak kemungkinan buruk sedang terjadi, tapi perasaannya sebagai seorang istri tidak dapat dipungkiri dan dibohongi ada rasa gelenyer nyeri menyusup ke dalam rongga dadanya.

Ia pun hanya mampu tersedu pilu.

Terpopuler

Comments

Yati Parmin

Yati Parmin

wadauuuuj kek kek...mbok yao jangan ganggu rmh tangga org toh apalgi istrinya lg hamil besar...dosa loh kek

2021-09-14

0

Sari Puspita

Sari Puspita

si kakek bikin masalah besar nih

2021-09-11

0

Lili_Leo Richard🌹

Lili_Leo Richard🌹

si kakek pengen di hujat reader nih kyaknya😏

2021-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Episode Satu
2 Episode Dua
3 Episode Tiga
4 Episode Empat
5 Episode Lima
6 Episode Enam
7 Episode Tujuh
8 Episode Delapan
9 Episode Sembilan
10 Episode Sepuluh
11 Episode Sebelas
12 Episode Dua Belas
13 Episode Tiga Belas
14 Episode Empat Belas
15 Episode Lima Belas
16 Episode Enam Belas
17 Episode Tujuh Belas
18 Episode Delapan Belas
19 Episode Sembilan Belas
20 Episode Dua Puluh
21 Isi Hati Dhena
22 Nyinyiran Bi Kemproh
23 Ketukan Pintu
24 Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25 Kekesalan Dhena
26 Obat Hati
27 Flash Back
28 Flash Back
29 Flash Back
30 Flash Back
31 Flash Back
32 Flash Back
33 Flash Back
34 Flash Back
35 Flash Back
36 Flash Back Menolak Mencukur Alis
37 Flash Back
38 Flash Back.
39 Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40 Flash Back
41 Flash Back
42 Flash Back. Salah Faham
43 Flash Back
44 Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45 Flash Back. Keunikan Hariz
46 Flas Back. Nasib Iwan
47 Flash Back.
48 Flash Back. Kehamilan Dhena
49 Flash Back. Kepergian Hariz
50 Flash Back Menyusul Hariz
51 Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52 Flash Back. Mengantar Dhena
53 Flash Back. Dijemput Teman
54 Flash Back. Bertemu Iwan
55 Flash Back. Hampir Kecelakaan
56 Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57 Flash Back. Suasana Baru
58 Flash Back. Pengakuan Hariz
59 Flash Back. Hati yang Terluka
60 Flash Back. Diajak jalan
61 Perubahan Sikap Hariz
62 Permintaan Nelly
63 Penghinaan dari Baju Mahal
64 Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65 Tragedi di Rumah Makan
66 Tentang Perasaan Nelly
67 Curhatan Mirna
68 Curhatan Mirna
69 Curhatan Mirna
70 Curhatan Mirna
71 Curhatan Mirna
72 Curhatan Mirna
73 Curhatan Mirna
74 Curhatan Mirna
75 Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76 Kegundahan Hati Seorang Istri
77 Tamu di Pagi Hari
78 Terpuruk
79 Luka Hati
80 Terbakar Cemburu
81 Catatan Dalam Buku Harian
82 Rencana Kepergian Dhena
83 Fathan dibawa Orang Asing
84 Nelly menyusul Hariz
85 Dijemput Kahfi
86 Pertemuan Kahfi dan Dhena
87 Luka Hati Nelly
88 Kekhawatiran Kahfi
89 Kisah Mirna
90 Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91 Telepon dari Hariz
92 Pulang ke Rumah Ibu
93 Kedatangan Hariz dan Nelly
94 Mengatur Strategi
95 Mendadak Sakit
96 Hariz Merasa Tersindir
97 Telepon Misterius
98 Permainan Bu Mutia
99 Isi Hati
100 Keberadaan Fathan
101 Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102 Tamu yang Mengejutkan
103 Keputusan Hariz
104 Rasa Khawatir
105 Pertemuan yang Tak Terduga
106 Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107 Bawaan Ngidam
108 Sakinah Bersamamu
109 Kedatangan Sang Ibu Mertua
110 Permintaan Dhena
111 Menu Sarapan Pagi
112 Menyemangati Diri Sendiri
113 Permintaan Bu Aida
114 Menentang Mitos
115 Nelly Keguguran
116 Bersitegang
117 Proses kuret
118 Saat Membersamai Suami dikala Susah
119 Hati yang Terluka
120 Diantar Pulang
121 Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122 Kesalahan Tak Disengaja
123 Keputusan Dhena
124 Obat Hati
125 Dhena merasa Diingatkan
126 Mampir di Swalayan
127 Pertemuan yang Tak Disengaja
128 Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129 Mengutarakan Isi Hati
130 Operasi Caesar 1
131 Operasi Caesar 2
132 Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133 Luka Batin
134 Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135 Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136 Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137 Mencari Cara
138 Kedatangan Nelly
139 Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140 Dicampakkan
141 Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142 Ke Rumah Sakit
143 Vonis Dokter
144 Ikhtiar
145 Menentang Mitos
146 Dendam yang Merajai Hati
147 Kiriman Foto yang Mengejutkan
148 Selalu Salah
149 Perselisihan
150 Terpeleset Tumpahan Minyak
151 Saran dari Bu Aida
152 Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153 Kelakuan Sumi
154 Tamu Bu Aida
155 Karam
156 Terguncang
157 Pemulihan
158 Pernikahan Kedua
159 Perlakuan Ibu Sambung
160 Pertikaian Kecil
161 Anak-Anak Malang
162 Kelaparan
163 Tergores Pecahan Beling
164 Kecelakaan
165 Perubahan Sikap Sandra
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Episode Satu
2
Episode Dua
3
Episode Tiga
4
Episode Empat
5
Episode Lima
6
Episode Enam
7
Episode Tujuh
8
Episode Delapan
9
Episode Sembilan
10
Episode Sepuluh
11
Episode Sebelas
12
Episode Dua Belas
13
Episode Tiga Belas
14
Episode Empat Belas
15
Episode Lima Belas
16
Episode Enam Belas
17
Episode Tujuh Belas
18
Episode Delapan Belas
19
Episode Sembilan Belas
20
Episode Dua Puluh
21
Isi Hati Dhena
22
Nyinyiran Bi Kemproh
23
Ketukan Pintu
24
Rasa Takut dan Khawatir Berlebihan
25
Kekesalan Dhena
26
Obat Hati
27
Flash Back
28
Flash Back
29
Flash Back
30
Flash Back
31
Flash Back
32
Flash Back
33
Flash Back
34
Flash Back
35
Flash Back
36
Flash Back Menolak Mencukur Alis
37
Flash Back
38
Flash Back.
39
Flash Back. Teror Telepon dari Ifa
40
Flash Back
41
Flash Back
42
Flash Back. Salah Faham
43
Flash Back
44
Flash Back. Mulut Tajam Mbak Sukma
45
Flash Back. Keunikan Hariz
46
Flas Back. Nasib Iwan
47
Flash Back.
48
Flash Back. Kehamilan Dhena
49
Flash Back. Kepergian Hariz
50
Flash Back Menyusul Hariz
51
Flash Back. Kabar dari Rekan Kerja Hariz
52
Flash Back. Mengantar Dhena
53
Flash Back. Dijemput Teman
54
Flash Back. Bertemu Iwan
55
Flash Back. Hampir Kecelakaan
56
Flash Back. Hampir Terlunta di Terminal
57
Flash Back. Suasana Baru
58
Flash Back. Pengakuan Hariz
59
Flash Back. Hati yang Terluka
60
Flash Back. Diajak jalan
61
Perubahan Sikap Hariz
62
Permintaan Nelly
63
Penghinaan dari Baju Mahal
64
Pesan Whatshap yang Mengejutkan
65
Tragedi di Rumah Makan
66
Tentang Perasaan Nelly
67
Curhatan Mirna
68
Curhatan Mirna
69
Curhatan Mirna
70
Curhatan Mirna
71
Curhatan Mirna
72
Curhatan Mirna
73
Curhatan Mirna
74
Curhatan Mirna
75
Permintaan Nelly Kedua Kalinya
76
Kegundahan Hati Seorang Istri
77
Tamu di Pagi Hari
78
Terpuruk
79
Luka Hati
80
Terbakar Cemburu
81
Catatan Dalam Buku Harian
82
Rencana Kepergian Dhena
83
Fathan dibawa Orang Asing
84
Nelly menyusul Hariz
85
Dijemput Kahfi
86
Pertemuan Kahfi dan Dhena
87
Luka Hati Nelly
88
Kekhawatiran Kahfi
89
Kisah Mirna
90
Pelajaran Tentang Kehilangan dari Seorang Sahabat
91
Telepon dari Hariz
92
Pulang ke Rumah Ibu
93
Kedatangan Hariz dan Nelly
94
Mengatur Strategi
95
Mendadak Sakit
96
Hariz Merasa Tersindir
97
Telepon Misterius
98
Permainan Bu Mutia
99
Isi Hati
100
Keberadaan Fathan
101
Serpihan Masa Kecil Dhena yang Memilukan
102
Tamu yang Mengejutkan
103
Keputusan Hariz
104
Rasa Khawatir
105
Pertemuan yang Tak Terduga
106
Hukum mencerai Wanita yang Sedang Hamil
107
Bawaan Ngidam
108
Sakinah Bersamamu
109
Kedatangan Sang Ibu Mertua
110
Permintaan Dhena
111
Menu Sarapan Pagi
112
Menyemangati Diri Sendiri
113
Permintaan Bu Aida
114
Menentang Mitos
115
Nelly Keguguran
116
Bersitegang
117
Proses kuret
118
Saat Membersamai Suami dikala Susah
119
Hati yang Terluka
120
Diantar Pulang
121
Mengantar Ibu Mertua ke Pasar
122
Kesalahan Tak Disengaja
123
Keputusan Dhena
124
Obat Hati
125
Dhena merasa Diingatkan
126
Mampir di Swalayan
127
Pertemuan yang Tak Disengaja
128
Perasaan Menjadi Wanita Kedua
129
Mengutarakan Isi Hati
130
Operasi Caesar 1
131
Operasi Caesar 2
132
Bertemu Nelly di Kantin Rumah Sakit
133
Luka Batin
134
Sebersit Niat di Hati Bu Aida
135
Keadaan Badan Pasca Operasi Caesar
136
Mitos dan Fakta Tentang Bayi yang Baru Dilahirkan
137
Mencari Cara
138
Kedatangan Nelly
139
Kekecewaan Sebagai Wanita Kedua
140
Dicampakkan
141
Nasib Malang yang Menimpa Nelly
142
Ke Rumah Sakit
143
Vonis Dokter
144
Ikhtiar
145
Menentang Mitos
146
Dendam yang Merajai Hati
147
Kiriman Foto yang Mengejutkan
148
Selalu Salah
149
Perselisihan
150
Terpeleset Tumpahan Minyak
151
Saran dari Bu Aida
152
Asisten Rumah Tangga Baru Bu Aida
153
Kelakuan Sumi
154
Tamu Bu Aida
155
Karam
156
Terguncang
157
Pemulihan
158
Pernikahan Kedua
159
Perlakuan Ibu Sambung
160
Pertikaian Kecil
161
Anak-Anak Malang
162
Kelaparan
163
Tergores Pecahan Beling
164
Kecelakaan
165
Perubahan Sikap Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!